3 Tahun Kemudian
Tak terasa waktu cepat berlalu dan sekarang aku sudah menduduki kelas 2 SMA City. Dan saat ini aku dan yang lainnya sedang kos karena SMA nya yang lokasinya lumayan memakan waktu maka kami memutuskan untuk kos.
Kami? Siapa saja? Tentu saja aku.. si kembar.. sepupu bawelku si Nico.. Syila dan Nisa. Kami berada pada bangunan kos yang sama dan yang membedakan kami hanyalah lantainya saja.
Dan mereka juga sudah tau bahwa Nico adalah sepupuku. Meskipun respon awal mereka sangat dan sangat heboh, aku memakluminya karena aku saja sudah terkejut apalagi mereka.
Chika juga berada di sekolah yang sama dengan kami. Bedanya ia tinggal dengan keluarganya sedangkan Bagas memutuskan untuk masuk pondok pesantren terkenal di kota sebelah.
Dan kehidupanku selama 3 tahun ini menyenangkan. Bahkan ibu juga sudah membuka toko bunga dan Alhamdulillah.. usaha ibu sukses dan kami bisa membeli rumah baru yang lokasinya tak jauh dari rumah lama kami.
Aku dan Chika juga sudah berteman baik dan aku berusaha melupakan fakta bahwa keluarga Chila lah penyebab semua hal yang terjadi. Meskipun awalnya sulit namun aku tetap berusaha dan aku harap tidak ada hal buruk yang akan terjadi ke depannya. Hanya itu harapanku.
"Kay.. udah selesai kamu?" Panggil Anggi dari dalam kamar mandi.
"Udah.." jawabku yang sedang merapikan hijab putihku.
"Woah.. dah rapi nih.." seru Syila yang baru masuk dari pintu kamar kami.
Fyi Syila dan Nisa berada di satu kamar yang sama di samping kamar aku dan Anggi di lantai dua sedangkan Angga dan Nico berada di lantai satu. Karena kamar kos untuk laki-laki berada di lantai satu.
"Iya dong...harus rapi.." jawabku pada Syila.
"Udah makan kamu Kay?" Tanya Nisa yang baru datang.
"Makan roti aja.. tapi udah cukup kok.." jawabku.
"Eh udah pada datang ya.." seru Anggi yang baru keluar memakai seragam sekolah.
"Iya.. kita kan anak rajin.." jawab Syila dengan bangganya.
"Iya.. iya.." jawab Anggi yang mulai memakai hijab sekolahnya.
"Eh katanya sekarang kita pulang cepat lho.. katanya guru ada rapat.." seru Syila penuh semangat.
"Beneran?" Jawab Anggi.
"Iya.."
"Tapi kan belum pasti kan.. mana tau hoax lagi.." jawab Nisa.
"Berarti kita gak perlu kumpulin tugas dong.." jawab Anggi penuh antusias.
"Jangan terlalu berharap Gi.. nanti kamu sakit.." jawabku mulai memakai sepatu sekolah.
"Gak seru ah.. eh udah makan kamu Kay?" Tanya Anggi yang mulai berjalan ke arahku yang duduk di dekat rak sepatu.
"Makan roti doang.. tapi udah kenyang aku.." jawabku.
"Heh.. aku mah gak kenyang.. nanti mampir ke tempat bu Sate dulu ya.." seru Anggi.
"Ngapain?" Tanya Nisa.
"Ya beli makanan lah Nis.. nanti aku kelaparan gimana?" Jawab Anggi dramatis.
"Iya.. iya.. banyak drama kamu.." jawab Nisa.
"Haha.. udah siap kan Gi? Kita berangkat sekarang?" Tanyaku pada Anggi.
"Ya.. yuk.. kamu yang ngunci kan Kay?" Tanya Anggi.
"Iya.." jawabku pada Anggi dan mulai mengunci pintu kamar kami.
"Nis.. Syil.. pintu kamar kalian udah kunci kan?? Nanti kayak kemarin itu lagi lho.." seru Anggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Despair Or Rise [Completed] - REVISI
Teen Fiction⚠️ Jika kalian orang sabar silahkan baca cerita ini. ⚠️ Hidup tak selamanya berjalan indah. Kehilangan bisa saja hadir di depan mata dan kini duka itu datang kepada keluargaku. "Apakah aku boleh bahagia?" Inilah kisahku, tentang luka yang tak pernah...