"Sepertinya kita harus menyelesaikan sesuatu.." ucapku pada Chika dan reaksinya seperti yang kuduga.
Dia sangat terkejut.
"A.. apa?" Tanyannya.
"Tenanglah.. bisa kita cari tempat lain dulu?" Tanyaku melirik Chika dan dibalas anggukan kepala olehnya.
Tak lama kemudian kami menemukan tempat duduk dibawah pohon rindang dan aku langsung menuju kesana diikuti oleh Chika di belakangku. Kami pun langsung duduk.
"Jadi.." ucapku melihat ke arah Chika.
"Ya?"
"Aku.. hanya ingin mengucapkan ini.. maaf.."
"Maaf? Kenapa?"
"Tentu saja aku harus meminta maaf padamu bukan? Aku.. hanya bisa menyalahkanmu.. meskipun aku tau.. itu bukan salahmu.." ucapku kembali.
"Tidak.. itu hal yang wajar.." ucap Chika pelan.
"Aku.. maaf.. seharusnya aku tidak seperti itu.. hanya saja.. sulit bagiku untuk menerimanya.." ucapku dengan suara pelan.
"Aku tau.. maaf Kay.. telah membuat kamu kehilangan a-
"Ah.. sudah kubilang kan itu bukan salahmu.." ucapku memotong ucapan Syila.
"Tapi.."
"Itu semua.. sudah suratan takdir.. aku.. hanya.. perlu menerimanya.." ucapku kembali.
"Walaupun sulit.. tidak seharusnya aku menyalahkan orang lain bukan? Maaf ya.." ucapku kembali pada Chika dan dia menangis.
"Terimakasih Kay.. aku.. takut.. jika.. kamu.. tidak.. memaafkan.. keluargaku.." ucap Chika sambil menangis.
"Ya.. dan maafkan aku juga ya.. aku yang egois yang menganggap diriku lah yang paling terluka.. dan mengabaikan orang lain.. aku.. terlalu bodoh untuk menyadarinya.."
"Tidak.. kamu hanya terjebak Kay.. kamu.. hanya tidak tau.. harus menjelaskanya pada siapa.. dan terimakasih Kay.." ucap Chika menghapus air matanya.
"Sama-sama.. jadi kita.. berdamai ya.." ucapku menoleh ke arah Chika sambil menjulurkan tangan.
"Tentu.." balasnya tersenyum dan menjabat tanganku.
"Dan juga.. aku mau mengucapkan terimakasih untukmu Chika.."
"Ha.. terimakasih? Untuk apa Kay?"
"Kamu jangan pura-pura gak tau deh.. aku tau.. kamu selalu membantuku dan keluargaku belakangan ini.. om Indra juga.. aku ingin mengucapkan terimakasih juga.." ucapku menatap Chika yang terdiam.
"Tapi.. kan.. siapa yang.."
"Nico dan Anggi yang memberitahuku kemarin.. sama kak Ilma juga.. kamu sangat baik.. aku.. hanya bisa menyalahkan tanpa tau apa yang sudah kamu perbuat untukku."
"Itu tidak sebanding dengan apa yang sudah terjadi.." jawab Chika pelan.
"Sebanding kok.. malah lebih lagi.. kamu membantu ibu dengan modal toko bunga.. berkat itu ibu.. aku bisa membeli rumah yang lebih baik.. dan kamu sama om Indra juga membantu biaya sekolah.. sewa uang kos lagi.. hal-hal yang tidak kusangka.. kalian sangat baik.." ucapku.
"Maaf kalau kamu tidak suka.." ucap Chika menundukkan kepalanya.
"Hei.. Chika.. bagaimana mungkin tidak suka.. aku harusnya mengucapkan terimakasih padamu.. aku.. sangat-sangat berterimakasih.."
"Ah.. sama-sama.. aku senang jika kamu bilang seperti itu.." jawab Chika.
"Aku juga senang.." balasku menatap langit biru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Despair Or Rise [Completed] - REVISI
Fiksi Remaja⚠️ Jika kalian orang sabar silahkan baca cerita ini. ⚠️ Hidup tak selamanya berjalan indah. Kehilangan bisa saja hadir di depan mata dan kini duka itu datang kepada keluargaku. "Apakah aku boleh bahagia?" Inilah kisahku, tentang luka yang tak pernah...