FAJAR menyunggingkan senyum semunya. Ia jadi gemas sendiri melihat bagaimana Cheryl yang tampak kesal pada Karin. Ia melihat dari jendela bagaimana ia menyuruh Karin untuk segara pergi.
"Kenapa lo senyum-senyum gitu?" tanya Dewi yang ngeri melihat Fajar. Walau senyum tipis, tapi Dewi bisa melihatnya.
"Kak, kita masuk kelas dulu, ya?" pamit dua junior Dewi. Setelah diangguki oleh Dewi, keduanya langsung keluar meninggalkan ketiga orang itu.
"Iya lo! Kenapa mesem-mesem gitu? Kesambet setan UKS?" timbrung Gilang.
"Gak," jawab Fajar kembali datar.
"Lo juga sampe tau si Fajar senyum, Dew," goda Gilang mengangkat sebelah alisnya menatap Dewi.
"Apaan, sih? Lo mau gelas ini melayang ke muka lo?" ancam gadis itu sambil mengacungkan gelas yang dibawa olehnya.
"Sewot amat, Mbaknya. Mentang-mentang anggota PMS!"
"PMR!" ralat Dewi sambil memukul lengan Gilang dengan kesal.
"Iya itu!"
Dewi kembali memokuskan dirinya pada Fajar. "Makanya jangan begadang. Tidur telat aja bisa bikin lo lemes. Lo juga pasti gak makan malam, kan? Lo juga gak sarapan, lo mau bikin badan lo drop? Kan, Pak Ardi udah bilang sama lo buat jadi pemimpin upacara hari ini," omelnya.
Fajar hanya menghela napas. Kupingnya panas mendengar omelan dan omelan yang sedari tadi Dewi lontarkan sejak ia siuman. Memang salahnya karena malah menyiksa dirinya sendiri. Tapi apa semua kaum hawa begitu bawel?
"Lo udah ngomong sama Cheryl? Udah jelasin? Udah minta maaf?"
Pertanyaan itu langsung membuat Fajar menoleh, begitu juga dengan Gilang. "Udah."
"Kenapa jadi lo yang ribet?" tanya Gilang yang keheranan sendiri.
"Gue ngerasa bersalah aja sama dia. Gue udah jahat banget sama dia tapi dia masih aja mau nolongin gue," jawab Dewi dengan jujur.
"Lo juga jahat karena gangguin hubungan si Fajar sama si Cheryl!" tambah Gilang yang membuat Dewi mengerucutkan bibirnya.
"Ya maaf. Gue, kan, gak tau!" belanya.
"Jadi? Lo udah relain Fajar sama Cheryl?" tanya Gilang lagi, memastikan.
"Rela sih, enggak, ya. Tapi gue nyoba ikhlas," jawab Dewi sambil tersenyum ke arah Fajar.
Fajar mengalihkan pandangannya. Entah kenapa, ia menjadi sedikit aneh dengan perasaannya sendiri.
"Ya... gue sih dukung-dukung aja kalo dasarnya cinta," sindir Gilang sambil pura-pura mengalihkan pandangannya. Padahal ia melirik-lirik Fajar yang menyadari sindirannya itu.
"Jangan sampai nyesel karena kehilangan seseorang yang sebenarnya berharga hanya sebuah gengsi," ujar Dewi dengan sungguh-sungguh. "Jangan sampai lo lepasin Cheryl. Dia beneran sayang sama lo," lanjutnya meyakinkan.
"Cheryl emang yakin sama perasaannya, tapi dia?" Gilang menunjuk Fajar tanpa merasa bersalah. "Boro-boro! Yakin enggak, ragu huuh!"
"Berisik!" gertak Fajar yang mulai kesal karena Gilang selalu menyudutkannya.
"Jar, Gilang bener kalo lo yang salah!" bela Dewi.
"Dengerin Bu Mantan," ujar Gilang dengan tatapan terarah pada Fajar tetapi telunjuknya menunjuk Dewi.
"Lo ngomong sekali lagi gue pastiin sepatu si Raffa nanti bakalan melayang ke muka lo!" ancam Fajar dengan kesal.
Gilang seketika bungkam, sedangkan Dewi menggelengkan kepalanya. Gadis itu sudah sangat hapal bagaimana ancaman Fajar yang pasti akan terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAJAR √ [REVISI]
Fiksi Remaja[FOLLOW SEBELUM BACA BIAR NYAMAN DAN JANGAN LUPA VOTE-NYA] Fajar itu, cowok ganteng dan kalem. Saking kalemnya, dia cuma senyum buat nanggapi omongan orang alias jarang ngomong. Salah satu anggota pramuka yang hobi futsal sama muncak. Berbeda dengan...