Re-publish: Kamis, 27 April 2023.
***
Kantor polisi seharusnya adalah tempat mencekam di mana banyak pria-pria berseragam kepolisian dan berwajah tegas berlalu lalang. Namun, sepertinya untuk kali ini kesuraman kantor polisi sedikit berkurang berkat adanya kehebohan pasca tawuran dua jam lalu.
Lebih tepatnya kehebohan hanya terjadi di antara empat gadis berbaju babydoll imut itu saja. Mudah sejak tiga puluh menit lalu terus meyakinkan pihak kepolisian bahwa tidak terlibat aksi tawuran. Menuturkan alasan-alasan yang masuk akal, tapi polisi yang memintai keterangan tetap tidak percaya sebelum datang penjamin.
Belasan laki-laki pelaku sebenarnya aksi tawuran juga sedang diurus terpisah, meski masih bisa saling lihat lewat kaca tembus pandang di setiap kubikel meja polisi.
Sedangkan di depan kantor polisi, empat motor berhenti di parkiran depan, pengendaranya turun setelah melepas helm.
"Mereka di sini?" tanya Afka sambil melihat-lihat sekitar.
"Iya." Nero mengangguk yakin.
Empat laki-laki itu langsung on the way begitu mendapat telpon dari Mina bahwa sedang dibawa ke kantor polisi, beruntung tidak ada yang tidur meski waktu sudah dini hari.
Belum sampai ke teras masuk kantor polisi, dua mobil datang bersamaan, salah satunya hampir menabrak kaki Vino jika tidak gesit menghindar.
"Yang bener dong nyetir!" Vino bersungut-sungut, memukul kap mobil merah itu kesal.
Pintu kemudi terbuka, pengemudi keluar membuat empat pasang mata itu memicing tajam.
"Ngapain lo ke sini?" tanya Diki sinis, menatap tidak ramah pada Zaki yang baru keluar dari mobil.
"Ngeluarin VA lah," jawab Zaki enteng sambil berjalan mendekati empat laki-laki itu.
"Gak butuh lu. Kita bisa bawa mereka pulang sendiri," balas Vino tidak menerima bantuan.
Mobil abu yang semula datang bersama Zaki mengeluarkan penumpangnya, Deril dan Viky.
"Udah deh, gak usah debat sekarang, kita masuk dulu," lerai Deril santai, lebih dulu berjalan ke pintu masuk kantor bersama Viky dengan tangan menyelip di saku celana.
Sempat berdecak kesal, Vino dan tiga sahabatnya memilih ikut masuk bersama Zaki yang masih tenang-tenang saja, menuju ruangan VA ditahan untuk dimintai kesaksian.
"Angels."
Deril dan Viky yang sampai lebih dulu menyapa pada gadis-gadis di kursi tunggu. Kompak empat kepala gulali itu mendongak, tersenyum sumringah mendapati para laki-laki tampan itu mendatangi dalam waktu cukup cepat.
Hanya saja kecerahan senyum perlahan memudar seiring melihat sosok-sosok di belakang Deril dan Viky, ada Zaki dan ... pacar-pacar mereka.
"Siapa yang nelpon mereka?" bisik Nenden bertanya sambil menyikut Fia.
"Gu-Gue cuma nelpon Nero padahal." Mina menjawab berbisik juga ke arah Nenden.
"Sialan. Mereka pasti kontekan." Nenden menggeram pelan sebelum berusaha memasang ekapresi sepolos mungkin untuk ditunjukkan pada Diki.
"Cara satu-satunya, keluarin kartu kita," bisik Mina hanya bisa harap-harap cemas dengan nasib.
"Ngapain bisik-bisik?"
Pertanyaan dari suara tajam menghentikan aksi berbisik gadis-gadis itu, serempak mendongak dan mengeluarkan cengiran kikuk.
"Kita gak ikut tawuran, kita juga udah jelasin ke pak polisi tapi gak dipercaya, bantuin jelasin dong," kata Nenden diakhiri meminta bantuan dengan mata ala anak kucing kehujanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Villain Angels { Sudah Terbit }
Teen Fiction[ 🔞 Dewasa ] [ Sequel Troublemaker Girl ] [ Tamat: Bab utama lengkap; bonus bab ada di Karyakarsa ] . . ~~~}{~~~ Villain Angels hanyalah kumpulan empat gadis normal biasa, hanya saja cara menjalani hidup yang berbeda, tidak ingin terikat pada apapu...