HANYA karena bertengkar, Cheryl harus terdampar di ruang BK. Oh, bertengkar yang membuat semua siswa bahkan guru di SMA Bina bangsa. Hingga akhirnya terdengar oleh Bu Hilda sang kepala sekolah. Bukan hanya Cheryl dan Cindy, tetapi Fajar dan Gilang pun ikut terseret masuk dalam masalah ini.
Bagaimana tidak terseret kalo ide memisahkannya malah membuat kantin hancur? Niatnya baik, tapi caranya salah, bukan?
"Coba jelaskan pada Ibu, kalian ini kenapa?" Bu Nina membuka pembicaraan. Ya, guru BK itu yang mengatakan jika bertengkar sekalian saja membawa parang atau cangkul biar sekalian saling bacok.
Cheryl dan Cindy saling membelakangi. Tak ada satu pun di antara mereka yang menjawab pertanyaan guru mereka itu.
"Fajar, kamu juga kenapa malah siram mereka pake air?"
Fajar menghela napas. "Biar pisah, Bu."
Bu Nina menggelengkan kepalanya. "Cheryl, kenapa kalian bertengkar? Sampe adu jambak kayak gitu? Gak ada lomba saling jambak, ya di SMA Bina Bangsa."
Cheryl menghadap Bu Nina. "Bu, dia yang tiba-tiba nyiram saya," adunya. Ia sudah tidak bisa menahan amarah mengingat bagaimana perempuan di sebelahnya itu tiba-tiba menyiramnya.
"Eh, gue gak aka nyiram lo kalo lo gak cari masalah duluan sama gue!" balas Cindy yang sekarang menghadap Cheryl dengan tatapan penuh kebencian.
"Gue gak pernah nyari masalah sama lo!" sanggah Cheryl yang tak terima dengan tuduhan Cindy.
"Sudah-sudah kalian malah dilanjutin berantemnya!" Bu Nina melerai kembali. Beliau tampak frustasi dengan dua siswa di depannya.
"Bu, kayaknya percuma bikin mereka baikan kalo otak sama hati mereka masih panas," timbrung Gilang.
"Tumben sekali kamu bijak, Gilang," seru Bu Nina.
"Yeh, Bu, saya itu bijak bener kalo masalah nasehat-menasehati," jawab Gilang dengan bangganya.
"Iya, kamu juga pantes banget buat dinasehati! Badernya ngalahin anak SMP yang lagi pubertas!" balas Bu Nina dengan wajah sangarnya.
"Bu, kalo gak ada yang dinasehati ibu gak akan ada kerjaan," jawab Gilang lagi.
Bu Nina menggelengkan kepalanya sambil berdecak. "Bisa aja, ya kamu kalo ngejawab!" omel Beliau. Kemudian, kembali fokus menatap Cheryl dan Cindy yang saling tatap dengan tatapan membunuh.
Cukup sudah Cheryl diam saja diinjak-injak oleh makhluk yang menyerupai setan ini!
"Kita selesaikan masalah kalian sekarang." Bu Nina berucap tegas tak mau dibantah. "Awalnya bagaimana? Cindy, kenapa kamu tiba-tiba nyiram Cheryl?"
Cindy membuang pandangannya, menghadap Bu Nina. "Bu, dia ngerusak hubungan saya sama pacar saya," adunya.
Cheryl menggeram. Ingin sekali ia membantah, tapi ia tahu jika ia berbicara malah dia sendiri yang dimarahi Bu Nina.
"Hanya karena pacaran?" tanya Bu Nina tak percaya.
"Bukan hanya, ibu. Pacaran itu komitmen, tapi malah diancurin sama tuh orang," jawab Cindy sambil mendelik pada Cheryl.
Bu Nina memegangi kepalanya. "Astaga! Anak jaman sekarang pacaran bikin bucinnya ngalahin kucing yang lagi ngebet kawin!"
"Wah, ibu. Ibu tau juga gimana kalo ada kucing ngebet kawin," celetuk Gilang sambil terkekeh.
"Diam kamu, Gilang!" Bu Nina memelototi Gilang hingga akhirnya membuatnya hanya nyengir. "Pembelaan kamu, Cheryl?"
Cheryl menghela napas. "Lisa mantan Niko, Bu, pacarnya Cindy. Saya deket karena dia emang temen satu komplek rumah sama saya. Dia pernah nanya sama saya, Cindy masih pacaran nggak sama Niko. Soalnya Lisa bilang dia pernah liat dia jalan sama Naura," jelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAJAR √ [REVISI]
Ficção Adolescente[FOLLOW SEBELUM BACA BIAR NYAMAN DAN JANGAN LUPA VOTE-NYA] Fajar itu, cowok ganteng dan kalem. Saking kalemnya, dia cuma senyum buat nanggapi omongan orang alias jarang ngomong. Salah satu anggota pramuka yang hobi futsal sama muncak. Berbeda dengan...