"Kenapa?" tanya Ika pada seseorang yang sedang meneleponnya.
"Kita berangkat bareng. Lo turun sekarang!" ucap seseorang itu dari seberang.
"Ha? Berangkat bareng?" beo Ika bingung. Ia melihat layar ponselnya, memastikan kalau yang menghubunginya adalah 'Arka'. Itu benar Arka, tapi kenapa pria itu berbicara aneh sekarang?
"Iya, cepetan. Gue nggak mau kita telat," ucap Arka lagi dengan nada suara yang terdengar seperti tidak boleh dibantah.
"Nggak! Gue nggak mau berangkat bareng," ucap Ika tegas.
"Dua menit Lo harus udah keluar,"
"Arka!" Telat, Arka sudah mematikan sambungan teleponnya.
Ika berdecak kesal, ia menatap cermin besar di depannya sekilas. Ia mengambil ikat rambut di laci, lalu mengikat rambutnya menjadi satu di belakang. Ika segera mengambil tasnya dan keluar dari kamar.
Pagi ini Arsie sudah pergi ke rumah sakit, Arsie juga menitipkan Fara di rumah tetangga saat pergi bekerja seperti biasanya.
Ika menggigit roti isi buatan Arsie dari meja makan, ia memakannya sambil berjalan keluar dari apartemen.
Ika berlari kecil menghampiri mobil Arka yang sudah terparkir di depan gedung apartemen, ia mengetuk kaca jendela mobil hitam yang ia yakini milik Arka, lalu memberi isyarat agar sang pengemudi pengemudi keluar dari mobilnya.
"Kenapa?" tanya Arka setelah keluar.
"Ish Lo kenapa jemput gue sih? Nanti kalau anak-anak curiga gimana?" tanya Ika setengah kesal.
"Curiga gimana?"
"Ya curiga soal hubungan kita lah,"
"Kenapa? Lo malu kalau anak-anak tahu Lo pacaran sama gue?" tuduh Arka.
"Eh, bukan gitu," sanggah Ika cepat.
"Gue cuma nggak mau jadi bahan omongan aja," ucap Ika membela diri.
"Ya biarin lah, kan mereka punya mulut," ucap Arka santai.
Ika menatap Arka kesal, "Arka!"
Arka menghela napas sabar, "Terus gue harus gimana? Mau Lo gimana?"
Tiba-tiba Ika bingung mau menjawab apa, tapi ia langsung kembali mengingat pesan suara yang seseorang berikan tadi malam kepadanya. 'Jangan sampai gue tahu Lo punya pacar, atau pacar Lo habis ditangan gue,' itulah isi pesan suara yang terkirim padanya. Walaupun si pengirim tidak mengatakan namanya, tapi tentu saja Ika langsung mengenalinya, dari suara dan cara bicaranya sangat mirip dengan mantannya, Kenzo.
"Ya kita jangan deket-deket dulu. Backstreet aja," ucap Ika lemah.
Arka mengangguk tak percaya dengan permintaan Ika.
"Backstreet? Jadi, intinya Lo malu pacaran sama gue?" tuduh Arka.
"Bukan gitu, Arka. Gue cuma... cuma mau hidup tenang, sebentar aja. Gue masih mau nikmatin hidup kayak orang biasa, gue masih mau menyesuaikan diri dulu sama kehidupan baru gue sekarang. Pliss, Lo ngerti ya?" ucap Ika mencari alasan.
"Sumpah gue nggak ngerti. Alasan Lo nggak masuk akal," ucap Arka yang terdengar seperti orang yang menyerah akan penjelasannya.
"Arka," ucap Ika dengan wajah memelas.
"Gue nggak tahu maksud Lo, Ika. Lo bilang kalau Lo juga suka sama gue, terus kita pacaran, itu juga atas persetujuan Lo. Dan Lo tiba-tiba mau kayak gini, terus gue harus gimana?" ucap Arka membuat Ika merasa bersalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Airka: My Queen Bullying
Teen FictionIni cerita yang aku repost lagi, setelah memperbaiki alur dan perannya. . . . Good boy >< Bad Girl Kisah seorang gadis SMA bernama Raghiska Tika Ivvya yang harus tinggal selama beberapa bulan di rumah buliannya sendiri, Arkan Raihanata. Ika yang no...