"Syukurlah Kay.." sebuah suara kelegaan menyambutku dari arah samping kanan.
Dan aku pun menolehkan kepalaku ke samping kanan dan mendapati Anggi yang berada disampingku dengan wajah khawatir dan di belakangnya terdapat Nisa dan Syila.
Dan saat akan bertanya aku menyadari bahwa terdapat kain basah yang di letakan di keningku dan bisa ku tebak apa yang terjadi.
"Kenapa?" Tanyaku pada mereka yang ada di sampingku.
"Kamu.. tadi pingsan Kay.. saat kita panggil-panggil dari depan pintu.. kamu gak jawab.." jawab Anggi.
"Benar.. udah hampir satu jam kita ngulang-ngulang.. tapi gak ada jawaban.."tambah Nisa..
" Benar.. dan lagi kamu termasuk orang yang gampang dibangunin kan.. jadi rasanya aneh aja waktu kamu gak jawab-jawab." tambah Anggi.
"Dan akhirnya terpaksa kita dobrak deh pintunya.." tambah Syila.
"Dobrak? Siapa?" Tanyaku.
"Angga.." jawab mereka bertiga serentak.
"Oh.." jawabku dan saat menatap ke arah jendela aku baru menyadari ternyata waktu telah malam.
"Berapa lama aku pingsan?" Tanyaku kembali pada mereka.
"Sekitar... 4 jam Kay.." jawab Nisa.
"Aku khawatir Kay.." tambah Anggi.
"Benar.. lain kali kalau sakit bilang ya Kay.. jangan dipendam.." tambah Syila.
"Maaf ya udah buat kalian khawatir." jawabku melihat wajah mereka.
"Gak papa kok Kay.." jawab Syila.
"Ayo Kay makan dulu.." seru Nisa yang ternyata sudah membawa nampan yang berisi bubur dan obat-obatan beserta air hangat.
"Tapi aku gak lapar." jawabku pelan.
"Kay.. ayolah.. makan.." jawab Anggi tegas.
"Tapi.." jawabku
"Gak ada tapi-tapian Kay.. ayo.. makan.." jawab Anggi kembali.
"Makan Kay.. atau kamu kuantar pulang.." ancam seseorang dari arah pintu kamar dan kulihat ternyata Angga sudah berdiri bersama Nico disana.
"Ya ya.. si Angga ini benar.." tambah Nico yang mengikuti Angga masuk kedalam ruangan.
"Hah.. iya.. iya.. bawel banget sih kalian..." Jawabku yang sudah dalam posisi duduk dan bersandar pada bantal dibelakang punggungku.
"Demi kebaikan kamu juga Kay.." tambah Nico.
"Haha.. kamu tau gak Kay.. tadi mereka berdua kayak ibuk-ibuk yang lagi marahin anaknya lho.. marah-marah gak jelas.." tambah Syila.
"Pftt.. iya.. Syila benar.. kayak ibu-ibu lagi PMS.. haha.." tawa Anggi semakin keras mengingat tingkah Angga yang lucu menurutnya.
"Diamlah Anggi.." jawab Angga dengan muka acuh tak acuhnya.
"Nah Kay.. buburnya.." ucap Nisa menyerahkan sepiring bubur yang hangat dan meletakannya diatas tanganku.
"Hangat.." batinku dan membuatku tersenyum kecil.
"Mau disuapain Kay?" Tanya Angga tanpa basa basi.
"Ehh.."
"Emangnya kamu bisa Ga? Makan sendiri aja masih berantakan.." jawab Anggi.
"Ya bisalah.. Anggi jangan sebarin aib orang dong.." jawab Angga dengan mukanya yang merah.
"Haha.. gak usah.. aku sendiri aja.." jawabku sambil berusaha menyupa bubur sesuap demi sesuap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Despair Or Rise [Completed] - REVISI
Teen Fiction⚠️ Jika kalian orang sabar silahkan baca cerita ini. ⚠️ Hidup tak selamanya berjalan indah. Kehilangan bisa saja hadir di depan mata dan kini duka itu datang kepada keluargaku. "Apakah aku boleh bahagia?" Inilah kisahku, tentang luka yang tak pernah...