Chapter 23 | Me, You, And She

119 21 8
                                    

BEL masuk pelajaran pertama berbunyi. Siswa kelas XI IPS 2 dan IPA 3 sekarang jadwal pelajaran Bahasa Indonesia. Mereka digabungkan karena guru yang mengajar IPA 3 sedang cuti melahirkan. Mereka berkumpul di lab bahasa. Atau tidak bisa dikatakan lab bahasa karena lebih mirip ruang konferensi rapat DPR.

"Tuhan emang sayang sama gue," ujar Karin dengan penuh semangat karena ia berhasil mendapatkan tempat yang ia incar. Wajar saja ia dapat, karena sebelum bel berbunyi Karin menyeret Cheryl untuk lebih dulu memasuki ruangan itu.

"Kurang waras, lo," ledek Cheryl yang benar-benar merasa aneh. Ya, dia tahu jika posisi tempatnya sekarang adalah posisi yang enak. Bahkan sebelum mereka duduk, Karin mengetesnya satu per satu, mendudukinya dan berceloteh yang tidak-tidak. Hingga akhirnya dia mengatakan, "It's so good!"

"Lo harusnya bersyukur, Ryl. Kalo bukan karena gue, lo gak akan leluasa mandangin doi lo," bisik Karin.

Cheryl mendengkus. Namun, setengah hatinya malah senang dan setuju dengan apa yang dikatakan Karin barusan. "Maksud lo mandangin belakang kepalanya?" ralatnya setengah mencibir.

Fajar duduk di depan. Bersama dengan Gilang, walau terlihat Gilang yang merengek karena mendapat paksaan dari Fajar untuk duduk di depan. Tidak terlalu depan, hanya saja itu terlihat jelas oleh guru jika laki-laki itu tidur.

"Baik, untuk hari ini Bu Endang tidak masuk, jadi saya yang akan menggantikan beliau untuk kelas XI IPA 3. Digabung dengan kelas yang kebetulan sama jadwalnya, kelas IPS 2," ujar Bu Rosma membuka pelajaran. "Untuk kelas IPS 2 dan IPA 3 sepertinya sama saja pelajaran yang diajarkan. Saya sudah konfirmasi kepada Bu Endang jika kalian ditugaskan untuk membuat resensi buku fiksi."

"Iya, bu!" Suara serentak dari kelas IPS 2 dan IPA 3 menggema.

"Baik, saya minta kalian untuk menceritakan secara singkat apa yang kalian baca. Kalian boleh liat tugas yang kalian buat. Jadikan tugas berbicara di depan sebagai latihan kalian. Dan buat sesuatu yang menarik," kata Bu Rosma lagi. "Saya akan acak siswa untuk membacakan tugasnya. Bisa IPS 2 dulu atau IPA 3 dulu, ya?"

"Anjir, Ryl. Gue gak mau maju duluan. Gue selalu panas dingin kalo di suruh ke depan," celetuk Karin dengan berbisik. "Lo tau, kan kalo gue nyontek google buat tugasnya," lanjutnya smabil menunjukkan dua lembar kertas berisi tugasnya.

"Lo seriusan copas di google? Gak ada yang diubah?" tanya Cheryl ikut berbisik.

"Ya kali. Enggaklah, itu namanya nyari mati gue," jawab Karin.

"Ya udah, santai aja." Cheryl menenangkan Karin walau sebenarnya ia juga gugup jika harus berbicara di depan kelas. Apalagi sekarang belajar berbicara di depan kelas gabungan.

"Santai pala lo!" berenggut Karin.

"R. Fajar Satya?"

"Hore!" sorak-sorai gembira siswa dari dua kelas itu terdengar menggelegar. Bukan hanya Cheryl atau Karin yang menghela napas lega karena bukan dirinya yang dipanggil untuk pertama kali membacakan tugas yang mereka buat.

"Anjir gembira gue," ucap Karin dengan senangnya.

Cheryl hanya tersenyum dan melihat kembali ke depan. Fajar. Ia akan melihat dan mendengar seorang Ramaizan Fajar Satya membacakan rentetan kalimat yang ia buat.

Terlihat Fajar yang malas mendengus ketika mendengar namanya dipanggil. Ia bangkit dari duduknya dan maju ke depan sambil membawa 2 lebar kertas.

"R-nya itu apa?" tanya Bu Rosma.

"Gak tau, Bu," jawab Fajar dengan polosnya.

Teman-temannya langsung tergelak mendengar jawaban Fajar. Sedangkan Bu Rosma malah mendengus.

FAJAR √ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang