Re-publish: Senin, 24 April 2023.
***
Rawat inap yang diduga hanya beberapa hari itu meleset dari perkiraan, tiga gadis itu ternyata menghabiskan tiga minggu masa pemulihan. Dua hari sejak dirawat, baru nenek Mina dan ibu Fia diberitahu, mereka rutin menjenguk dua hari sekali.
Setelah melewati hari-hari membosankan di rumah sakit, akhirnya hari ini diperbolehkan pulang.
Hampir satu bulan yang mengesalkan bagi Fia, Nenden, dan Mina, karena setiap hari hanya boleh makan bubur rumah sakit. Sangat sulit menyelundupkan makanan dari luar jika bukan bawaan buah tangan para penjenguk.
"Udah gak ada yang ketinggalan, kan?" tanya Diki membantu Nenden turun dari ranjang rawat.
"Gak," jawab Nenden setelah memeriksa tas selempang kecil di bahu.
Sedangkan tas pakaian yang sempat bawakan Sherly kini ditenteng Diki dengan tangan lain.
"Bisa jalan gak?" tanya Afka membantu Fia mengikat tali sepatu converse hitam di kaki.
"Bisa," jawab Fia mengangguk, menunggu tali sepatu selesai diikatkan Afka sebelum bangkit berdiri dari sofa.
"Jangan lepasin tangan gue kalo masih lemes," kata Afka penuh perhatian melingkarkan tangan Fia untuk berpegangan.
Fia mengangguk, membiarkan berjalan dituntun Afka karena memang masih sedikit lemas untuk berjalan.
"Kita pulang naik apa?" tanya Mina yang berjalan bersama Nero ke luar kamar rawat memimpin rombongan.
Tas tempat menaruh pakaian dan keperluan pribadi yang neneknya berikan saat berkunjung kemarin sudah tersampir di pundak kiri Nero.
"Mobil," jawab singkat Nero, membenahi rambut tergerai Mina dengan jemari.
Kepala gadis itu sudah bertengger di pundak kanan Nero, berjalan dengan posisi bergelayut, dan mata setengah tertutup karena mengantuk.
Sherly bersedekap di dada, lalu berdecak mencibir tiga pasangan yang berjalan beriringan di depan. Melirik jam di pergelangan kiri menunjuk angka 07.30 pagi. Cukup pagi untuk tiga gadis yang selama dirawat ini semakin bertambah malas bangun pagi, biasanya jam segini masih tidur di dalam bangsal.
"Mobil kita harusnya diambil seminggu lalu, kan?" tanya Nenden menoleh pada Sherly di belakangnya.
"Iya. Tapi dimasukin Vino ke garasi dia," jawab Sherly mendengkus, mendadak kesal dengan topik yang diangkat.
Seminggu lalu, Sherly mendapat telpon pemberitahuan dari bengkel bahwa mobil mereka sudah selesai diperbaiki. Mendengar itu, Vino langsung tancap gas mengambil mobil dan membawa ke rumah sendiri atas suruhan Diki.
"Kok gitu?" tanya Fia menyahut dari depan Nenden.
"Gak ada nyetir-nyetir mobil lagi, kita sita," jawab Afka yang menggandeng Fia.
"Lah, kenapa?" tanya Fia lagi tidak terima.
"Masih nanya? Sembuhin luka kalian dulu lah," balas Afka sengit.
Fia mendengkus, padahal terluka karena motor bukan mobil putih kesayangan. Tentu saja kesayangan, karena sejak pertama melihat di showroon saat Reiki mengajak membeli mobil, mereka sudah menaruh perhatian pada bugatti itu.
"Terus kita ngampus gimana?" tanya Nenden cemberut.
"Gue jemput," balas Diki kalem, terkekeh menoel pipi mengembung gadis itu.
"Jadwal kuliah kita kan gak barengan tiap hari," kata Nenden mengernyit, menangkap jari Diki dan menggenggam erat.
"Terus?" tanya Diki tampak tidak terlalu peduli walaupun mengerti maksudnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Villain Angels { Sudah Terbit }
Teen Fiction[ 🔞 Dewasa ] [ Sequel Troublemaker Girl ] [ Tamat: Bab utama lengkap; bonus bab ada di Karyakarsa ] . . ~~~}{~~~ Villain Angels hanyalah kumpulan empat gadis normal biasa, hanya saja cara menjalani hidup yang berbeda, tidak ingin terikat pada apapu...