32

328 51 53
                                    

Re-publish: Sabtu, 6 Mei 2023.

***

Melihat adegan asusila di depan mata secara langsung harusnya menjadi sebuah pengalaman mengerikan tersendiri, tapi itu tidak berlaku bagi VA yang polos-polos tai kucing, wajah saja polos, isi kepala dan hati amat hitam penuh dosa.

Mina yang pertama merebahkan diri di kasur empuk di kamar rumah Sherly, disusul Nenden, hanya berdua, karena pemilik kamar, dan Fia sedang ke dapur untuk mengambil makan malam.

"Nyalain TV, Min," suruh Nenden pada Mina di samping.

"Mager," balas Mina lempeng dengan lengan menutup mata.

Nenden berdecak, memilih bangkit untuk mencari remote TV, menemukan di atas meja bufet dan segera menekan tombol on.

TV menyala, sambil kembali ke ranjang, Nenden mengganti saluran perlahan, cukup lama mencari tontonan yang menarik hingga berhenti di salah satu acara talk show artis.

"Makanan datang, Nona-Nona."

Suara mendayu memasuki kamar setelah bunyi pintu dibuka terdengar, Fia dan Sherly masing-masing membawa dua piring putih lebar di tangan, satu botol air putih ukuran besar dan gelas dijepit di ketek.

Sherly menutup kembali pintu kamar dengan kaki sebelum membawa piring makan ke ujung ranjang.

Nenden dan Mina yang semula tiduran di atas kasur segera beranjak turun menyambut piring makan.

"Punya gue kok brokolinya dikit sih." Mina menyambut piring dengan perotesan kecil, sudah duduk bersila di lantai berkarpet ujung ranjang Sherly.

"Punya gue kok sayurnya dikit?" Nenden bertanya dengan wajah cemberut, meletakkan piring di lantai di hadapan.

"Gak usah banyak mau. Masih untung kita ambilin," balas Fia datar, ikut duduk lesehan di karpet di samping kanan Mina.

"Tenang, Kom, lo bisa ambilin brokoli punya gue, lo juga Nden bisa nambah di dapur kalo mau," kata Sherly murah hati, duduk di samping kiri Nenden.

Keempatnya kemudian makan dengan tenang sambil menonton tv, sesekali mengobrol ringan, atau bertukar jenis sayur yang tercampur menjadi capcai.

"Gue gak suka artis ini, pansos mulu," celetuk Sherly melihat seorang artis baru muncul di acara talk show di TV.

"Sama. Dia kalo ngomong itu bawaannya pengen gue comot itu muka," sahut Nenden mengangguki.

"Kalo gue sih lebih gak suka sama emaknya, sok manja-manja minta getok." Fia ikut menyahut dengan memasukkan potongan jagung muda ke mulut.

"Gue yang gak peduli siapa mereka," gumam Mina sambil mengambil brokoli di piring Sherly dan Fia.

"Yah, gimana, ya, mereka itu cocok sih ibu sama anak, dari cara mereka ngomong aja udah keliatan kayak caper." Nenden memainkan garpu sambil menatap layar TV, mengomentari.

Tring.

Nenden hanya melirik saat handphone yang diletakkan di samping paha berbunyi tanda pesan masuk, mengira itu hanya dari Diki, jadi diabaikan saja untuk lanjut makan.

Hampir secara bersamaan handphone Sherly, Fia, dan Mina menyusul berbunyi, tidak hanya sekali tapi berkali-kali berdenting. Empat gadis itu langsung saling bertukar pandang heran, tidak mungkin kebetulan pesan masuk datang berbarengan.

"Buka deh, mungkin penting," kata Mina meraih tas yang teronggok di samping, mengeluarkan handphone dan memang banyak pesan media masuk.

Kernyitan muncul di kening Mina karena melihat pengirim pesan itu merupakan nomer tanpa nama, membuka aplikasi pesan itu, ternyata berisi beberapa screenshot foto dan sebuah video.

Villain Angels { Sudah Terbit }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang