KARIN mengerutkan keningnya ketika melihat wajah asam Cheryl. Terlihat jika sahabatnya itu sedang tidak baik-baik saja. Untung ia tidak melamun di pelajaran Pak Toni, jika iya mungkin sekarang ia sedang berada di ruang kesenian sambil menyapu lantai. "Lo kenapa, sih? Jangan jawab gak kenapa-napa karena gue tau lo lagi kenapa-napa."
Cheryl mengernyit. "Apaan, sih? Lo..." Ia mengantungkan kalimatnya. Ia tak tahu harus mengatakan apa untuk mencari alasan. Ia menghela napas sejenak. "Salah gak sih kalo gue kesel?" tanynya sambil menatap bakso di depannya.
"Karena?"
Cheryl mengambil ponselnya dari saku seragam dan menyerahkannya pada Karin setelah mengutak-atiknya.
Karin menerima ponsel Cheryl dan terkejutnya ia ketika melihat foto yang memenuhi layar ponsel sahabatnya itu. ia memandang Cheryl dengan wajah syok. "L-lo dapet ini dari mana?" tanyanya .
"Gue ss di instagram. Itu post-nya si Dewi," jawab Cheryl sambil menyeruput jus mangganya. "Gue gak tau kenapa tuh cewek nge-post foto kayak gitu. Seakan-akan mereka itu pacaran tau," ceritanya. Ia tak tahu harus bercerita pada siapa lagi jika bukan pada Karin. Ia tidak mungkin bercerita pada Chiko. Laki-laki itu belum tahu jika ia sudah pacaran dengan Fajar. Dan masalah seperti ini, ia belum pernah berpengalaman. Ia membutuhkan saran.
Karin memasang wajah iba. "Gue bilang juga apa, harusnya lo mikir-mikir kalo mau nerima si Fajar atau bahkan buat deket sama dia aja lo harus pikir-pikir," ujarnya.
"Kapan lo bilang?" tanya Cheryl. Seingatnya, Karin tak pernah mengatakan hal itu.
"Barusan," jawab Karin sambil menganggukkan kepalanya, kemudian malah nyengir tanpa dosa.
Cheryl menghela napas berat. Ia enggan jika harus berdebat dengan Karin sekarang ketika mood-nya anjlok. Bisa-bisa Karin malah menerima kata-kata yang menyakitkan. "Dahlah, anggap aja kalo gue gak pernah liat postingan itu," putus Cheryl. Ia tak mau malah memperburuk keadaan dengan membahas itu bersama Fajar. Kecuali jika laki-laki itu membahasnya lebih dulu.
"Seriusan?" tanya Karin dengan raut wajah khawatir. Seketika ponsel Cheryl bergetar dan Karin melihat layarnya. "Nih, my pacar," ujarnya sambil menyerahkan ponsel sahabatnya kembali.
"Hah?" Cheryl dengan cepat mengambil ponselnya. "Lirik-lirik aja lo!" gerutunya sebal karena Karin melihat nama kontak Fajar yang sudah diubahnya. Jujur saja, sebenarnya bukan sebal. Lebih tepatnya malu.
My pacar
Dimana?
Cheryl menghela napas pelan.
Kantin
Ia kembali menaruh ponselnya dan kembali menyantap baksonya.
"Lo kalo lagi bad mood nafsu makan, ya?" celetuk Karin dengan pandangan aneh.
"Hah? "
"Biasanya cewek kalo lagi galau gak nafsu makan. Lah, ini, elo malah kayaknya paling semangat kalo makan," ujar Karin yang memperhatikan Cheryl dengan kening berkerut. "Ungkapin kalo lo cemburu. Ngomong sama dia," sarannya.
Cheryl terdiam sejenak, hingga akhirnya ia menggeleng pelan. "Gue gak cemburu, kok," bantahnya. Memang benar jika hati, pikiran yang ucapan selalu berbeda.
"Gue juga pernah ngalamin itu," ujar Karin. Ia memaklumi tindakan Cheryl saat ini. Ia mengerti jika Cheryl tak ingin bertengkar dengan Fajar.
Baru saja Cheryl akan buka mulut, tapi urung ketika dua orang laki-laki duduk di meja mereka. Ia melirik ke samping dan mendapati Fajar, di sisi Karin ada Gilang yang tampak malas.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAJAR √ [REVISI]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM BACA BIAR NYAMAN DAN JANGAN LUPA VOTE-NYA] Fajar itu, cowok ganteng dan kalem. Saking kalemnya, dia cuma senyum buat nanggapi omongan orang alias jarang ngomong. Salah satu anggota pramuka yang hobi futsal sama muncak. Berbeda dengan...