6

604 68 106
                                    

Re-publish: Rabu, 3 Agustus 2022.

***

Pulang kuliah, mobil disetir oleh Sherly, tanpa kebut-kebutan, melaju tenang, bahkan berhenti di lampu merah, tujuan siang menjelang sore ini adalah bengkel.

"King gak bisa dihubungin," kata Nenden setelah beberapa saat menempelkan handphone ke telinga.

"Gak bisa apa gak ngangkat?" tanya Fia yang kali ini duduk di kursi samping Sherly.

"Gak ngangkat," jawab Nenden kembali menempelkan handphone ke telinga kanan.

"Coba terus," suruh Sherly kalem, membelokkan mobil ke simpang kiri.

Nenden mengangguk, handphone masih tertempel di telinga, sebelah tangan yang bebas menggasak bungkus chiki di pangkuan Mina.

"Sibuk banget apa gimana sih ini- ... Allahuakbar diangkat akhirnya." Gerutuan pelan Nenden berganti rasa syukur seakan ingin bersujud saat itu juga begitu panggilan diterima.

[ "Halo." ]

Nenden baru membuka mulut ingin bicara, tapi berhenti saat yang mengangkat telpon adalah seorang wanita, suara begitu lembut dan tenang.

"Anjer, ceweknya King," bisik Nenden pada tiga temannya, handphone sedikit dijauhkan dari mulut dan ditutupi dengan telapak tangan.

"Terus?" tanya Sherly, melirik Nenden lewat kaca spion tengah.

"Gue grogi kalo udah ngomong sama cewek King, apalagi modelan lembut gini," kata Nenden masih sempat-sempatnya sedikit mengghibah.

"Yaelah. Cuma tinggal nanyain King mana, biar minta transfer dulu," ujar Fia gemas.

Nenden mengangguk, lalu mendekatkan handphone ke telinga lagi. "Halo," balasnya menyapa setelah berdehem kecil.

[ "Iya? Ini siapa?" ]

"Gue- ... maksudnya saya- ... eh, aku ..." Nenden bingung sendiri mencari kata yang tepat, meringis dalam hati merutuki diri yang tidak pernah belajar bicara dengan suara setenang embun begini.

Memilih menyerah, Nenden menyerahkan handphone pada Mina, membuat gadis itu memiringkan sedikit tubuh menjauh dan mengangkat alis sambil mengunyah.

"Apa nih?" tanya Mina tidak mengerti.

"Lo yang ngomong, kan lo yang paling kalem suaranya di antara kita. Gue bingung anjir, mau ngomong apaan," kata Nenden nyengir sambil meraih tangan Mina dan meletakkan handphone.

Mina berdecak pelan, mengemut jari telunjuk yang penuh bumbu balado, lalu menempelkan handphone ke telinga.

"Halo," sapa Mina akhirnya setelah berdehem pelan.

[ "Iya, halo?" ]

"Ini Mina, Queen." Mina memulai bicara, menatap tiga sahabatnya yang tengah menunggu hasil.

[ "Oh, Mina? Kenapa?" ]

"King ada?" tanya Mina to the poin.

[ "King ... Reiki?" ]

"Iya," balas Mina, menggigit jari gemas pada suara kelewat merdu itu seakan bisa menenggelamkan seseorang pada lautan cinta.

[ "Oh, dia lagi di kamar mandi. Mau aku panggilin?" ]

"Eh, gak usah. Aku nitip pesen aja, boleh gak?" Mina menggeleng cepat seakan bisa dilihat oleh lawan bicara di sana.

[ "Iya, bo-" ]

Villain Angels { Sudah Terbit }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang