Chapter 31 | Girl Friend?

95 25 5
                                    

CHERYL terdiam. Tak menoleh pada Gilang. Entah kenapa, tubuhnya merasakan sesuatu yang aneh.

"Fajar bukan tipikal orang yang gampang jatuh cinta. Itulah sebabnya dia gak bisa move on dari mantannya," celetuk Gilang yang membuat perhatian Cheryl langsung tertuju padanya sepenuhnya.

"Kenapa mereka putus?"

Wajah dan kelakuan Gilang sekarang tak menunjukkan wajah tidak serius. Itu yang membuat Cheryl yakin ada maksud tertentu dari laki-laki itu.

"Gue gak sengaja denger omongan Fajar sama Raffa beberapa hari lalu. Hampir seminggu, sih. Kalo lo dikhianatin sama sahabat lo sendiri?"

Cheryl menghela napas. "Gue pernah suka sama sahabat gue sendiri. Perhatian sama sikapnya ke gue itu kayak yang ngasih harapan. Tapi lo tau gak, sih? Seseorang yang memberikan perhatian, belum tentu memiliki perasaan sebagaimana yang ia tunjukkan. Gue selalu berharap kalo sebenarnya kami berdua punya perasaan yang sama, bahkan impian untuk diwujudin bersama. Tapi di situlah sisi buruk seseorang yang terlalu terlena sama cinta. Terlalu terpaku pada keadaan saat itu tanpa memikirkan hal apa yang sebenarnya terjadi."

"Kayak lagu cinta dan luka. Dia ngasih lo cinta. Sekalian dengan akar lukanya. Hingga akhirnya tertanam di hati dan buat ngobatinnya lo harus bisa nyari orang yang bener-bener bisa rabut semua akar luka itu tanpa tersisa setitik lukapun."

"Bahasa lo sulit dimengerti, Ryl," komentar Gilang yang kebingungan.

Cheryl mendengkus kesal. "Dasar lo!"

"Kalo gue bisa bilang, masalah lo sama kayak Fajar. Cuma bedanya, dia nunjukin rasa kecewanya dengan nutup segala ekspresinya. Sedangkan lo, nunjukin ekspresi yang gak sesuai dengan apa yang ada di hati lo."

"Maksudnya?" Cheryl bingung dengan kalimat terakhir Gilang.

"Lo terlalu nunjukin kalo lo gak punya beban hidup. Seakan-akan lo emang hidup tanpa masalah. Tapi dibalik itu, hati lo selalu nangis, kan, Ryl?"

Cheryl tersenyum kecut. "Karena dengan nutupin semua masalah yang kita miliki, lo bisa liat senyum orang-orang di sekitar kita. Kita udah tau kalo masalah yang kita hadapi itu sulit, buat apa lo bagi masalah lo ke orang lain kalo sebagian dari mereka hanya ingin tahu bukan peduli? Dan buat apa lo bagi masalah ke orang yang peduli sama lo kalo lo harus liat senyum mereka luntur karena denger masalah kita?"

"Lo cewek kuat. Dengan segala beban yang lo tanggung, lo gak pernah ngeluh."

"Lo salah, Lang. Gue gak sekuat itu. Gue bukan bagian dari avenger. Yang gue lakuin cuma inget ada cita-cita yang harus gue raih. Itu yang jadi semangat gue," bantah Cheryl.

"Semoga lo bisa bahagia sama Fajar," harap Gilang.

Cheryl malah terkekeh. "Impian gue bukan itu."

"Maksud gue, semoga lo sama Fajar nemuin kebahagiaan masing-masing," ralat Gilang dengan gemas.

Cheryl tergelak.

"Ngapain kalian? Sini cepetan bantuin!" ujar Nanda yang datang langsung menyuruh membantunya memasak. "Si Fajar dari tadi ngomel mulu. Pusing dengernya," lanjutnya dengan wajah sebal.

"Iya-iya, bawel!" Gilang langsung turun dan membantu Fajar yang tak jauh dari sana.

***

Bayangan di keheningan malam membuat Cheryl tak mau repot-repot membuka matanya. Ia terlalu lelah hingga akhirnya terlelap kembali.

Cheryl mengelisik ketika merasakan udara masuk dan menerpa kakinya yang hanya di tutupi oleh kaus kaki. Perlahan, ia membuka matanya dan mengerutkan keningnya saat penglihatannya sudah jelas, ia mendapati resleting tendanya terbuka sedikit. Ia bangkit dari tidurnya dan menoleh ke sampingnya. Nanda masih meringkuk dengan nyaman dan tampak tak merasakan udara dingin yang masuk.

FAJAR √ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang