Chapter 51 | Beside Him

75 16 2
                                    

GADIS itu tak tahu apa ini adalah pilihan yang tepat atau justru akan memperburuk keadaan. Tapi, Cheryl harus yakin dengan keputusannya. Ia tidak mau dikasihani. Tapi ia juga tak ingin kehilangan Fajar.

Setelah mengatakan ia ingin break dahulu, Cheryl langsung bergegas tanpa menunggu tanggapan Fajar. Ia tidak membalikkan badannya saat Fajar memanggil-manggil namanya. Entahlah, yang ada dipikirannya selalu tentang percakapan Fajar dan Raffa saat di belakang sekolah.

Kakinya terus melangkah menuruni tangga untuk menjauh dari rooftop. Pikiran serta perasaannya begitu berkecamuk. Sulit di percaya jika orang yang mengatakan tidak menyukai kepura-puraan justru sedang berakting. Dasar manusia!

***

"Lo kenapa, sih, Jar? Dari tadi kayak yang gak tenang?" tanya Gilang. Walau ia sangat marah pada sahabatnya kemarin, tidak bisa ia lama-lama marah. Ingin sekali ia berceloteh ria tanpa adanya halangan apapun.

Fajar berdecak sambil menyampirkan tasnya. Ingatan saat di rooftop berkeliaran di kepalanya. Kejadian yang sunggu tidak diduga. Ia tidak tahu alasan Cheryl meminta break. Ya, masih untung karena gadis itu tidak meminta putus juga.

"Cheryl minta break," jawabnya diiringi helaan napas berat.

"Bagus!" Gilang bersahut tanpa memperhatikan raut wajah Fajar yang sekarang menatap tajam ke arahnya. Disadari Fajar yang menatapnya, Gilang menyeringai. "Biar lo mikir, gak ada orang yang mau menjalin hubungan bukan karena cinta. Terlalu sakit kalo bilang alasannya karena kasihan!"

Fajar merasa perkataan Gilang adalah sebuah pukulan yang begitu telak baginya. "Gue..."

"Apa?" potong Gilang yang tak sabar mendengar pembelaan dari laki-laki itu. "Jangan ganggu dia dulu beberapa hari. Gue gak tau alasan dia minta break sama lo kenapa, tapi mungkin ini jalan terbaik," ujarnya.

"Gue mau temuin dia!" ujar Fajar sambil berlari meninggalkan kelasnya. Ia harus tahu alasan gadis itu meminta break di saat ia menyadari sebuah kebenaran. Dan entah kenapa, ia sangat kehilangan sosok gadis itu walau belum satu hari.

Kakinya melambat ketika menemukan seorang gadis yang tengah berdiri memainkan ponselnya. walau rambutnya menutupi sebagian wajahnya, Fajar dapat mengetahui jika itu adalah Cheryl. Perlahan, ia mendekati gadis itu. Belum sempat ia menyapa, gadis itu lebih dulu menyadari kehadirannya.

Cheryl tampak terkejut melihat keberadaan Fajar. Ia langsung beringsut mundur satu langkah karena kaget. Tidak ada sapaan atau bahkan ejekan seperti biasanya. Ia ada hanya helaan napas berat dari gadis itu.

"Ryl," panggil Fajar mencoba mendekati gadis itu.

Cheryl tidak mundur. Ia harus bisa bersikap biasa. "Apa?"

"Gue gak akan pernah biarin sesuatu ngehancurin hubungan kita," ujar Fajar dengan sorot wajah kecewanya.

"Lo yang ngancurinnya," sahut Cheryl.

"Kenapa lo malah minta break? Gue tau gue salah, makanya gue minta maaf," ucap Fajar dengan suara penuh penyesalan. Ia sangat menyesal karena tidak pernah mau mendengar apa yang sebenarnya terjadi.

"Gini, ya, Jar. Sebelumnya, pertama kalinya kita kenal, gue gak pernah nyangka hubungan kita emang bakalan jadi pacaran. Gue dulu cuma tertantang buat deketin lo, karena pengen jadi temen lo. Sampai gue akhirnya menyadari kalo gue itu emang suka sama lo, bukan sekadar suka tapi juga sayang. Terus gue kayak dikasih kesempatan dari Tuhan buat deket sama lo, jadian sama lo. Gue beneran gak nyangka lo nembak gue."

"Baru beberapa minggu kita pacaran, masalah udah nguji hubungan kita. Dimulai dari Chiko yang lo 'cemburui' dan Dewi mantan lo yang tiba-tiba deketin lo lagi. Sampe akhirnya gue tau, kalo emang selama ini lo cuma kasian sama gue," jelas Cheryl sambil menahan air matanya. Sungguh begitu sesak ia menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.

FAJAR √ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang