"Oke..Baiklah...kami akan menjawabnya.."
Dan aku menantikan jawaban yang akan keluar dari mulut mereka dengan perasaan yang campur aduk. Aku siap menerima kenyataan jika jawaban mereka memang buruk. Maka sembari menunggu mereka menjawab aku terus berusaha menguatkan hatiku.
"Kay...untuk pertanyaanmu apakah aku berteman denganmu karena kasihan?? Tentu saja tidak Kay...aku berteman denganmu tulus dari hatiku Kay...aku paham dengan luka yang kamu rasakan Kay... Tapi...kenapa seakan kamu.. membatasi dinding dengan kami Kay??" Jawab Nisa.
"Nisa benar Kay... Aku berteman denganmu bukan atas belas kasihan Kay..kami berteman denganmu karena memang ingin berteman denganmu.. tiada paksaan atas pilihan itu Kay.." tambahan dari Syila.
"Meskipun kita baru bertemu Kay... Aku berteman denganmu itu tulus sama seperti Nisa dan Syila tidak ada rasa kasihan dari pertemananku padamu Kay.. " tambahan dari Bagas. Dan aku hanya diam menunggu jawaban mereka.
"Sepertinya kita juga perlu menjawab kan Gi??" Tanya Angga pada Anggi.
"Ya benar..agar tidak ada salah paham lagi kan??" Jawab Anggi.
"Ya.. baiklah Kay..kami juga akan menambah jawabannya.. aku dan Anggi mengenalmu dari kecil Kay.. kita tumbuh bersama dari kecil bukan.. tapi apa kamu juga menganggap kami berteman denganmu hanya karena kasihan?? Ayolah Kay...apa semua yang telah kita lalui dari kecil itu tidak ada artinya untukmu??" Tanya Angga padaku dengan wajah yang serius.
"Angga benar Kay.. kita sudah bersama dari kecil bukan.. melalui suka duka masa kecil kita... Apa kamu tidak mengganggap semua itu Kay?? Kami juga ingin kamu seperti dulu lagi Kay....kami tau kau sedang terluka sekarang.. kami ingin menyembuhkan lukamu Kay.. kami ingin Kayra yang ceria seperti dulu kembali lagi.." ucap Anggi dengan suara seperti menahan tangis.
Hening.... Mendengar kalimat terakhir Anggi membuatku tersentak.. benarkah itu?? Atau mereka hanya ingin pura-pura membantu. Aku sibuk dengan pikiranku yang semakin berkecamuk membiarkan angin menerpa diriku.
"Kayra yang dulu tidak akan kembali lagi..." Ucapku dengan pelan dan kepala yang masih menunduk.
"Kayra yang dulu sudah hilang...hilang tepat saat kejadian itu terjadi..." Ucapku sambil berdiri dan memandang mereka semua.
"Jika kalian tidak suka dengan Kayra yang sekarang... Kalian boleh pergi dan meninggalkannya... Dia.. sudah biasa sendiri.."
"Aku...aku...akan pulang duluan... Aku akan pikirkan ucapan kalian barusan... Assalamualaikum.." ucapku sambil berlalu dengan cepat meninggalkan mereka tanpa mendengarkan bahwa Angga dan Anggi yang berusaha memanggilku.
***
Sesampainya dirumah kulihat Caca sudah pulang dan saat aku masuk rumah disambut dengan tingkah lucu Caca. Meskipun terkadang menyebalkan Caca juga memiliki sisi lucu juga dan hal itu sedikit banyaknya menenangkan hatiku yang gundah.
"Wah...kak Kay dah pulang... Ayo kak makan mie gorengnya kak... Tadi ibu bawa makanan pulang kak..enak..." Kata Caca dengan mulut yang penuh makanan dan sedikit sisa makanan yang ada pada pipinya.
"Hmm... Kamu lanjut aja Ca.. aku mau kekamar dulu... Ibu sudah pulang ya??" Tanyaku sambil meletakan sepatu pada rak kecil sepatu di sudut pintu.
"Tadi udah kak...sekarang ibu pergi lagi ada yang mau dibeli kak.." jawab Caca.
"Hmm..gitu... Aku kekamar dulu ya.." ucapku sambil berlalu meninggalkan Caca.
Sampai dikamar langsung saja kuletakan tas diatas meja dan kuhempaskan badanku keatas kasur sambil menatap langit-langit kamar. Sambil memijit kepalaku yang terasa sakit aku berpikir tentang kejadian hari ini. Dan kuambil diariku dan mulai menulis segala hal disana
KAMU SEDANG MEMBACA
Despair Or Rise [Completed] - REVISI
Teen Fiction⚠️ Jika kalian orang sabar silahkan baca cerita ini. ⚠️ Hidup tak selamanya berjalan indah. Kehilangan bisa saja hadir di depan mata dan kini duka itu datang kepada keluargaku. "Apakah aku boleh bahagia?" Inilah kisahku, tentang luka yang tak pernah...