"Nama kakak adalah... Ilma Ramadhani.." jawabnya sambil tersenyum ramah.
"Kak.. Ilma?" Tanyaku tidak percaya.
"Ya.. ini kakak Kay.. sudah lama ya kita tidak bertemu.." jawab kak Ilma sambil memelukku.
"Iya.. kakak kemana aja.." jawabku sambil membalas pelukannya.
"Tidak kemana-mana.. hanya melanjutkan impian.. sesuai perkataan mu waktu itu Kay.." ucap kak Ilma padaku.
"Kakak masih mengingatnya ya.." ucapku pelan.
"Tentu saja Kay.. ucapanmu lah yang membuatku maju sampai ke titik ini.." jawab kak Ilma melepaskan pelukannya dan kembali duduk di bangku kecil itu.
"Terimakasih kak.." ucapku pelan.
"Dan sekarang.. giliran kakak untuk membalas jasa mu itu.." ucap kak Ilma.
"Tapi.. aku tidak melakukan apa-apa kak.." jawabku.
"Kamu tau Kay.. kata-kata yang tepat.. diucapkan pada saat yang tepat... Bisa menjadi semangat dan motivasi untuk seseorang Kay.. dan itulah yang kamu lakukan waktu itu.." jawab kak Ilma.
"Begitukah?"
"Ya.. dan sekarang.. Kay mau cerita tentang apa.. ayo sini kakak dengarkan.. dan kenapa kondisimu sampai kayak gini.."
"Banyak yang terjadi kak.."
"Ceritakan Kay.. semuanya.. agar kamu merasa lega.. jangan dipendam.." ucap kak Ilma sambil tersenyum ramah membuat hatiku merasa hangat dan nyaman.
"Itu.. Kay.. tidak tau apa yang Kay rasakan kak.. semuanya sesak.. sakit.. Kay pusing.. gak ngerasa nyaman.. Kay gak merasa hidup.."
"Sejak kapan Kay kayak gitu?" Tanya kak Ilma pelan.
"Sejak.. ayah pergi kak.." jawabku pelan.
"Hmm.. kamu depresi Kay.." jawab kak Ilma.
"Depresi kak? Tapi.. bagaimana mungkin?" Tanyaku tidak percaya dengan ucapan kak Ilma.
"Kay.. depresi itu bisa menyerang siapa saja.. bahkan orang kaya yang hidup mewah sekalipun bisa terkena depresi.." jawab kak Ilma.
"Tapi.. Kay kan.."
"Kay.. kamu bilang.. sejak ayah kamu pergi.. kamu merasakan semua itu kan?" Tanya kak Ilma.
"Benar kak.."
"Kepergian ayah kamu.. membuatmu mengalami trauma psikologis Kay.. dan itu membuat mentalmu tertekan.." ucap kak Ilma.
"Dan hal itu bisa menjadi penyebab kamu depresi Kay.. itulah yang kamu rasakan selama ini.. dan bahkan kamu hanya membiarkannya.. dan kamu juga mencoba mengakhiri hidupmu bukan.. itu sudah tergolong berat Kay.." ucap kak Ilma kembali.
"Aku.. depresi.. benarkah itu kak?"
"Ya Kay.. bahkan semua gelaja yang kamu tunjukan adalah gelaja depresi Kay.. bahkan dengan pemerikasaan fisik saja sudah cukup untuk memastikan bahwa kamu depresi." Jawab kak Ilma kembali.
"Gejala maksudnya kak?"
"Kay.. gejala depresi adalah.. yang pertama selalu merasa putus asa.. rendah diri.. tidak berharga.. kamu selalu merasakan itu kan? Ingin menyerah dan mengakhiri semuanya?" Tanya kak Ilma.
"I.. iya kak.." jawabku pelan.
"Kedua.. suasana hati yang buruk dan sedih berkelanjutan.. kamu merasakan itu juga kan?"
"Iya kak.."
"Ketiga.. selalu merasa cemas dam khawatir berlebihan.."
"Keempat.. motivasi diri yang berkurang.. atau kebiasaan membuat dirimu sibuk.. menyibukkan diri dengan sesuatu sampai batas maksimalmu.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Despair Or Rise [Completed] - REVISI
Teen Fiction⚠️ Jika kalian orang sabar silahkan baca cerita ini. ⚠️ Hidup tak selamanya berjalan indah. Kehilangan bisa saja hadir di depan mata dan kini duka itu datang kepada keluargaku. "Apakah aku boleh bahagia?" Inilah kisahku, tentang luka yang tak pernah...