Hari ini hari Minggu, hari minggu adalah hari yang sangat menyenangkan untukku karena aku bisa puas bermain, bisa bangun lebih telat dari biasanya. Yah meskipun rencananya ingin bangun telat hanya akan jadi wacana karena ibu selalu membangunkanku pukul 04.30 pagi. Intinya aku sangat menyukai hari Minggu karena aku tidak harus kesekolah..
Hari ini aku dan adikku Caca sedang belajar bermain sepeda dihalaman rumah kami. Sedangkan ayah sepertinya pergi mengojek dan Ibuku sedang mencuci baju.
"Ca..giliranku dong,gantian kan kamu udah 1 putaran,ayo gantian!" Kupanggil Caca yang asik main sepeda meskipun sebenarnya udah jadwal ganti giliran
"Ah bentar lagi lah kak Kay, nanggung nih. 1 putaran lagi ya." Jawab Caca tanpa melihat kearahku dan masih asik bermain sepeda.
"Ah gak mau, gantian Ca kamu gimana sih, sportif dong kan kita udah adil bagi giliran tadi. Sekarang giliranku!" Marahku sambil mengejar Caca dan berusaha merebut sepeda. Dan terjadilah perang dunia kedua.
"Sabar kak, satu putaran lagi..Kak jangan dorong-dorong nanti Ca jatuh..kak jangan dorong sabar dong kak.." jawab Caca sambil berusaha mempertahankan sepedanya.
Dan yang ditakutkan Caca terjadi,karena keseimbangan sepeda yang hilang karena aku yang asik menggoyang-goyangkan Caca agar turun membuat ja jatuh dari sepeda dan lututnya menghantam batu yang cukup besar membuatnya menangis dengan keras.
"Huwaaa...sakit...kak Kay jahat..huwaaa.." tangis Caca dan disela tangisnya masih lagi dia mengejekku. Tapi bukan itu yang kucemaskan sekarang, yang kucemaskan adalah ibu yang akan memarahiku karena hal ini.
"Ah maaf Ca, aku gak sengaja maaf ya Ca, udah dong jangan nangis nanti ibu marahin aku". Aku berusaha membujuk Caca agar menghentikan tangisannya sehingga ibu yang didalam rumah tidak keluar karena hal ini.
"Suara ribut-ribut apa ini? Caca kenapa kamu menangis? Kay kamu apain lagi adikmu?" Tanya ibu yang baru keluar dari rumah dan langsung menghampiri Caca
"Kak Kay dorong-dorong sepeda Caca bu..hiks..jadinya Caca jatuh bu..hiks..sakit bu." Jawab Caca kepada ibu dan bisa kulihat wajah ibu yang tadinya cerah seperti siang hari langsung berubah, dan bisa kupastikan apa yang terjadi selanjutnya.
"Caca gak mau gantian main sepeda bu padahal kita janji ada giliran main." Jawabku dengan pembelaan yang menurutku akan membantuku.
"Ya tapi gak dorong-dorong juga kan kak, Caca kan jadi jatuh,kakak gak sabaran banget sih".
"Gak sabar gimana, aku udah nungguin kamu selama 15 menit tauk, cuman untuk berganti giliran."
"Sudah-sudah..Kay kamu gimana sih apa salahnya kamu ngalah sama adik kamu kan. Baru cuma 15 menit kamu nunggu Kay. Apa salahnya sih ngalah sedikit sama adik kamu." Jawab ibu meleraikan pertengkaran kami.
"Hah..mengalah bu, kenapa harus Kay yang asik mengalah sih bu. Sekali-sekali Caca juga harus ngerti dong bu. Emangnya anak sulung itu harus selalu mengalah?? nggak kan bu." Jawabku dengan mata yang berkaca-kaca.
"Sudah Kay, ibu gak mau dengar alasanmu lagi. Sebagai anak sulung kamu harus dewasa sedikit, tunjukan contoh yang baik pada adikmu. Bukan kayak gini Kay, ayo minta maaf sama adikmu!" Kata ibu sambil menenangkan Caca yang masih menangis.
"Tapi bu Kay gak-"
"KAY..MINTA MAAF SEKARANG!!JANGAN BANYAK ALASAN KAMU, JANGAN EGOIS DAN JANGAN MEMBANTAH!!" Marah ibu sambil menatap tajam kearahku yang sudah berusaha menahan tangis.
"Ma..maafkan a..aku ca.." ucapku dengan suara bergetar dan kulihat Caca yang awalnya diam kemudian menganggukkan kepalanya. Setelah itu ibu pun langsung membawa Caca kerumah meninggalkan ku sendirian di halaman rumah dengan kepala menunduk.
