Chapter 36 | Boy/Girl Friend

92 17 11
                                    

CHERYL berjalan di lorong kelas XII IPA, setelah mengantarkan LKS yang diperintahkan Bu Rosma. Lorong itu nyaris sepi, mungkin faktor sedang jam istirahat jadi wajar jika semuanya berada di kantin. Namun, Cheryl mengerutkan keningnya ketika melewati sebuah kelas yang sepi dengan pintu terbuka. Ia melirik ke kanan dan kirinya. Tidak ada siapa-siapa. Ia kemudian melirik kelas apa yang sedang kosong itu. XI Bahasa 2. Kelas yang sudah tak terpakai karena dipidahkan ke dekat kelas IPS.

Baru saja ia akan melanjutkan perjalanannya, tetapi terdengar suara barang pecah yang membuatnya langsung terlonjak karena kaget. Pandangannya langsung menuju ke dalam kelas itu sambil meneguk salivanya. Kelas itu terlihat gelap karena berada di pojok lorong. "Tikus kali, ya?" monolognya berpikir positif.

Kakinya yang baru melangkah satu langkah langsung terhenti ketika suara benda jatuh itu kembali terdengar. "Tikusnya gak bisa diem apa? Perasaan jatohin barang mulu," gerutunya. Seketika ia membelalakkan matanya. "Atau jangan-jangan..." kakinya melangkah memasuki kelas itu. "Ada yang kena step, ya?" terkanya menyebulkan kepalanya di balik pintu.

Gelap. Sangat gelap. Bimbang, Cheryl ingin tak peduli, tetapi ia takut jika ada sesuatu yang terjadi di kelas itu. efek selalu menonton film mistery ya beginilah. Dengan rasa penasaran yang bercampur takut, ia melangkahkan kakinya dengan mata menyebar melihat sekeliling.

Jantungnya memacu dengan hebat. "Seandainya ada apa-apa, semoga aja yang nyelamatin gue mirip Bright Vachirawit atau Nanon Korapat," ujarnya pelan dengan wajah waspada. "Sama Devano asalkan yang asli juga gak papa."

Setelah berada di tengah kelas yang sudah dipastikan tidak pernah disinggahi, namun masih dibersihkan itu membuat bulu kuduknya berdiri. Entah kenapa terasa dingin di ruangan ini. Meja-meja yang ada di dorong ke pojokan dan malahan hanya screen proyektor di depan kelas.

"Ini sekolah apa tempat uji nyali, sih? Serem amat," gumam Cheryl sambil mengusap-usah pundaknya. Detik selanjutnya, ia terkejut ketika screen proyektor itu menampakkan layar yang berkedap-kedip. Ia langsung menoleh ke atas dengan cepat dan mendapati infokus yang tiba-tiba menyala. "Anjir!" pekiknya sambil beringut mundur membuat pinggangnya terasa ngilu karena membentur pinggiran meja.

Layar itu berkedap-kedip hingga akhirnya muncul gambar yang membuat gadis itu tercengang. Ia semakin membelalak ketika sebuah video diputar yang membuat napasnya semakin tersekat.

Cheryl membungkam mulutnya dengan kedua tangannya melihat layar proyektor yang memutar sebuah video laki-laki berkaos hitam yang sedang memainkan gitar dipangkuannya.

Terdengar lantunan lagu My Boo yang membuat senyum Cheryl tertarik.

Itu Fajar. Iya, laki-laki yang dulu sempat ia mintai hadiah menyanyikan lagu itu. ternyata ia ingat. Cheryl merasa terharu ketika Fajar menyanyikan lagu itu walau hanya berdurasi 1 menit. Setelah itu, ruangan kembali gelap. Namun, bukannya takut, Cheryl malah tersenyum sumbringah.

Detik selanjutnya, bayang-bayang seseorang muncul di hadapan kelas yang membuat gadis itu menggeleng pelan.

"Gue gak tau arti sebuah keromantisan yang sesungguhnya. Yang gue tau gue sayang sama lo."

Cheryl tercengang mendengar ucapan itu.

"Gue gak bisa ngomong panjang lebar masalah gimana perasaan gue sama lo." Bayangan itu mendekat. "Gue gak tau kapan rasa gue muncul, dan selalu gue sangkal. Tapi sekarang gue sadar, semakin gue tepis akan makin buat gue jauh dari lo. Gue sadar gak seharusnya gue jauhin lo."

Cheryl dapat melihat sosok itu sekarang karena bayangan itu mendekat, memudahkannya melihat siapa dia. Fajar dengan senyumnya yang membuat Cheryl jatuh sejatuh-jatuhnya saat ini juga. Ia tidak pernah melihat wajah Fajar setampan ini.

FAJAR √ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang