"BUKANNYA sama lo?"
Cheryl malah merasa kesal sendiri mendengar Karin malah menudingnya. "Heh, elo dari tadi di sini sama si Bagas. Makanya, jangan fokus mulu sama makanan," omelnya. Ia jadi merasa khawatir dengan Bagas.
"Ahhh... Bagas, kemana sih lo?" sekarang Karin seperti kebakaran jenggot. Mondar-mandir dengan wajah penuh kekhawatiran. "Bisa-bisa gue dicoret di kartu keluarga, ini."
"Bukannya cari malah diem aja lo," omel Cheryl lagi.
"Oh, iya, ya. Ya udah, kita mencar," usul Karin mencoba mengatur kecemasannya.
"Tadi, kan dia pengen liat panda, kita coba liat aja di situ," kata Cheryl.
"Dia baru pertama kali ke sini, gak tau tempatnya, Panda!"
"Kita lagi genting gak usah cari ribut!" gerutu Cheryl dengan kesal karena Karin malah mengatainya. "Ini makanan siapa yang jagain?"
"Lo masih mikirin makanan lagi. Yang penting dulu ini adik gue. Gimana kalo dimakan sama buaya?" Karin malah gemas sendiri.
"Heh, dia cowok kali. Masa buaya makan buaya?"
Karin menatap Cheryl dengan wajah datar. "Hahaha... lucu sekali anda. Mentang-mentang baru aja patah hati," ledeknya dengan kesal.
"Sembrono tuh mulut mau gue kasih kuda nil, hah?" sungut Cheryl. "Ya udah, kita mencar. Hp lo harus on, awas aja kalo lo udah nemuin dia tapi malah gak ngasih tau gue."
"Iya, panda. Bawel lo."
"Dasar beruk!" Cheryl langsung berjalan meninggalkan Karin yang meneriakinya dengan kesal. Namun, yang harus Cheryl lakukan sekarang adalah menemukan Bagas. Kasian dong anak 3 tahun mundar-mandir tak jelas, mungkin sekarang ia tengah menangis ketakutan.
Cheryl berjalan entah kemana dengan pandangan menyebar. Perlahan, suasana menjadi ramai. Ia jadi semakin kalang kabut. "Aduh, Bagas. Ini anak dimana, sih?"
Setelah sekitar dua puluh menit berkeliling dengan acaknya, kaki Cheryl berhenti. Tatapannya menyelidik dan kemudian membuat ketika melihat seorang anak kecil yang digendong oleh seorang laki-laki yang memakai kemeja putih dan topi. Cheryl tak dapat melihat laki-laki itu karena laki-laki itu membelakanginya. Tetapi ia yakin jika anak kecil itu adalah Bagas, ia bisa mengingat baju yang dipakai oleh anak itu.
Cheryl melihat sekelilingnya. Sekarang entah kenapa malah sepi. "Astaga, ini orang-orang lagi nemu gula dimana sih ampe gak ada satu orangpun di sini?" gumamnya. Perlahan, ia mengatur nafasnya. Ia harus bisa membawa kembali Bagas. "Nyuliknya kenapa gak anak orang lain aja, sih?"
Cheryl melangkahkan kakinya dengan hati-hati. Ia harus bisa menyergap orang itu. Jantungnya sekarang malah berdegup kencang tak karuan. Anjir, kenapa gue malah deg-degan, sih? Batinnya.
Baru saja gadis itu akan memukul laki-laki itu, tetapi laki-laki itu lebih dulu membalikkan tubuhnya ke arah Cheryl hingga gadis itu langsung beringsut mundur.
"Astagfirullah!" pekik Cheryl yang kaget ketika laki-laki itu menghadapnya. Laki-laki itu sama kagetnya dengannya. "Heh, lo ngapain nyulik anak orang?!"
Laki-laki itu mengerutkan keningnya mendengar pertanyaan Cheryl yang terlalu lantang. "Apaan, sih? Siapa juga yang nyulik anak ini?"
"Kalo gak nyulik emang ngapain lagi sampe buat dia ada sama lo?" sungut Cheryl.
Laki-laki itu mendesis. "Suudzon mulu lo sama gue."
"Ya lo ngapain bawa anak orang?" Cheryl masih senantiasa mengintrogasi laki-laki itu.
"Anak ini tadi nangis, terus gue samperin. Eh, dia bilang dia gak tau kakaknya dimana," jelasnya.
Cheryl seketika langsung mendekati laki-laki itu, memeriksa keadaan Bagas lebih tepatnya. "Kamu gak apa-apa, kan? Gak jatoh atau kesandung?" tanyanya, panik.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAJAR √ [REVISI]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM BACA BIAR NYAMAN DAN JANGAN LUPA VOTE-NYA] Fajar itu, cowok ganteng dan kalem. Saking kalemnya, dia cuma senyum buat nanggapi omongan orang alias jarang ngomong. Salah satu anggota pramuka yang hobi futsal sama muncak. Berbeda dengan...