Dan kuputuskan untuk pergi ke taman yang tak jauh dari rumah dan kuputuskan untuk melepaskan segala tangisku disana.
***
"Hiks..kenapa ibu selalu membela Caca sih.. kenapa ibu bilang anak sulung harus selalu mengalah.. hiks.. aku juga lelah disuruh terus-terusan mengalah..apa ibu tidak sayang kepadaku..." Ucapku menumpahkan air mata yang sudah kutahan sejak tadi.
"Hah...aku tau..hiks..aku salah..tapi.. ah..si Caca itu lagian cengeng banget..hiks.. baru jatuh kayak gitu udah nangis..hiks." aku masih menangis dan tidak menyadari bahwa seseorang telah duduk disampingku beberapa menit yang lalu dan memilih diam mendengarkan segala keluh kesahku.
"Ya udah sabar aja kali..namanya juga anak kecil.." Ucapnya dan itu membuatku terkejut.
"Astagfirullahal'adzim..ada setaannn...eh...." ucapku yang terkejut sambil menoleh kesamping dan mendapati Angga yang duduk disebelahku.
"Hehe..maaf ya Kay..kalau ngagetin.." ucap Angga.
"Hmmm..gak papa..eh Anggi mana?? tumben kamu sendiri biasanya kan rapat terus kayak sendal... Hilang satu yang lain pasti nyariin." Tanyaku pada Angga.
"Oh si Anggi lagi ngelanjutin senamnya sama ibuku dan ibuk-ibuk lainnya. Aku malas nengok jadi kabur deh." Jawab Angga.
"Hmm..begitu..ya Anggi emang pandai kan jadi wajar ia disuruh ibuk-ibuk itu ikut, walaupun sebenarnya dia gak mau."
"Iya..untung aku sempat kabur..hmm..oh iya kenapa kamu nangis Kay?? kamu tu gak cocok nangis.. kamu itu cocoknya ketawa. Senyum dong..masak gara-gara hal sepele aja nangis." Ucap Angga padaku dan itu membuatku terdiam.
"Siapa juga yang nangis Ga..tadi aku cuma kelilipan kok.." ucapku sambil mengusap sisa air mata di ujung mataku
"Iya-iya Kay..banyak alasan banget sih.. nggak mau ngaku..sok tsundere kamu mah.." ucap Angga ngomel yang menurutku udah kayak ibuk-ibuk
"Kayak ibuk-ibuk aja kamu Ga." Ucapku padanya.
"Heh....enak banget kamu ngomong ya..aku ini laki-laki terganteng sekomplek ini tau Kay.. mana tau nanti kamu kepincut juga sama aku kan." Ucap Angga sambil tersenyum jahil.
"Heleh..kepincut sama orang kayak kamu mustahil..baru ganteng sekomplek udah sombong.. ya iyalah kamu merasa ganteng sekomplek ini...disini kan yang anak-anak seumuran kita cuma kita bertiga dan yang laki-laki cuma kamu sendiri ya wajarlah.." jawabku kesal.
"Hehehe...iya dong..kamu sama Anggi adalah anak buahku..anak buah Angga yang tampan bak pangeran negeri dongeng.
"Heleh...ngehalu banget kamu Ga..lebih baik aku pulang dari pada dengar halu kamu...capek lahir dan batin aku." Ucapku sambil berdiri dari dudukku.
"Tapi..terimakasih ya Ga..setidaknya sakit hatiku sudah hilang karena kamu tadi..terimakasih ya..kalau gitu aku pulang dulu" ucapku sambil tersenyum.
"Hehe..sama-sama Kay..jangan rindu ya.." ucapnya lantang sambil tersenyum.
"Mana ada.. aneh-aneh aja deh.." ucapku yang sudah jauh di depan Angga.
Dan setelah itupun aku langsung pulang kerumah dengan perasaan yang gembira. Ternyata hiburan Angga tadi membantuku. "Mungkin..aku harus membalasnya dengan mentraktir telur gulung padanya esok. Karena ia sangat menyukai telur gulung." Ucapku dan dengan segera kuputuskan untuk mempercepat langkahku pulang sebelum nanti aku kena marah lagi oleh ibu.
Tbc
Maaf kalau hambar
Jangan lupa vote dan comment ya..
KAMU SEDANG MEMBACA
Despair Or Rise [Completed] - REVISI
Teen Fiction⚠️ Jika kalian orang sabar silahkan baca cerita ini. ⚠️ Hidup tak selamanya berjalan indah. Kehilangan bisa saja hadir di depan mata dan kini duka itu datang kepada keluargaku. "Apakah aku boleh bahagia?" Inilah kisahku, tentang luka yang tak pernah...