Chapter 4 | Trying

152 47 6
                                    

CHERYL mengayunkan kakinya hingga membentuk irama yang beraturan ketika kakinya bersentuhan dengan kursi kayu yang ia duduki. Ia langsung mendongkak ketika melihat sepasang kaki yang berdiri di depannya. "Ngapain?" Tanyanya.

Fajar memutar bola matanya. "Kita pulang," katanya.

"Ya udah, pulang aja," jawab Cheryl tak acuh. Ia kemudian mengalihkan pandangannya ke lain arah. Karin sudah tak ada lagi di sampingnya, karena Raffa sudah lebih dulu menarik Karin untuk pergi bersamanya entah kemana.

Otaknya masih memikirkan cara untuk mendekati Fajar. Ia harus membuktikan jika Fajar bukan cowok dingin. Apalagi setelah perilakunya yang membuatnya ingin melemparkan sepatunya pada wajah laki-laki itu. Ia merasa heran. Kenapa Fajar ramah pada yang lain, tapi dingin pada dirinya?

Disadarinya, Fajar ternyata masih memperhatikannya. Itu yang membuat Cheryl langsung mengerutkan keningnya. "Kenapa sih liatin? Ada yang salah?" Ia langsung meraba-raba wajahnya.

"Otak lo yang salah," cetusnya.

Seketika Cheryl langsung kicep dengan jawaban Fajar. "Ngatain orang jangan segitunya kali. Kita baru kenal dan lo udah ngatain otak gue salah? Otak lo kali yang dangkal!" Balasnya dengan kesal. Ia merasa sebal dengan Fajar yang ternyata memiliki mode menyebalkan.

"Cepetan pulang!" Desak Fajar yang langsung menyambar tas hitamnya. Ia langsung menyampirkan tasnya di bahu kanannya dan menatap Cheryl lagi yang tidak bergerak sama sekali. "Mau pulang gak, sih? Gerah gue!" Semprotnya. Ia merasakan rasa tak nyaman karena ia memakai baju seragam putih-abunya. Tadi memang ia menggantinya lagi setelah bermain futsal.

"Itu derita lo. Dan bagus kalo lo gerah, berarti lo normal. Kalo seandainya lo main futsal terus lo ngerasa dingin, itu yang gak bener," cerocos Cheryl.

Fajar memutar bola matanya dengan kesal ketika mendengar cerocosan gadis di depannya ini. "Lo mau pulang gimana? Cepetan! Nyusahin banget!"

"Dan kayaknya lo gak perlu anterin gue pulang!" Balas Cheryl dengan kesal karena Fajar seakan menyalahkannya. Bukan salahnya ia sekarang berada di sini. Dia sendiri yang mengajak Cheryl ke sini.

"Ryl!" Panggilan itu langsung membuat Cheryl dan Fajar mengalihkan pandangannya ke arah sumber suara.

"Fatir? Lo ngapain di sini?" Cheryl mengerutkan keningnya ketika melihat Fatir berada di tempat ini.

Fatir malah terkekeh sebelum menjawab pertanyaan Cheryl. "Lo terlalu fokus ngobrol sama Karin sampe lo gak nyadar kalo gue tadi main juga," jawabnya.

Cheryl mengangguk-anggukan kepalanya. "Terus?" Tanyanya dengan polos.

"Ya gue nyapa aja," jawab Fatir sambil terkekeh merasa gemas dengan kepolosan gadis di depannya.

"Ck," Fajar berdecak dengan raut wajah sinis.

"Mau pulang?" Tanya Fatir tanpa memperdulikan Fajar yang terlihat gondok atas kehadirannya.

Cheryl mengangguk.

"Bareng sama gue aja, yuk?" Tawar Fatir.

"Dia pulang bareng gue," serobot Fajar tanpa menoleh pada Fatir.

Mendengar ucapan Fajar, Cheryl langsung membelalak. Tak percaya jika laki-laki itu mengatakan hal yang tadi membuatnya kesal. Sementara Fatir tampak santai sambil mengangguk pelan.

"Cepet!" Titah Fajar dengan tak sabar.

"Gue bisa pulang sendiri," ujar Cheryl dengan penuh penekanan.

"Pulang bareng gue," balas Fajar dengan menekankan setiap kata yang ia ucapkan.

Seketika Cheryl teringat tentang misinya agar bisa membuat Fajar menjadikannya teman. Ini adalah kesempatan untuknya mengenal lebih jauh tentang cowok yang bersikap lain dari yang lain kepadanya. "Ya udah," jawabnya sambil mengambil tasnya dan menyampirkannya pada bahunya. Ia kemudian bangkit dan berpamitan pada Fatir. "Tir, gue duluan, ya."

FAJAR √ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang