CHERYL langsung tersenyum ketika ia dan Fajar berhenti di sebuah toko buku. Ia langsung bersemangat, walau tadi sempat gondok pada laki-laki di sebelahnya itu.
Fajar masuk terlebih dahulu dan itu membuat Cheryl langsung ngedumel lagi. Mereka berjalan di kolidor buku novel.
"Kalo mau masuk ajak-ajak napa!" Gerutu Cheryl yang menyusul Fajar dan menyamai langkahnya.
"Inisiatif," ujar Fajar tanpa menoleh pada Cheryl. Ia hanya memperhatikan sederet rak yang berisi buku novel.
"Mau beli yang kayak gimana?" Tanya Cheryl.
"Terserah."
"Ini sebenernya buat tugas siapa, sih?" Keluh Cheryl karena merasa Fajar tidak peduli, padahal itu tugasnya sendiri.
"Gue," jawab Fajar.
"Terus kenapa malah ngomong 'terserah'?" Tantang Cheryl.
"Karena lo," jawabnya lagi.
Cheryl mengerutkan keningnya. "Lo punya tugas dan lo ngebebaninnya sama gue?" Ia langsung cemberut.
Mendengar gerutuan Cheryl, Fajar menghentikan langkahnya dan menghadap Cheryl. "Niat bantuin gak?" Tanyanya dengan datar.
"Gue niat bantuin kalo lo juga bisa bersikap kalo gue ada. Gue ada tapi gak lo anggap ada, lagian lo kayak sibuk sama dunia lo sendiri," jujur Cheryl sambil membuang pandangannya.
"Sori," ujar Fajar.
"Lo bisa, kan anggap gue kayak lo anggap Raffa?" Tanya Cheryl sambil tersenyum ke arah Fajar.
Fajar mengangkat sebelah alisnya. "Enggak." Ia langsung berjalan kembali.
Cheryl langsung menekan bibirnya dalam satu garis lurus. Ia kemudian menghentakkan kakinya dan mencari sebuah novel. Ia langsung menggerutu ketika ia akan mengambil sebuah novel yang tempatnya lebih tinggi dari dirinya, bahkan dengan berjinjit pun ia tak sampai.
Menyadari Cheryl yang kesusahan dengan letak buku novelnya, Fajar langsung mendekat dan berdiri di belakang Cheryl. Menggapai buku yang menjadi incaran Cheryl.
Cheryl langsung membalikkan badannya ketika ia menyadari ada tangan yang tengah mengambilkan buku novelnya di atas. Ia langsung terkesiap ketika nyaris tak ada jarak diantara keduanya.
Fajar langsung menunduk sambil mengangkat sebelah alisnya sambil menatap Cheryl yang berada di depannya.
Beberapa saat, pandangan mereka terkunci. Jantung Cheryl benar-benar berdebar dengan jarak sedekat ini, ia dapat mencium aroma tubuh Fajar yang memabukkan. Bukan, bukan karena keringat yang bau. Tapi ia merasakan wangi bau tubuh Fajar.
Ya ampun, kenapa deketan pas gue jerawatan, sih? Gue, kan, jadi minder, Jar! Batin Cheryl.
"Makanya, tumbuh itu ke atas. Bukan nyusut ke bawah," ujarnya sambil kembali lagi ke sisi lain rak.
Cheryl langsung cengo mendengar ucapan itu dari Fajar. Dengan mulus, santai tanpa dosa laki-laki itu mengatainya pendek? Oh, benar-benar. Ia langsung memandang geram ke arah Fajar. Beberapa waktu. Sangat lama.
"Jangan liatin gue. Gue tau gue ganteng," ujar Fajar tanpa menoleh pada Cheryl. Ia tengah sibuk membaca sinopsis di belakang novel.
"Lo geernya keterlaluan. Lo pede banget kalo lo ganteng!" Cetus Cheryl.
"Kalo gue gak ganteng, gue gak akan banyak disukai sama cewek-cewek," jawab Fajar dengan pedenya.
Cheryl mendekat. "Tapi gue enggak!" Tantangnya dengan pasti. Walau sebenarnya ia tak yakin dengan apa yang barusan dia ucapkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAJAR √ [REVISI]
Novela Juvenil[FOLLOW SEBELUM BACA BIAR NYAMAN DAN JANGAN LUPA VOTE-NYA] Fajar itu, cowok ganteng dan kalem. Saking kalemnya, dia cuma senyum buat nanggapi omongan orang alias jarang ngomong. Salah satu anggota pramuka yang hobi futsal sama muncak. Berbeda dengan...