KARIN merasa hatinya sakit melihat sahabatnya yang sedari tadi hanya terdiam tanpa mengatakan sepatah kata apapun. Ia benar merasakan rasa bersalah dalam hatinya karena membuat masalah yang membuat Cheryl dalam posisi yang seperti ini. Dengan keraguan, Karin mencoba membuka suara. "Gue minta maaf, Ryl. Gue beneran gak ada maksud."
Cheryl terdiam sejenak sebelum menjawab ucapan Karin. "Gak apa. Gue berterima kasih sama lo."
"Buat?"
Cheryl tersenyum kecut. "Lo ngungkapin apa yang ada dalam hati gue. Gue bukan tipikal orang yang pinter ngomong, Rin. Lo tau itu," jawabnya.
Mereka sekarang tengah berada di depan kelas. Seharusnya mereka sudah pulang, namun Karin merasa ia masih memiliki permintaan maaf kepada Cheryl.
Karin mengangguk pelan. "Gue juga makasih sama lo, Ryl. Berkat lo, gue sadar kalo keputusan gue buat putus sama Raffa adalah keputusan yang tepat."
Cheryl langsung menoleh pada Karin dengan kerutan di keningnya. "Lo putus sama Raffa?"
Karin mengangguk lagi. "Cinta itu bukan pengekangan, kan? Gue sadar kalo hidup jomblo kayak lo menyenangkan."
"Sialan lo!" dengus Cheryl, walau akhirnya ia tertawa.
"Tapi benarkan?" balas Karin. "Aku baik-baik saja, menikmati hidup yang aku suka. Hidupku sangat sempurna. I'm single and very happy," ujarnya menyanyikan penggalan lagu. "Lagian, sejak gue jadian sama Raffa, waktu gue sama lo jadi berkurang."
Cheryl menampakkan wajah terharunya. Dan ia langsung memberi isyarat untuk Karin berpelukan.
Karin memeluk Cheryl. "Sahabat gue jangan sedih-sedih. Sekarang sama-sama jomblo kok," ujarnya.
"Eh, tapi kapan lo putus sama Raffa?" tanya Cheryl yang tiba-tiba kepo.
"Waktu istirahat. Waktu... liat lo berantem sama Fajar diii..." Karin langsung mengalihkan pandangannya ke lain arah dengan wajah yang tegang. "Dimana gue naruh buku, ya?" katanya yang langsung beranjak dari duduknya. "Gue kayaknya harus pesen ojek online dulu, deh."
Cheryl menaikkan sebelah alisnya tak mengerti melihat tingkah Karin yang tiba-tiba berubah."Lo kenapa, sih?"
"Satu hal yang pasti, lo harus menyelesaikan apa yang seharusnya selesai, kan, Ryl?" Karin langsung berjalan mundur. "See you, gue harus rajin belajar buat bisa masuk SNMPTN. Fighting!" ia langsung ngibrit meninggalkan Cheryl yang tak mengerti maksud dari sahabatnya itu.
"Stresnya makin nambah sesetrip, tuh anak," gumam Cheryl sambil menoleh ke arah lain. Dan detik selanjutnya, ia langsung terpaku ketika melihat seorang laki-laki yang sudah berada di dekatnya. Dengan gerakan cepat, ia langsung menyambar tasnya dan berlari. Namun, gerakannya kalah cepat karena laki-laki itu lebih dulu menahan tangannya. "Lepasin!"
"Maaf."
Cheryl berdecak. "Gue udah ngomong belum sih kalo kita gak usah kenal lagi?"
"Segitu gampangnya lo ngomong kayak gitu?" Fajar berbicara dengan tajam.
"Segampang lo ngebegoin gue, kan?" tantang Cheryl.
"Gue punya alasan buet ngelakuin itu," jawab Fajar menyakinkannya.
"Oh, ya? Coba ngomong kenapa?"
"Gue bakalan jawab kalo lo juga jelasin kenapa lo gak masuk pas acara kita," seringai Fajar.
Wajah Cheryl mengeras. "Gak ada hubungannya sama itu."
"Kalo gak ada hubungannya, berarti jawaban gue juga sama. Gak ada hubungannya sama lo," balas Fajar tak mau kalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAJAR √ [REVISI]
Ficção Adolescente[FOLLOW SEBELUM BACA BIAR NYAMAN DAN JANGAN LUPA VOTE-NYA] Fajar itu, cowok ganteng dan kalem. Saking kalemnya, dia cuma senyum buat nanggapi omongan orang alias jarang ngomong. Salah satu anggota pramuka yang hobi futsal sama muncak. Berbeda dengan...