Chapter 33 | Best Friend

102 18 3
                                    

Yang pengen tau Fajar ngapain, yuk vote😜 Paan sih, gaje gue, wkwk

***

Brukk!

Terdengar buku yang jatuh membuat laki-laki yang tengah duduk sambil bermain game-nya memutar bola matanya. Sudah hampir dua hari Gilang mendengar buku yang jatuh karena Fajar membanting bantal ke rak bukunya. "Berisik, Anjing!" umpatnya yang sudah kesal dan gondok dengan kelakuan sahabatnya itu.

Fajar mengabaikannya. Ia hanya merebahkan tubuhnya di atas tempat tidurnya sambil memejamkan matanya.

Gilang hanya mendengkus sambil melanjutkan acara mabar game-nya. Hingga tiba-tiba suara benda jatuh lagi membuatnya membanting ponselnya sendiri ke sofa. Terlalu sayang jika melemparnya ke wajah temannya itu. Bukan hanya ponselnya yang akan bared, tetapi wajahnya juga karena dihajar oleh Fajar.

Sekarang selimut itu menjatuhkan kursi di dekat meja belajarnya. Entah kenapa kursi itu dapat terjatuh, sepertinya Fajar mendorong kuat selimutnya hingga membentur kursi atau bahkan kursinya yang dilempar selimut dengan kekuatan fuuton topan, jurus milik Mitsuki.

"Gak mau sekalian gue bawa buldoser biar sekalian rubuhin rumah lo? Biar gak Cuma kamar lo yang acak-acakan kayak orang pengidap bipolar?!"

Fajar hanya mendesis mendengar perkataan Gilang.

"Lo galau semenjak turun dari gunung. Lo kangen sama si Cheryl?" terka Gilang.

Fajar tak mengubris. Ia malah memejamkan matanya mengabaikan Gilang.

"Nih, kalo menurut gue, langsung aja to the point jangan banyak tingkahnya kayak lo waktu di gunung," jawab Gilang memberikan saran. Tapi tentunya bukan Fajar namanya jika menuruti apa kata Gilang.

"Bacot!"

"Dibilangin ngeyel. Lo tau sendiri kalo Cheryl pernah suka sama si Chiko. Terus punya masalah sama dia, jadi jauhan. Terus si Cheryl bakalan selesaiin masalahnya sama si Chiko, lo gak takut kalo mereka malah pacaran?"

Fajar langsung membuka matanya dan menatap tajam ke arah Gilang. "Bodo amat!"

Gilang mendesis melihat kelakuan Fajar yang seakan acuh tak acuh. "Lo jadi orang apatisme semenjak putus dari Dewi, tau?"

Fajar cepat-cepat bangun dari posisinya dan mendelik pada Gilang. "Gak usah bawa-bawa dia!" jawabnya dengan tegas.

"Kan? Lo sensi kalo gue ngomongin mana dia. Apa namanya kalo lo masih belum move on?" tantang Gilang. Bukannya takut, ia malah semakin tertantang. "Lo harusnya tau, orang yang mengkhianati gak perlu dipertahanin. Buat apa? Buat nambah lo terpuruk lagi?"

Fajar mengepalkan tangannya.

"Sama mantan gak usah setia."

Faja mendesah pelan. Kemudian, ia berjalan menuju jendela kamarnya dan membukanya sedikit.

"Menurut gue, Cheryl lebih baik dibanding Dewi. Di saat Dewi ngejar kepopuleran, justru Cheryl ngejar pendidikan. Gue kira juga Cheryl bukan cewek yang neko-neko masalah perhatian, gak kayak Dewi," argumen Gilang. "Yah, kalo boleh jujur memang Cheryl gak secantik Dewi. Tapi seenggaknya, dia bisa nerima lo apa adanya."

"Mereka jelas beda!" tegas Fajar.

"Iya, mereka gak sama. Cheryl terlalu istimewa kalo dibandingin sama Dewi," tukas Gilang. "Kalo lo emang gak mau kehilangan orang yang lo sayang lagi, jaga. Jangan dibiarin. Barang juga kalo dibiarin bakalan ilang, apalagi ini orang. Nyangkutin perasaan."

Fajar terdiam, menunggu Gilang melanjutkan kembali ceramahnya dan kata-kata mutiara yang sepertinya sudah ia siapkan jauh-jauh hari.

"Percaya sama gue, dia punya perasaan yang sama kayak lo," ujar Gilang dengan yakin.

FAJAR √ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang