"Aku merasakan sesuatu yang buruk.." ucap Syila pelan. Dan aku hanya menatap Syila yang sekarang tengah memandangku dengan wajah sendu.
"Mungkin.. itu hanya perasaanmu saja.." ucapku kembali meskipun aku juga merasakan hal yang tidak nyaman belakangan ini seolah ada hal buruk yang akan kembali menggangguku.
"Ntah lah Kay.. kita tidak boleh meremehkan sebuah firasat bukan.." jawab Syila yang kembali menuruni anak tangga dan akhirnya berdiri di sampingku.
"Ya.. memang.. tapi bisa jadi itu hanya pikiran negatif kan.." jawabku kembali.
"Haha.. ntah lah Kay.. mungkin saja.." ucap Syila sambil tertawa hambar.
"Sebenarnya apa yang membuatmu berpikir seperti itu?" Tanyaku kembali.
"Aku.. belakangan ini.. mendapatkan mimpi buruk Kay.." jawab Syila.
"Bukankah itu hanya mimpi buruk?"
"Ya.. tapi itu sudah tiga kali.. dan kamu ada disana.." jawab Syila kembali.
"Eh.. mimpi apa?" Tanyaku yang mulai merasa tidak nyaman.
"Itu.. kamu bu-
"Hoii.. kalian ngapain disitu?" Suara seseorang memutus pembicaraan Syila dan aku langsung menoleh ke belakang mendapati Nico yang berjalan ke arah kami.
"Tumben kamu keluar?" Tanyaku pada Nico.
"Ya kalian lama.. Anggi bilang kalian udah dari tadi ke bawah.. makanya aku cariin keluar.." jawab Nico santai.
"Angganya mana?" Tanyaku kembali.
"Nunggu di depan pintu kamar." Jawab Nico.
"Oh oke.. ayo Syil kita antar ke mereka.." ajakku pada Syila yang hanya diam.
Kami berjalan kembali ke arah kamar Nico dan Angga dan saat sampai di depan kamar mereka aku melihat Angga yang sedang bermain dengan seekor kucing berbulu hitam coklat.
"Wah.. ada kucing.." ucapku antusias dan membuat Angga memandang kami.
"Sampai juga.. kenapa kalian lama banget?" Tanya Angga kembali.
"Ya.. gak ada.. kenapa? Udah lapar kalian?" Tanyaku kembali.
"Ya.. udah sih.. udah dari tadi malah.. harum masakan kalian sampai kebawah.." jawab Nico.
"Benar.. makin lapar jadinya.." tambah Angga.
"Iya deh.. ini lauk sama sayurnya.." ucapku menyerahkan piring berisi telur dadar dan sayur bayam ke tangan Angga. Dan Syila yang menyerahkan nasi ke pada Nico.
"Makasih.." jawab mereka berdua serentak.
"Ayo makan.." ucap Angga mulai bangkit.
"Sama-sama.." jawabku dan Angga langsung masuk ke dalam meletakan lauk dan sayur sementara Nico masih setia berdiri di depan pintu.
"O iya.. kita berangkat hari sabtu habis zuhur aja ya.." ucapku pada Nico.
"Oh oke.. sholat dulu kan?" Tanya Nico.
"Iya.. barang yang mau kalian bawa pulang.. beresin dari sekarang.." ucapku kembali.
"Iya.. aku jug-
"Brooo... nasinya mana?? Cepat.. aku lapar nih.." teriak Angga dari dalam kamar mereka.
"Haha.. masuk deh Nico.. kasihan tuh si Angga." Suruhku pada Nico.
"Iya deh.. oke.. makasih ya Kay.. kalian juga ke atas sana.." jawab Nico dan mulai masuk ke dalam kamarnya.
Aku dan Syila kembali menuju kamar kami. Dan sepanjang perjalanan Syila hanya diam. Situasi yang cukup canggung menurutku namun aku menghargai privasi Syila yang ingin ketenangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Despair Or Rise [Completed] - REVISI
Novela Juvenil⚠️ Jika kalian orang sabar silahkan baca cerita ini. ⚠️ Hidup tak selamanya berjalan indah. Kehilangan bisa saja hadir di depan mata dan kini duka itu datang kepada keluargaku. "Apakah aku boleh bahagia?" Inilah kisahku, tentang luka yang tak pernah...