26. Terbongkar

2.4K 126 7
                                    

Ika menunduk, tubuhnya bergetar hebat menahan malu. Semua orang menatapnya, semua orang mencibirnya. Rasa malu dan marah menyelundup masuk ke ulu hatinya. Malu karena ia terlihat lemah di depan orang lain, dan marah karena ia membiarkan saja semua orang menatapnya di saat seperti ini.

Ika berusaha menutupi bagian dadanya yang hampir terekspos gara-gara kancingnya yang terlepas dan beberapa bagian yang sobek akibat ulah Ervan.

Ika mendongak saat sebuah jaket melayang di hadapannya. Tapi hanya sepuluh detik sebelum jaket Arka tiba-tiba terhempas gara-gara Arka yang dipukul Ervan dari belakang.

Arka langsung membalikkan badannya, ia kembali memukul Ervan dengan membabi buta.

Reva berdiri kaku di ambang pintu. Ia berlari menghampiri Ika yang dalam kondisi memperihatinkan saat ini. Ia mengabaikan dua cowok yang tengah adu otot itu, untuk sekarang ini Ika adalah prioritasnya.

"Ika, kita ke UKS ya?" ujar Reva khawatir.

Ika tak menolak, ia merengkuh tubuh Reva yang berusaha membantunya berdiri. Pintu yang awalnya dipenuhi para siswa-siswi itu langsung kosong saat Reva dan Ika lewat.

Mereka semua terlalu sadar diri untuk tak membuat ulah dengan dua wanita paling berbahaya di sekolahan mereka.

Ervan tak melawan, ia malah tersenyum saat cowok tak dikenalnya itu memukulinya hanya demi membela seorang Ika. Bukan ia yang tahu siapa cowok itu, tapi dirinya yang tak tahu alasan cowok itu mau menolong Ika. Karena, setahunya orang yang sekarang sedang asik memukulinya ini adalah bahan permainan Ika, alias bulian mantan Leadernya. Jadi, hal itu terlihat aneh menurut

"Perjuangan lo patut gue hargai," ujar Ervan dengan nada lemah saat Arka menghentikan pukulannya.

Ervan menarik kerah baju Arka mendekat. Arka yang tak terima langsung kembali meninju perut Riko, membuat beberapa kancing seragamnya terlepas karena tadi Ervan memegang kerah bajunya.

Bahkan sekarang Arka sampai tak sadar kalau kacamata perseginya itu sudah patah dan melayang entah ke mana. Arka belum menyadarinya, ia menghempaskan tubuh Ervan keras ke lantai di bawahnya.

Ia berdiri, mengacak rambutnya kasar saat menyadari ia sudah melupakan Ika yang sekarang masih lemah.

Arka menoleh, tapi ia tak mendapati ada Ika di sana. Bangku gadis itu kosong. Arka menoleh ke depan, teman-teman sekelasnya berbisik-bisik sambil menatap dirinya, mungkin karena keberaniannya kepada cowok seberandal Ervan, atau mungkin karena keanehannya yang merelakan sebagian nyawanya untuk melindungi Ika.

Tak lama kemudian Pak Ali-- guru Agama yang seharusnya mengajar di kelas itu datang dan menghampiri Arka dan Ervan yang terbaring lemah. Para siswa langsung berhamburan kembali ke tempat duduk masing-masing.

"Astagfirullah, ini kenapa?" Pak Ali menatap naas Ervan yang berusaha berdiri dengan beberapa luka di bagian wajah dan seragamnya yang kucel.

Ervan tak menanggapi, dengan sangat tidak sopan Ervan berlalu meninggalkan kelas itu, tak lupa ia memberikan tatapan mematikan pada para penghuni kelas yang menatap dirinya aneh.

Hampir sama dengan Ervan, Arka pun memilih keluar dari kelas tanpa sepengetahuan Pak Ali. Tatapan teman-teman sekelasnya membuat dirinya merasa terintimidasi.

Tujuannya sekarang adalah mencari keberadaan Ika.

Tiba-tiba saja jantung Arka berdebar cepat kala mengingat tatapan ketakutan Ika saat diperlakukan semena-mena oleh Ervan tadi. Apalagi saat ini pakaian Ika benar-benar jauh dari kata layak pakai, ia bahkan bisa melihat pakaian dalam gadis itu tadi.

Airka: My Queen BullyingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang