Chapter 11 | Leaders

143 33 14
                                    

CHERYL menggendong tasnya sambil mengatur napasnya yang tak teratur akibat ia berlari menaiki tangga. Ia benar-benar ingin membenturkan kepala Fajar pada wastafel di kantin jika saja tak mengingat laki-laki itu manusia dan salah satu murid di sekolah ini. Cheryl menghela napas dan berjalan menuruni tangga menuju ruang OSIS, tugasnya akan semakin berat setelah rapat hari ini.

"Ryl, tungguin!" Teriak seseorang dari belakang Cheryl. Respect, membuat gadis itu menoleh. "Aduh, Ryl, kenapa gak bilang, sih kalo mau ke ruang OSIS?"

Cheryl menaikkan sebelah alisnya. "Dari siapa?"

Tara memutar bola matanya. Ia harus mampu memahami perkataan singkat Cheryl yang terkadang membuatnya ambigu. "Dari Fero, katanya lo bakalan rapat buat acara beberapa minggu lagi. Lagian, gue juga harus bikin planning buat dua minggu setelah UAS nanti," tuturnya.

Cheryl mengangguk dan berjalan kembali. "Fero mana?" Tanyanya.

"Fero katanya mau ketemu Pak Ardi dulu, nanti dia nyusul ke sana. Dan katanya, acara tahun ini acaranya bakalan digabung, ya?" Tanya Tara.

"Yap," jawabnya.

"Eh, lo tau kalo pradana putri sekolah kita itu Dewi?"

Cheryl langsung berhenti berjalan mendengar perkataan Tara. "Kenapa tau?"

"Gue, kan, anggota pramuka juga, Cheryl!"

Cheryl mengangguk. Ah, iya. Tara itu anggota pramuka. Pantas saja jika ia tahu jika Dewi adalah pradana putri. Tapi, ia juga sebenarnya tak tahu. Jadi, ia sedikit terkejut jika seorang Dewi yang terkenal karena aktif di organisasi OSIS, pramuka, dan juga PMR, ternyata adalah ketua dari ektrakurikuler pramuka. "Ketua utama?"

"Dia—" omongan Tara tak sempurna karena seseorang menarik lengan Cheryl.

"Ryl, kita punya masalah serius," ujar Salma yang menarik lengan Cheryl. Ia langsung menyeret gadis itu dengan cepat ke ruang OSIS, meninggalkan Tara yang mendengkus karena tidak bisa menyelesaikan kalimatnya dan malah ditinggal di lorong sendirian.

Cheryl hanya bisa pasrah ketika tangan kirinya ditarik oleh Salma. Untung Salma menarik tangan kirinya, jika menarik tangan kanannya mungkin akan kembali terasa ngilu. Dan ia tidak ingin menjawab pertanyaan orang-orang jika menanyakan ada apa dengan telapak tangan kanannya. Ia dan Salma masuk ke ruang OSIS dan langsung ke ruang khusus rapat. Di sana sudah banyak orang. Tidak banyak, hanya wakil ketua I dan II, sekretaris I dan II, bendahara I dan II, dan anggota bidangnya.  Dan sepertinya beberapa orang yang tidak diketahui Cheryl.

"Akhirnya nyampe juga," sindir seorang gadis yang duduk tak jauh dari dirinya berdiri sekarang.

Terlihat beberapa orang memutar bola matanya mendengar sindiran itu. Sudah tak asing lagi jika selalu ada sindiran seperti itu jika ada seorang Cindy Adriana. Gadis yang berambisi menjadi seorang ketua OSIS.

"Bisa diem?" Tegas Anin, wakil ketua I OSIS.

Cindy mendengus mendengar perkataan Anin. Ia melipat tangan di depan dadanya sambil mendelik sinis.

"Ryl, kita punya masalah serius. Fero whatsapp gue katanya emang kita bakalan rombak habis-habisan proposal yang udah kita buat selama 4 bulan," tutur Anin dengan wajah serius. Ia kemudian melirik beberapa orang di seberang meja mereka.

"Sori, nih, gue bukan merusak suasana, tapi mending kalian ngomong langsung sama pradana pramukanya, dan gue selaku wakilnya plus sohibnya kagak ngerti. Soalnya dia sendiri yang nemuin Pak Ardi," ujar seorang laki-laki yang duduk di dekat pintu, hanya terhalang oleh sebuah bangku.

Cheryl menoleh ke arah laki-laki itu dan mengangkat sebelah alisnya.

"Ah, iya. Gue Gilang, kelas XI IPA 3. Gue tau lo. Lo pasti Cheryl, kelas XI IPS 2, kan?" Tebak laki-laki itu.

FAJAR √ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang