FAJAR tersenyum kecil mendengar apa yang sebenarnya menjadi pikiran Cheryl. "Dewi itu masa lalu gue," jawabnya. "Buat apa balik ke masa lalu kalo masa depan udah di depan mata?"
Cheryl merasakan kehangatan yang menjalar dari tatapan Fajar padanya. Ia seketika tersenyum dan memalingkan wajahnya. "Udah gombalnya? Mau baperin anak orang sampe gimana? Buaya fakboi, nih," ledeknya.
"Cuek disangka gak peka. Diromantisin di sangka buaya. Cewek maunya apa,sih?"
Cheryl tertawa mendengar ocehan Fajar. "Gue juga gak tau cewek sebegitu anehnya," sahutnya.
"Itu yang ngebuat kenapa mereka butuh pendamping."
"Hhhmmm... Enggak juga deh kayaknya. Maksudnya, pendamping adalah takdir tapi kalo masalah keanehan, gak ada sangkut pautnya."
Fajar menatap gemas gadis di sampingnya. Menikmati setiap detik yang ia habiskan bersama seseorang yang mengisi kekosongan di hatinya. Siapa sangka ia menyukai gadis aneh seperti Cheryl? Tuhan memang maha membolak-balik hati seseorang. Tidak ada yang tahu kepada siapa rasa kita tertuju.
Kita hanya bisa memilih dalam melakukan dua hal. Pertama, mengungkapkan dengan dua risiko, diterima atau ditolak. Tapi setidaknya hati merasa lega karena telah mengatakan apa yang menjadi beban dalam hati. Kedua, terus memendam hingga sampai kita harus benar-benar mengikhlaskan seseorang yang kita cintai dengan orang lain. Kecuali memang takdir mempersatukan.
"Jar, di masa depan, kita bakalan berantem gak, ya?"
"Berantem dalam suatu hubungan itu wajar. Kalo enggak, pasti bakalan bosen," jawab Fajar.
"Bukannya berantem itu gak asik, ya?"
"Kita dulu sering berantem, apa menurut lo gak asik?" tanya Fajar dengan alis terangkat.
"Beda lagi dong. Kalo dulu kan kita gak ada status," bantahnya. "Lagian, gue takut kayak lagi Tulus."
"Hah? Maksudnya?"
Cheryl berdecak. Ternyata hanya followers-nya saja yang banyak, masalah up to date-nya minus. "Perdebatan apapun menuju kata pisah. Jangan paksakan genggamanmu. Izinkan aku pergi dulu. Yang berubah hanya tak lagi ku milikmu. Kamu masih bisa melihatku, kau harus percaya ku tetap teman baikmu."
Fajar menatap Cheryl dengan intens.
"Menurut gue, terkadang gue liat banyak orang yang pacaran kalo debat selalu ujung-ujungnya ngomong putus. Biasanya, sih, cowoknya."
"Lo harus yakin kalo kita bakalan selalu sama-sama," ujar Fajar yang membuat Cheryl langsung menoleh ke arahnya. "Jodoh emang gak akan kemana. Gak ada yang tahu. Tapi setidaknya, kita bahagia saat Tuhan ngasih seseorang untuk ada di sampingnya sampai diakhirnya ketemu jodoh masing-masing."
Cheryl menyungingkan senyumnya. "Gue harap, yang kita jalani sekarang bakalan membekas," ujarnya.
Fajar menganggukan kepalanya. "Ya udah, yuk, pulang," ajaknya sambil menyampirkan tasnya.
"Udah latihannya?"
"Udah. Gak boleh lama-lama soalnya udah deket banget," jawab Fajar.
Cheryl mengangguk dan akhirnya beranjak dari duduknya.
Mereka berjalan beriringan menuju tempat parkir, tetapi terhambat ketika seseorang menghampiri mereka.
"Anjir, Ibu Negara, bela-belain nunggu lama," celetuk Gilang sambil nyengir.
"Apaan, sih, lo, Lang." Cheryl merasa malu mendengar sebutannya. Ibu Negara? Sungguh lucu.
"Fajar!"
Baru saja Fajar akan buka mulut, tetapi urung ketika satu makhluk lain malah ikut nimbrung.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAJAR √ [REVISI]
Novela Juvenil[FOLLOW SEBELUM BACA BIAR NYAMAN DAN JANGAN LUPA VOTE-NYA] Fajar itu, cowok ganteng dan kalem. Saking kalemnya, dia cuma senyum buat nanggapi omongan orang alias jarang ngomong. Salah satu anggota pramuka yang hobi futsal sama muncak. Berbeda dengan...