Keesokan harinya aku berangkat kesekolah dengan Caca dan diantar oleh ayah. Kami belajar di sekolah yang sama. Aku berada di kelas 4 SD sedangkan Caca berada di kelas 1 SD. Ibu berpesan agar aku menjaga Caca dan tentu saja aku akan melakukannya. Setelah mengantar kami ayah kembali kerumah untuk menjemput ibu untuk pergi kerja bersama.
Baru saja aku sampai didepan kelas aku sudah dengar suara rusuh teman sekelasku. Akupun memasuki kelas dan mendapati teman-temanku sedang sibuk mengerjakan tugas sekolah. Akupun langsung menghampiri tempat dudukku dan duduk menatap hiruk pikuk teman sekelas yang sudan cemas dengan pikiran yang melayang entah kemana.
"Hai Kay..kamu kenapa?tumben diam kayak gini biasanya kamu langsung rusuh kan?" Tanya Anggi yang menghampiriku.
"Ah gak papa kok Anggi, cuma lagi kepikiran sesuatu aja. Oh ya kamu sendirian? Angga mana? Biasanya kalian nempel terus kan?" Tanyaku pada Anggi.
"Angga lagi sakit Kay. Kemarin dia main hujan jadinya demam deh. Jadinya aku kesekolah sendirian." Jawab Anggi lesu.
"Sudah lah Anggi jangan sedih, Angga baik-baik aja kok. Pasti dia sekarang lagi enak-enakan santai dirumah kan. Kamu gak usah cemas sakit tidak akan membuat dia putus asa kamu tau sendiri kan gimana kembaranmu itu." Jawabku sambil berusaha membuat Anggi ceria lagi dan ternyata aku berhasil Anggi tersenyum meskipun hanya senyum tipis tapi setidaknya aku bisa menghilangkan rasa sedih di hatinya. Dan tak lama Bu guru pun masuk dan kami melanjutkan pelajaran.
***
Pulang sekolah aku, Caca, dan Anggi langsung berjalan menuju rumah. Sebelum kerumah aku kerumah Anggi untuk menjenguk Angga. Sekesal apapun aku padanya tentu saja aku harus menjenguknya saat sakit kan. Kan juga berpahala jadi apa salahnya. Sesampainya dirumah mereka ternyata tante Ira sedang keluar dan hanya ada Angga sendirian dirumah.
"Assalamualaikum.." secara serentak kami mengucapkan salam.
"Walaikum..salam.." jawab sebuah suara lemah yang bisa kutebak itu adalah suara Angga. Dan kamipun langsung menuju ke kamar Angga untuk melihat kondisinya.
"Hai Angga..gimana kondisimu? Kudengar kamu demam karena main hujan ya? Makanya jangan main hujan kan kamu bisa sakit? Masak anggota 'trio kuek-kuek' sakit karena hanya mandi hujan sih..lemah banget kamu Angga." Aku menyapa Angga tanpa sadar sedikit mengejeknya, yang disapa hanya mendengus kesal.
Ya 'trio kuek-kuek' adalah nama geng kami bertiga. Hanya berisi anak-anak yang suka bermain dan menghabiskan waktu bersama. Melakukan segalanya bersama dan geng ini sudah berdiri selama 2 tahun. Meskipun kami berteman dari kecil tapi kami meresmikan geng ini sekitar 2 tahun yang lalu tepat saat kami menginjak kelas 2 SD.
"Kak Kay marahin bang Angga kak Kay pun sama. Suka mandi hujan dan lari-lari kayak orang gila di halaman..terus berteriak gak karuan sambil ketawa-ketawa ." Celetuk Caca dan sukses membuat muka ku merah padam.
" Ca...kamu ngomong apa sih.." ucapku sambil menahan malu. Anggi hanya tertawa menyaksikan kami dan Angga tertawa terbahak-bahak. Meskipun sakit ternyata masih bisa tertawa kayak gitu ya.
"Ehem...ya... aku sangat menyukai hujan...hujan itu menenangkan buatku...seakan memberikan kedamaian.. makanya aku menyambutnya dengan girang.. suara hujan itu ibarat musik ditelingaku dan membuatku serasa ingin menari." Aku mengajukan pembelaan untuk diriku sendiri dan mereka bertiga hanya berwajah datar mendengar perkataanku barusan. Tapi alasanku itu tidak mengada-ngada lo..karena sebenarnya aku memang suka hujan.
"Haha...alasanmu ada-ada aja Kay..sok-sok dramatis dan puitis banget sih." Jawab Angga.
"Heiii...siapa yang sok dramatis..emang kenyataannya kayak gitu kok. Kamu ngajak berantem ya?ayok sini siapa takut."
"Ooo...ayo..siapa juga yang takut sama gadis kerempeng macam kamu." Jawab Angga yang berusaha bangun dari tidurnya.
"APA...KAMU KATA AKU KEREMPENG.... ANGGAA.... KAMU MEMANG CARI MATI YA ANGGA....UDAH LAMA HIDUP YA KAMU....GAK SADAR KALAU LAGI SAKIT YA KAMU..SINI KAMU!!" Marahku pada Angga namun sempat dihentikan oleh Anggi.
"Su..sudahlah Kay..jangan marah-marah..jangan berantem deh..dan kamu Angga udah tau Kay sensitif soal itu malah kamu ledekin." Anggi yang berusaha meleraikan kami berdua.
"Hehe...si Kay..ini..murah kepancing banget deh.. dasar kerempeng." Ucap Angga mencaciku kembali.
"Heiiiii.....Angga sok ganteng... Pengen coba sendal terbang versi terbaru kamu ya...hehe.. mari sini aku berikan padamu.." ucapku dengan senyum jahat.
"Ah..sudahlah Kay..sabar..sabar..." Ucap Anggi menyabarkanku.
"Hah...sudahlah Anggi..aku mau pulang saja.. buang tenaga saja aku kesini..ayo Ca kita pulang..syukur-syukur udah dijenguk eh malah ngatain orang lagi." Marahku sambil menarik Caca dan meninggalkan Angga dan Anggi.
***
Sesampainya dirumah aku langsung kekamar dan mandi, meninggalkan Caca yang langsung mencari makanan karena lapar katanya. Saat keluar dari kamar mandi aku melihat ayah pulang dan dari situlah aku menyadari wajah ayah yang sedikit lebih pucat dari biasanya namun aku hanya berusaha berpikir positif dan menganggapnya mungkin ayah lelah dan segera menghampiri ayah dengan mengabaikan bahwa fakta bahwa ayah yang mungkin sedang lelah.. dan tanpa kusadari ternyata disitulah awal mulanya salah satu penyesalanku.
Tbc
Maaf kalau hambar..Jangan lupa vote dan commen ya..
KAMU SEDANG MEMBACA
Despair Or Rise [Completed] - REVISI
Teen Fiction⚠️ Jika kalian orang sabar silahkan baca cerita ini. ⚠️ Hidup tak selamanya berjalan indah. Kehilangan bisa saja hadir di depan mata dan kini duka itu datang kepada keluargaku. "Apakah aku boleh bahagia?" Inilah kisahku, tentang luka yang tak pernah...