CHERYL merasakan sekujur tubuhnya membeku. Suara yang tak pernah ia dengar sejak lama. Seseorang yang menambah jejak luka di hatinya. "Baik," jawabnya dengan getir. Tetapi, ia tidak ingin menunjukkan sikap lukanya, ia harus bisa bersikap sebiasa mungkin.
Laki-laki itu mengangkat sebelah alisnya. "Gak nanya kabar gue?"
"Kayaknya gak perlu," jawab Cheryl dengan sinis.
Laki-laki itu hanya tersenyum dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Pulang sekolah, kita ngobrol ya? Ada yang pengen gue omongin."
Giliran Cheryl yang mengangkat sebelah alisnya. "Ngerasa ada yang perlu diomongin?"
"Ryl-"
"Oke," Cheryl cepat-cepat memotongnya. "Gue duluan," pamitnya yang langsung meninggalkan ketiga orang itu.
***
Bel pulang telah berbunyi, namun Cheryl masih diam di kursinya sambil mengetuk-ngetuk meja dengan jarinya. Begitu juga dengan Karin yang memandangi sahabatnya itu dengan kerutan di keningnya.
"Lo kenapa, sih? Semenjak ketemu sama cowok tadi, gelagat lo jadi gak enak gitu?" Selidik Karin yang akhirnya tidak tahan untuk bertanya. "Tadi Bu Hilda ngomong 'mama', berarti tuh cowok anaknya dong?"
Cheryl memutar bola matanya. "Bukan, neneknya," jawabnya dengan sebal.
"Seriusan, Ryl. Dia siapa?" Tanya Karin
"Tau, tanya aja sama orangnya," jawab Cheryl dengan acuh. Walau dalam hatinya, ia juga tak yakin jika laki-laki itu orang yang ia kenal.
Karin memutar bola matanya jengah. "Helo!" ia berseru dengan suara yang membuat Cheryl langsung melempar kertas yang ia remas pada gadis itu. "Buanjir!"
"Lo jangan kayak mercon bisa, gak?" protes Cheryl. Untung teman-temannya sudah tak ada, jadi tak masalah jika ia marah-marah pada sahabatnya yang sekarang menjelma menjadi genderuwo yang menyebalkan dengan mengganggunya. "Lo beneran jelmaan demit, Rin."
"Eh, elo yang nyerocos gak dijaga itu!" pekik Karin yang tidak terima dengan sebutan Cheryl. "Gak ada demit secantik dan se bahenol gue, ya? Lagian, mana mau si Raffa nembak demit, hah?"
"Secara gak langsung lo ngatain diri sendiri demit, lho, Rin," sahut Cheryl menahan tawanya.
"CHERYL!!!"
Cheryl terperanjat dan dengan secepat kilat ia langsung menyambar tasnya, kemudian berlari keluar kelas sambil terkekeh. "Gue duluan, Rin. Bidadari mau ketemu manusia brengsek dulu!"
Seketika Karin yang murka menampakkan wajah cengonya. "Manusia brengsek?" gumamnya. Kemudian ia langsung menampakkan wajah kagetnya. "WOI, CHERYL! COWOK TADI SIAPA?! MANTAN LO, YA?"
Cheryl mengabaikan teriakan dan pertanyaan Karin. Ia malah tertawa sembari berjalan ke lantai bawah. Seketika, ia teringat sesuatu. Ia tidak tahu jika laki-laki itu akan berbicara dengannya dimana. "Kok gue bego, ya?" gumamnya.
"Baru nyadar?"
Cheryl langsung menoleh ke belakang ketika ada sahutan setelah ia bergumam. "Astagfirullah!" Pekiknya ketika melihat sosok laki-laki berada di depannya sekarang. "Lo ngapain, sih? Bikin orang kaget, tau!" Omelnya.
"Enggak," jawab laki-laki itu singkat dan langsung berjalan melewati Cheryl.
Cheryl manyun melihat tingkah orang itu. Ia kemudian mengikuti laki-laki itu. Menyamai langkahnya. "Mau pulang?" Tanyanya, menghilangkan kejengkelan akibat laki-laki itu.
Laki-laki itu, Fajar, mengangkat sebelah alisnya. "Menurut lo?"
"Basa-basi aja kali, Jar. Datar amat, sih lo," cibir Cheryl.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAJAR √ [REVISI]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM BACA BIAR NYAMAN DAN JANGAN LUPA VOTE-NYA] Fajar itu, cowok ganteng dan kalem. Saking kalemnya, dia cuma senyum buat nanggapi omongan orang alias jarang ngomong. Salah satu anggota pramuka yang hobi futsal sama muncak. Berbeda dengan...