<Reader POV>
Begitu aku membuka mataku.
Langit-langit asing menyapaku.
Rasa sakit menjalar di punggungku.
Ah, iya aku habis melakukan hal nekat.
Tubuhku bergerak sendiri waktu itu.
Ini di mana?
Bau kentut astaga.
Aku melihat sekitarku.
"Shin-kun...", pasti dia yang kentut.
Ini rumah sakit ya?
"Chisa-chan...", syukurlah dia selamat.
Tidak ada luka.
Tunggu dulu...jangan-jangan bukan rumah sakit tapi host club?
Harem begini.
"Nghm~"
Tanganku hangat.
"Dabi..."
Buat apa dia di sini?
Oh, dia mulai bangun.
Wah, dia terkejut seperti melihat setan.
Grep.
"Oi! Lepas!"
"Yokatta..."
Hah? Apa sih? Dikira aku mati apa?
Balas peluk tidak ya?
Nggak deh, dia kan punya paparazi di mana-mana.
Orang populer memang repot ya.
"Lepasin nggak"
"Nggak"
Bangsat, seharusnya aku nggak bilang.
Oh, iya ini sudah gelap belum?
Kan bisa dicariin ibu nanti.
Apalagi kalau tahu anaknya habis ditembak peluru begitu banyak.
Fix jadi hikikomori.
Auto kayaknya.
"Woi, kau nggak tidur kan?", yakali lama amat meluknya.
"Diam idiot, biarkan aku begini"
Ini orang bisa ya kayak gini.
Shin-kun bangun bisa remuk aku ini.
"Ng~", mampus. "[Y/N]-CHAN!"
Kan? Dia bakal meluk maut ini.
"[Y/N]-CHAN! HUWEEEE KUKIRA KAU TIDAK BAKAL BANGUN!"
"LEPASIN NJING! SAKIT!"
"NGGAK MAU!"
Astaga berisik.
Auto mati nggak nih?
Auto sekarat iya.
Tapi yah sudahlah tidak apa.
Aku memang yang buat khawatir sih.
"Oi, kalian mau buat dia mati"
Syukur deh peringatan Chisa-chan buat mereka tidak lagi memelukku.
Apa yang terjadi setelahnya aku tidak tahu.
"Kalian keluar, kau mau periksa dia"
"NGGAK!"
"Ck, ayo bayi besar", Dabi menyeret Shin-kun begitu saja.
Padahal badan mereka berbanding jauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovebird
FanfictionApa aku tertarik dengan hubungan percintaan? Jawabannya tidak. Tapi sekarang aku malah bucin.