23. Berakhir

2.3K 135 2
                                    

Suasana di SMA Karen begitu ramai hari ini. Semua yang terjadi pada Ika dan Ervan kemarin sudah tersebar luas di antero sekolahan, mulai yang terekam dalam bentuk foto maupun video.

Bahkan untuk pertama kalinya, sekarang mereka sudah mulai berani membicarakan hal itu di depan Ika secara langsung.

Ika tak akan semalu ini kalau saja ia tak keras kepala untuk masuk sekolah setelah apa yang ia alami kemarin, walaupun Vania sudah melarangnya untuk pergi. Tapi Vania mengalah, karena ia tahu, berdebat dengan gadis berwajah datar itu sama sekali tak akan berguna.

Luka memar di pipinya akibat tamparan kemarin juga masih terlihat jelas, begitupula yang ada di lengan dan kakinya akibat dorongan kasar Ervan.

Langkahnya masih seperti biasanya, meskipun kakinya masih terasa sakit. Ini sungguh-sungguh Ika yang sangat menjunjung tinggi kegengsiannya di depan orang lain.

Sedangkan di sisi lain, di pagi hari ini para mantan teman Ika sudah berkumpul, bukan di tempat biasanya, tapi dalam suatu kelas. Penghuni dalam kelas itu sudah diusir keluar semua, menyisakan kelima siswa dan siswi berdarah dingin a.k.a tak punya hati.

Suara teriakan terus bersahutan dengan suara gebrakan meja yang membuat keadaan kelas itu semakin menegangkan.

"LO YANG GILA!!" teriakan Reva terdengar sangat lantang, ia sudah tak peduli lagi dengan reputasinya saat ini.

Ranya dan Hera menahan  kedua lengan Reva, sedangkan Riko berdiri di tengah-tengah untuk menghalangi kedua temannya yang sedang adu mulut di kelas Ervan.

Posisi mereka sekarang berada di kelas Ervan. Bermula dari Reva yang marah setelah melihat video Ervan yang menganiaya Ika di salah satu tempat perbelanjaan kemarin. Dan tanpa menuju ke kelas, Reva langsung pergi ke kelas Ervan. Sebenarnya tadi ia sudah di tahan oleh Riko yang memang baru datang, tapi Reva malah menamparnya, dan alhasil Riko lebih memilih menghubungi kedua temannya yang lain ke sini daripada kena amukan orang yang ia cintai itu.

"PERCUMA!! ORANG YANG LO BELA JUGA NGGAK PEDULI!!" teriak Ervan jengah.

"Apa sih yang lo bangga-in dari cewek egois kayak dia hah? Bahkan lo sekarang udah berani nampar gue kayak gini, apa yang lo bangga-in??!!" teriak Ervan bengis.

"DASAR PSIKOPAT!!" teriak Reva frustasi.

"Rev, udah dong. Ini udah mau masuk," ujar Hera menenangkan.

"Lepasin gue!" Hera dan Ranya mengindahkan perintah Ranya.

"Yang gue banggain dari Ika? Lo tanya itu?" Reva menjeda kalimatnya, "BANYAK!"

"KITA NGGAK BAKAL JADI SEKARANG KALAU NGGAK ADA IKA, TOLOL!"

"SEMUA PERBUATAN LO, YANG KENA GETAHNYA IKA! SALAH KALAU IKA MARAH KE LO PADA HAH?!"

Ranya yang tadinya menahan lengan Reva pun perlahan melepaskannya. Ucapan Reva seolah secara tidak langsung ditujukan kepadanya. Tapi hal itu memang benar, dirinyalah yang menjadi biang keroknya. Semua tidak akan terjadi jika saja ia melupakan amarahnya pada mantannya, semua tidak akan terjadi jika seandainya ia tidak meminta Ervan dan Riko untuk menghajar mantannya, yang sudah jelas adalah anak buah dari mantan Ika yang sadis itu.

"GUE BENCI SAMA LO ERVAN!!! MULAI SEKARANG GUE BUKAN LAGI TEMEN KALIAN!!!" teriak Reva final lalu pergi keluar dari sana.k.

•••••

"Intinya kalian nggak perlu pengamatan secara langsung. Kalian cukup cari dari buku-buku atau browsing juga boleh, pokoknya saya nggak mau tahu, besok waktu jam saya harus sudah dikumpulkan semuanya. Mengerti?"

Airka: My Queen BullyingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang