Chapter 45 | Honest

70 16 5
                                    

LANGKAH Cheryl terhenti bersamaan dengan Karin dan Chiko ketika Fajar dan Gilang berhenti di depan mereka. Dengan cepat, Cheryl langsung melepaskan tangan Chiko. Bukan bermaksud mau selingkuh atau balas dendam. Ia hanya ingin dirinya dan Chiko tidak semakin renggang.

Fajar dengan gaya khasnya yang sok cool, padahal emang cool menatap Cheryl dengan alis terangkat.

"Gue juga bilang apa. Lo kerjaannya bikin orang ngamuk aja," bisik Karin. "Ko, kita ke kantin duluan aja, yuk? Kayaknya Cheryl mau rapat paripurna sama pradana," ujarnya yang langsung menarik Chiko menuju kantin.

Cheryl meringis. Tatapan laki-laki itu tidak sedang bersahabat sudah dipastikan ia harus menyiapkan segudang alasan kalau-kalau Fajar mengintrogasinya. Tapi jujur saja, perutnya sudah keroncongan. Ia lapar dan ingin makan.

Tampak Fajar yang berbisik pada Gilang. Entah berbicara apa karena Gilang hanya menganggukkan kepalanya disertai jempolnya yang terangkat, kemudian pergi ke arah kantin. Laki-laki itu kembali menghadap Cheryl dengan kedua tangan yang berada di saku celana seragamnya. Walau Fajar pradana, tapi kelakuannya seperti anak laki-laki kebanyakan di sekolahnya. Seragam yang dikeluarkan, tidak dimasukkan. Tetapi itu justru menambah pesonanya.

"Apa?" tanya Cheryl sedikit ketus ketika Fajar berada tepat di depannya.

"Kalo mau selingkuh, mainnya yang cantik, Sayang," ujarnya dengan nada dingin.

Cheryl seketika manyun mendengar tuduhan Fajar. "Gue gak selingkuh, ya!" bantahnya. Sudah benar, kan firasatnya jika laki-laki itu akan mengatakan hal demikian?

"Terus apa? Bales dendam gara-gara kemarin?"

"Enggak! Gue cuma mau bikin hubungan gue sama Chiko gak renggang. Gue gak enak, dia udah jadi sahabat gue dari lama," jujurnya. Entah Fajar akan percaya atau tidak, ia sudah berkata dengan sejujur-jujurnya.

"Ya udah, ikut gue!" Fajar menarik tangan Cheryl tetapi ditahan oleh gadis itu.

"Lo kenapa hobi banget narik-narik tangan gue, sih? Emang gue tambang apa ditarik-tarik!" gerutunya. "Gue lapar, pengen makan!" rengek Cheryl.

"Gak inget pipi, udah melar masih aja pengen makan," ledek Fajar yang setengah sebal.

Cheryl melongo ketika Fajar dengan terang-terangan mengejeknya. "Lo ngeledek gue?"

Fajar tak menjawab, ia hanya mendesis.

"Jar, seriusan lo ngeledek gue?"

"Udah pipi melar, pendek lagi!"

Cheryl mendengkus. Ia memasang wajah tersakiti. "Ya Allah, jika memang ini jalan takdirku, pisahkanlah aku dengannya!"

"Heh!" Fajar langsung berujar kesal. "Udah ikut aja. Nanti makannya gue kasih rumput!"

"Lo kata gue sapi apa!"

"Iya!"

"Pacar laknat! Durhaka lo sama pacar!"

"Baru denger."

"Kutukan baru!"

***

Senyum Cheryl terbit ketika mendapati dua piring siomay lengkap dengan jus mangga kesukaannya. Dengan cepat, ia berlari ke arah pendopo. Tapi sayang, kecepatannya kurang dibanding ajar yang malah menarik rambutnya.

"Ih! Apaan, sih?!" Cheryl menepis tangan Fajar dan saat terlepas, ia langsung berlari lagi. Tapi sekarang laki-laki itu malah memegangi kepalanya. "Kalo kepala gue copot gimana?!" omelnya yang kesal. Ia tidak lagi berlari menuju makanan di sana.

"Kalo copot, lo pindah aja ke sekolah Hogwart, jadi hantu di sana," jawab Fajar sambil berjalan santai menuju pendopo.

Cheryl mendengkus. "Bilang aja mau lo duluan ke sana!" gerutunya yang langsung mengikuti Fajar dan duduk berhadapan dengannya. Baru saja ia akan menyantap siomaynya, Fajar langsung menjauhkannya. "Gue lapar!" Rengeknya.

FAJAR √ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang