FAJAR terperanjat. Suara klakson bersahutan pertanda kendaraan di belakangnya memprotes karena ia berhenti mendadak. Ia mengatur napasnya sebelum menoleh pada gadis di sebelahnya itu. "Apaan, sih?" tanya Fajar dengan kesal. Ia sungguh kaget dengan perintah tiba-tiba dari Cheryl.
"Gue mau ke sana," jawab Cheryl sambil menunjuk ke sebuah tempat yang berada tak jauh dari mereka.
"Mau nga-"
"Ayolah, Jar, gue mau ke sana. Jarang-jarang ada pasar malam di kota pembangunan kayak gini." Cheryl menampilkan wajah memelasnya.
"Tap-"
Suara klakson lebih dulu memotong perkataan Fajar hingga mau tak mau, laki-laki itu melaju ke tempat yang Cheryl mau. Ia merasa kesal karena Cheryl yang merengek seperti anak kecil dan berubah girang ketika ia menuruti keinginannya. Ia memarkirkan mobilnya di tempat parkir yang disediakan dan langsung menoleh ke arah Cheryl yang mengembangkan senyumnya. "Udah ke sini, kan? Kita pulang."
"Astaga, Sunrise. Ini baru sampai tempat parkir dan belum masuk. Lo malah mau langsung pulang gitu?" cerocos Cheryl dengan kesal. "Sayang bensinnya."
"Berhenti nyebut gue 'Sunrise'!" protes Fajar.
"Gak mau, lo lucu kalo gue nyebut kayak begitu," jawab Cheryl dengan wajah yang di imut-imutkan. "Udah, ayo," ajak Cheryl sambil menggoyang-goyangkan lengan Fajar.
"Ini masih siang," ujar Fajar dengan kesal.
"Masa? Tapi kok, kayak udah mau malam," balas Cheryl sambil melihat sekitar.
"Itu karena efek mendung sama efek kaca mobil gue," jawabnya sambil menghempaskan tubuhnya ke sandaran kursi kemudi.
Cheryl langsung menampakkan wajah kecewa sambil menghela napas. Jujur ia merasa kecewa. Ia belum pernah mendapat izin pergi ke pasar malam jika tidak bersama dengan orang tuanya jika di kampung halamannya. Dan di kota ini, ia belum menemukan adanya pasar malam.
"Gak usah pasang muka kayak gitu. Cepetan keluar," ujar Fajar.
"Beneran?" Cheryl menoleh pada Fajar. "Kalo lo gak ikhlas, mending kita pulang aja," ujarnya, menyembunyikan rasa kecewanya.
"Gue lagi berbaik hati," sahut Fajar.
Cheryl langsung mengembangkan senyumnya. Perasaannya menghangat mendengar ucapan laki-laki itu.
"Katanya mau ke pasar malem, ngapain masih di sini?" Fajar membuka seatbelt-nya dan bersiap turun namun langsung mengerutkan keningnya ketika melihat Cheryl yang malah diam saja memperhatikannya.
"Bukain seatbelt-nya," ujar gadis itu.
Sumpah demi apapun, Fajar ingin tertawa melihat raut wajah Cheryl yang begitu memelas. Namun, ia menahannya. Image-nya akan rusak jika tertawa di depan orang yang menurutnya asing. "Lo mau baper lagi sama gue?"
Cheryl langsung memberengut, dan mencoba untuk melepaskan seat belt-nya walau tak tahu bagaimana caranya. Sesekali ia melirik Fajar yang ia risaukan malah menertawakannya. Walau Cheryl yakin, laki-laki itu hanya akan menampakkan wajah meremehkan.
Bibir Fajar tertarik, walau sekilas. Ia kemudian membantu Cheryl dan langsung keluar begitu saja ketika seatbelt yang gadis itu kenakan sudah terlepas.
Cheryl menahan napasnya. Darahnya seperti berdesir hangat, namun tubuhnya malah dirasuki oleh hawa dingin. Kenapa ia harus merasakan panas dingin begini? Ah, lupakan saja. Cheryl langsung keluar dari mobil dan tersenyum ke gerbang masuk area pasar malam.
"Jangan lama-lama. Lo belum izin sama nyokap-bokap lo. Nanti gue malah disangka nyulik lo lagi. Padahal gak akan ada orang yang mau nyulik lo. Bawel gitu," cerocos Fajar sambil berjalan meninggalkan Cheryl.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAJAR √ [REVISI]
Novela Juvenil[FOLLOW SEBELUM BACA BIAR NYAMAN DAN JANGAN LUPA VOTE-NYA] Fajar itu, cowok ganteng dan kalem. Saking kalemnya, dia cuma senyum buat nanggapi omongan orang alias jarang ngomong. Salah satu anggota pramuka yang hobi futsal sama muncak. Berbeda dengan...