Chapter 17 | Will Tired

115 23 12
                                    

CHERYL ke kelas setengah berlari. Dengan nafas ngos-ngosan, ia masuk ke kelas. Untung gurunya sedang tidak masuk, jadi Cheryl bisa aman masuk tanpa teguran dan kebohongan. Ia benar-benar diam di salah satu bilik kamar mandi untuk menghindari Fajar. Bukan maksud kekanak-kanakkan, tapi rasa kecewanya masih menggerayanginya.

Karin yang langsung sadar dengan kehadiran Cheryl hanya memandangnya dengan sebelah alis terangkat.

Disadari Karin yang tengah menatapnya, Cheryl menggerakkan kepalanya. Isyarat menanyakan 'apa'.

"Lo gak bisa terus-terusan kabur, Ryl. Lo bisa lari dari masalah, tapi lo gak bisa terus-terusan sembunyi," ujar Karin mengingatkan. Ia tahu jika sahabatnya itu mengurung diri di kamar mandi sampai bel lewat hanya untuk menghindari Fajar.

Cheryl terdiam. Karin benar. Entahlah, gadis itu sedikit lebih bijak sekarang. Tapi ia masih belum cukup mental untuk menghadapi Fajar.

"Kuatin dulu aja mental lo. Dia manusia biasa. Bukan dewa apalagi malaikat, bahkan hantu atau genderuwo," lanjut Karin.

"Gue perlu waktu," ujar Cheryl. Ia pun tenggelam dalam pengerjaan tugas. Ia lebih baik pusing memikirkan tugas dibandingkan harus memikirkan kehidupannya.

"Permisi, maaf buat seluruh anggota pramuka diharap untuk segera ke ruang pramuka sekarang, ya?"

Terdengar suara gadis yang menggelegar di XI IPS 2 membuat orang-orang di dalamnya langsung menoleh ke arah sumber suara. Terkecuali dengan Cheryl yang masih sibuk membaca materi tentang tugasnya, seolah tak terdengar instruksi apapun. Hingga senggolan lengannya menyadarkannya. "Astaga! Ya ampun, ada apa, sih, Rin?"

Karin mengisyaratkan untuk melihat ke pintu kelasnya dengan matanya.

Cheryl memutar tubuhnya dan langsung membeku. Mampus! Ia cepat-cepat kembali membaca dengan buku yang ia angkat menutupi wajahnya. Ia tidak ingin melihat Fajar untuk saat ini. Bahkan sampai ke depannya, mungkin. Apalagi ia kaget melihat gadis yang ada di sampingnya.

Fajar hanya memandang Cheryl dari luar kelasnya dalam diam. Hingga teman perempuannya dan sekaligus mantannya yang tidak lain dan tak bukan adalah Dewi, menyadarkannya untuk segera ke ruang pramuka.

"Lo gak kasian apa? Dia sampe nyantol lagi sama mantannya."

Cheryl langsung mendelik tajam ke arah Karin. Kalimat keduanya yang membuatnya ingin menerkam sahabatnya itu. Ia mendengkus sebelum akhirnya kembali mengerjakan tugasnya. Walau sebenarnya pikirannya sedang tidak bekerja memikirkan tugas. Tapi memikirkan Ramaizan Fajar Satya.

"Udah kali, dikumpulinnya juga minggu depan. Gak akan berubah pikiran tuh Pak Andri. Lagian, lo rajin amat sih jadi orang," cibir Karin sambil merenggut bukunya.

Cheryl menghela napas. "Heh, rajin itu emang naluri gue. Gak kayak lo yang..." ia menggantungkan kalimatnya, menunggu reaksi Karin.

"Gue apa?" Sungutnya.

"Kayak yang hidup lo cuma cinta doang tau," sambung Cheryl sambil membuka ponselnya. Sudah lama ia tidak membuka instagramnya. Notifikasi aplikasi itu ia nonaktifkan, katanya boros kuota.

Ia melihat ada beberapa pengikut baru dan like. Ia langsung tersentak ketika melihat siapa diantara orang yang menjadi pengikut barunya di instagram.

fsatya_ started following you. 4d

Cheryl tersenyum melihat itu. Kejadian empat hari lalu saat ia dan Fajar pergi ke pasar malam dan ternyata laki-laki itu mem-follback akunnya. Ia kira laki-laki itu tengah mengirim pesan pada ibunya.

"Kesambet apaan lo senyum-senyum sendiri?" Tegur Karin dengan tampang ngeri.

"Eh? Hah? Enggak. Gak papa," jawab Cheryl mencoba memendam rasa senangnya. Yang tadinya marah, tiba-tiba ia merasa marahnya menguap digantikan oleh rasa senang dalam hatinya.

FAJAR √ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang