Sekarang Arka bersama dengan kedua teman barunya sedang berada di stand bazar anak-anak OSIS.
Oh iya, hari ini adalah hari Sabtu di dunia AIRKA. Dan di hari Sabtu yang seharusnya libur itu mereka malah diwajibkan masuk sekolah karena hari ini merupakan ulang tahun SMA Karen.
Dari pagi hingga malam nanti full kegiatan untuk merayakan hari jadi sekolahan mereka, dan puncaknya berada pada malam hari nanti.
Untuk acara pagi ini hanya acara biasa yang cuma dihadiri para murid, guru dan karyawan saja.
Mereka yang mengikuti ekstra kulikuler dan organisasi berjualan di stand bazar yang sudah disediakan, sedangkan yang lainnya bebas dengan kegiatan masing-masing, ada yang hanya menghabiskan uang, bermain ponsel, pacaran, juga ada beberapa siswa maupun siswi yang tengah mempersiapkan penampilan mereka untuk nanti malam.
"Lo berdua keliling aja lah," ucap Zidan seraya meminum segelas teh yang juga dijual di stand bazar organisasinya.
"Males gue," tolak Reza.
"Same," timpal Arsyad.
Zidan mengendikkan bahu, ia masih repot dengan para pembeli di stand-nya yang semakin banyak.
"Lo diem aja sih Ka dari tadi," cibir Zidan sambil melirik ke arah Arka.
"Ha?" tanya Arka.
"Lo malu ya punya temen kayak kita?" ujar Zidan dengan nada bicara kecewa.
"Maksud lo?"
"Secara kan lo udah famous banget di sekolah. Sedangkan kita-kita ini apa ya Za, Syad,"
"Gaya lo. Kita juga nggak jelek-jelek amat kok," bela Reza.
"Yang bilang situ jelek sapa sih," cibir Zidan sambil tangannya tengah mengambil uang dari siswa-siswi yang membeli barang di stand-nya.
"Lo juga Syad, diem aja terus. Bisa darah tinggi gue punya temen kayak lo berdua," timpal Reza.
"Aku cuma nggak mood doang," ujar Arsyad kalem.
"Nih bocah alimnya kebangetan banget, berasa banyak dosanya gue," ungkap Reza.
"Nah ya, kalau lo mah emang dosanya berjibun kali," ujar Zidan dengan wajah tak berdosa.
"Ngaca dulu zeyenk,"
"Homo anji*!"
"Gue nggak peduli,"
"Astagfirullah," ujar Arsyad sambil mengelus dada.
"Tuh kan," ujar Reza dan Zidan bersamaan.
"Gue ke toilet," ucapan Arka langsung membuat mereka berhenti berdebat. Arka masih belum terbiasa berteman dengan seseorang di sekolah, ia merasa lebih nyaman kalau sendiri daripada harus berkontak langsung dengan orang lain seperti sekarang.
"Nih lagi. Cogan baru dinginnya minta ampun. Seminggu temenan juga paling baru ngomong tiga kali ini," cobir Reza kesal.
"Lebih baik sedikit bicara daripada banyak bicara tapi tak bermanfaat," ujar Arsyad dengan polosnya.
"Ya, ya. Udah deh, pergi sana Pak Ustadz Arsyad tercinta sana," usir Reza cepat.
"Iya, yuk Ka. Assalamualaikum,"
"Waalaikumsalam,"
Arka berjalan cepat mendahului Arsyad. Niatnya ingin sendiri malah menjadi gagal.
"Arka, kamu itu kenapa nyamar jadi cowok culun dulu?" ujar Arsyad setelah menyamakan langkahnya dengan Ika.
"Pertanyaan sama yang ke tiga belas dalam 2 jam," sindir Arka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Airka: My Queen Bullying
Teen FictionIni cerita yang aku repost lagi, setelah memperbaiki alur dan perannya. . . . Good boy >< Bad Girl Kisah seorang gadis SMA bernama Raghiska Tika Ivvya yang harus tinggal selama beberapa bulan di rumah buliannya sendiri, Arkan Raihanata. Ika yang no...