4

678 86 35
                                    

Re-publish: Rabu, 3 Agustus 2022.

***

Beberapa saat menunggu sate dibuat, seorang wanita mendekat dengan menggendong balita laki-laki. "Mas, buat anak saya satu, ya, anak saya udah laper," pesannya nampak mendesak.

"Ditunggu, ya Bu. Abis punya Mbak-Mbak ini," balas pria penjual sate, sebut saja namanya Abdul, sambil menunjuk Mina dan Fia yang duduk menunggu lebih dulu.

"Bisa gak punya anak saya diduluin?" tanya wanita itu karena sang anak sudah menangis kencang di gendongan.

Mina dan Fia memilih pura-pura tidak mendengar permintaan ibu itu dan Pak Abdul yang nampak kesulitan menolak.

Sepertinya mengalah pada seorang ibu-ibu tidak masalah, hmm.

Tidak lama kemudian seorang bocah laki-laki datang dan menepuk-nepuk sisi gerobak sambil mendesak untuk dibuatkan lebih dulu, bahkan merengek-rengek tidak bisa diam membuat yang mendengar muak.

"Cepet dong Bang, punya aku."

"Ih abang lama."

"Punyaku duluan, ya."

"DIAM! BERISIK! INI UDAH MALEM!" bentak Fia sambil bangkit berdiri.

Memelototi si bocah yang terus bicara merengek dan menatap tajam balita yang berisik karena menangis sejak tadi. Membuat dua anak kecil itu terkesiap terkejut, si ibu balita mengguncang anaknya untuk ditenangkan karena akan menangis lebih keras.

Sesekali berbisik menakuti sambil menunjuk-nunjuk Fia yang berkacak pinggang, untungnya si ibu bukan type orang tua yang membela anak dalam situasi apapun, bahkan mengulas senyum terima kasih pada Fia karena membuat anaknya berhenti menangis.

Bukan tanpa alasan Fia merasa kesal, selain berisik, sudah bosan juga menunggu dan digigiti nyamuk sejak tadi.

Di tengah keterdiaman mereka, sebuah motor berhenti di dekat gerobak, pengendara yang membonceng seorang perempuan itu menstandar motor.

Fia masih sempat mendelik pada pasangan itu, takut antrian diserobot lagi, tapi dua orang itu memilih diam, mungkin menunggu pembeli berkurang, baru memesan.

Mina terkekeh. "Sabar, Fi," bisiknya pada sang sahabat yang kembali duduk.

Fia menghembuskan napas kasar, rasa kesal berganti kerutan sedikit malu saat menyadari hanya mengenakan sarung seperti bapak-bapak meronda, sedangkan yang lain mengenakan baju.

Menoleh ke samping, Fia tidak bisa menahan tawa mengudara saat melihat Mina mengenakan kemeja dengan kerah miring karena kancing tidak masuk di lubang yang tepat, juga tidak mengenakan sandal.

"Gembel banget lo, Min," ejek Fia tidak berusaha menyembunyikan tawa.

Mina menatap diri sendiri dan ikut tertawa sambil memukul pundak Fia. "Gak beda jauh lah," balasnya, keduanya tertawa geli.

Bermenit-menit menunggu hingga sate pesanan siap, keduanya kembali ke rumah Nenden dengan menenteng dua kresek hitam.

Menuju kamar Nenden, ternyata Sherly sudah menyiapkan segalanya, piring dan air minum.

Villain Angels { Sudah Terbit }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang