MALAM ini dan seterusnya mungkin Cheryl takkan merasa sendiri lagi. Tidak hanya membaca novel, atau mantengin film yang sudah ia tonton karena tidak ada film lain, bahkan chat dengan Karin yang room chat-nya penuh dengan ngomongin orang lain. Ia senang karena Fajar tidak sedingin apa yang ia pikirkan.
Contohnya saat ini, Cheryl sedang video call dengan laki-laki itu. Awalnya Cheryl bener-benar merasa ini mimpi, tapi semakin ia menyangkal maka semakin ia tidak bisa tenang.
"Lo gak ngantuk apa?" tanya Cheryl yang sebal karena hampir kurang lebih dua jam ia dan Fajar hanya diam tanpa mengucapkan apa-apa. Bahkan Cheryl selesai ngemil pun Fajar masih tak bersuara.
"Masih jam 8. Kebo lo tidur jam segini. Mata lo buruk amat," ledek Fajar dengan santainya.
"Enak aja! Gak enak aja. Lo dari tadi merhatiin mulu gue," akunya. "Gue, kan, malu," lanjutnya dengan pelan.
"Punya urat malu juga, ya lo," ejeknya lagi.
"Elo yang gak punya urat malu!" balas Cheryl.
"Eh, lo belum ngasih sequel novel yang dulu lo bilang," ujar Fajar tiba-tiba.
"Kenapa lo jadi suka novel kayak gini?" tanya Cheryl yang keheranan.
"Keturan lo."
"Heh, emang gue berapa kalo baca novel di depan lo sampe lo ketularan?"
"Coba ceritain gimana kelanjutannya," pinta Fajar mengabaikan pertanyaan Cheryl barusan.
Cheryl berpikir sejenak, mengingat kembali isi novel yang dimaksud oleh Fajar. Tapi seketika, hal itu mengingatkannya pada satu orang. Mentari. Ia ingin bertanya pada laki-laki itu, tapi ia tidak mau nantinya akan berujung pertengkaran. Gak etis dong baru siang jadian tapi langsung berantem.
"Rama sama Shinta itu jadian. Tapi hubungan mereka diganggu sama si Karin," cerita Cheryl dengan singkat.
"Karin?"
Cheryl mengangguk. "Karin itu mantannya Rama. Kasian tau Shinta, dia gak terlalu tau gimana Rama yang sebenernya. Tapi mantan dia tau semua tentang Rama," tuturnya.
Fajar seketika diam. Tak menanggapi apa yang dikatakan oleh Cheryl. Seperti ada pikiran yang menganggunya.
"Jar? Lo kenapa?" tanya Cheryl yang merasakan perubahan dari laki-laki itu.
"Gak papa. Besok gue jemput, ya?"
"Gak usah. Nantinya ngerepotin. Gue bisa sendiri, kok," tolak Cheryl.
"Gak papa. Nanti gue ke rumah lo," ujar Fajar tak mau dibantah.
"Ya udah," jawab Cheryl yang akhirnya mengalah.
"Lo kenapa pake kacamata?"
Cheryl mengernyit dan menyentuh kacamata yang ada di kepalanya. "Oh, ini. Ini tuh kacamata antiradiasi. Gue terlalu sering pake laptop."
"Gue kira kacamata item."
"Buset, gue pake malem-malem gitu?"
Fajar tersenyum.
"Gue denger dari Tara kalo lo bakalan ikutan lomba, ya?" tanyanya. Ia teringat ketika Tara selalu membicarakan jika pramuka sekolahnya akan mengikuti perlombaan.
"Iya."
"Kenapa tadi gak latihan?" tanya Cheryl keheranan. Ia teringat jika tadi ia dan Fajar langsung pulang. Oh tidak. Tapi ke danau terlebih dahulu.
"Gak setiap hari juga latihannya."
Cheryl ber-oh panjang sebagai tanggapan. "Terus?"
"Besok gue latihan. Udah lomba pramuka langsung turnamen,"cerita Fajar.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAJAR √ [REVISI]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM BACA BIAR NYAMAN DAN JANGAN LUPA VOTE-NYA] Fajar itu, cowok ganteng dan kalem. Saking kalemnya, dia cuma senyum buat nanggapi omongan orang alias jarang ngomong. Salah satu anggota pramuka yang hobi futsal sama muncak. Berbeda dengan...