"Kak Ika!" Icha berlari mendekati Ika yang baru tiba di rumah setelah pulang sekolah. Icha menarik-narik lengan Ika untuk menarik perhatian kakaknya itu.
Ika mendorong pelan tubuh mungil Icha, tapi gadis kecil itu malah semakin menjadi untuk menarik-narik lengannya.
"Hmm?"
"Kakak nggak siap-siap?"
Ika menatap Icha malas, kedua alisnya terangkat.
"Kan mulai hari ini kita mau tinggal di rumah Tante Vania," ujar Icha polos.
"Ha?"
Icha berpikir cukup lama untuk mencari jawaban dari pertanyaan Ika. Tapi saat ia hendak menjawabnya, tiba-tiba ada seseorang memegang bahunya dari belakang.
"Iya, hari ini sampai dua bulan ke depan kalian bakal tinggal di rumah Tante Vania. Mama harus jaga nenek sementara Tante kalian ke luar negeri, Papa juga bakal ada bisnis ke luar negri," sahut Kina menjelaskan.
Ika memutar bola matanya malas,
"Terus?"
"Kalian semua cewek, mama juga udah diskusi sama Tante Vania. Dan dia juga nggak masalah buat ngurusin kalian beberapa waktu ke depan."
"Aku nggak mau!"
"Kenapa? Kamu mau tinggal sama temen-temen berandalan kamu itu, biar bebas nggak ada yang marahin!!"
Ika berdecak keras. Ia mengalihkan pandangannya--- sebal karena wanita itu selalu mengait-ngaitkan semua tentang dirinya dengan sahabat-sahabatnya yang memang tak tahu apa-apa. Tak tahu saja kalau sebenarnya dirinyalah ketua dari orang-orang yang dianggap berandalan oleh mamanya itu.
"Cepetan kamu siap-siap, nanti malam kita berangkat!"
Kina pergi meninggalkan Ika, Icha yang sudah dalam mode takut dengan raut wajah menyeramkan Ika juga ikut pergi mengikuti ibunya-- ibu Ika.
Ika berjalan menaiki anak tangga dengan malas, sangat malas tepatnya. Seenaknya saja orang itu menyuruhnya tinggal di rumah orang lain. Oke, Ika akui kalau ia mungkin saja akan dengan sangat senang hati tinggal di rumah Tante Vania, siapa sih yang akan menolak wanita baya itu? Tapi kenapa harus Arka yang menjadi putra wanita baik itu? Itulah masalah Ika saat ini.
Apa kata teman-temannya, bagaimana kata semua orang kalau mereka sampai tahu bahwa ia tinggal bersama buliannya sendiri. Ika tak bisa membayangkan itu semua.
Tunggu! Jangan berpikir tentang pendapat teman-temannya dulu. Coba pikirkan betapa malunya dia nanti di depan Arka nantinya? Ika memukul kepalanya-- mengusir pikiran gilanya, ia malah pusing sendiri memikirkannya.
Di balik wajah Ika yang terkesan dingin, sebenarnya dia juga sama dengan gadis-gadis lain pada umumnya, suka berpikir terlalu berlebihan a.k.a terlalu memikirkan tentang harga dirinya. Seperti sekarang!
Dengan terpaksa Ika mengemasi barang-barangnya, mulai dari perlengkapan pribadinya sampai perlengkapan sekolahnya.
.
.
.Ika beserta kedua dayangnya masih duduk di atas kursi empuk Keluarga Arifan Abimo.
Sosok yang ia benci tak kunjung datang, jalankan datang, bahkan wajah pria itu masih belum terlihat di indra pengelihatannya.
Kedua wanita itu telah menyelesaikan urusan mereka. Kina sudah duluan pergi, karena memburu waktu untuk naik pesawat satu jam yang akan datang. Begitupula dengan Adi.
"Tante, maksih ya udah bolehin Fiza, Icha sama Kak Ika buat tinggal di rumah Tante," ujar Fiza mewakili Ika dan Icha.
"Iya, Tante malah seneng banget. Soalnya kan Papa Arka jarang pulang, kakaknya Arka juga udah nikah, terus lagi Arka kan ikut les malam. Jadinya Tante cuma di rumah sendiri,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Airka: My Queen Bullying
Fiksi RemajaIni cerita yang aku repost lagi, setelah memperbaiki alur dan perannya. . . . Good boy >< Bad Girl Kisah seorang gadis SMA bernama Raghiska Tika Ivvya yang harus tinggal selama beberapa bulan di rumah buliannya sendiri, Arkan Raihanata. Ika yang no...