33

295 53 42
                                    

Re-publish: Sabtu, 6 Mei 2023.

***

Dum Tak ... Dum Dum Tak! JRENG!

"Bunyi apaan tuh, Bajingan!?"

Nenden memaki sambil menendang selimut yang membungkus tubuh hingga jatuh ke lantai. Disusul geraman jengkel Mina di samping yang juga ikut terusik karena ulah bunyi berisik memenuhi kamar.

"Alarm," sahut Sherly serak, membuka mata dengan paksa.

Sherly meraba meja nakas, mengambil handphone yang membunyikan alarm volume maksimal untuk dimatikan. Fia bangkit duduk sambil menggaruk kepala yang rambutnya sudah kusut.

"Yang bener aja dong kalo masang alarm, masa deringnya kayak ngajak gelut ini," gerutu Fia lalu menguap.

Nenden dan Mina ikut duduk, menguap serta mengulet dengan lenguhan panjang.

"Biar cepet bangun," kata Sherly mengatakan alasan, duduk juga, membuat empat wajah bantal itu berjejer.

"Iya sih bangun, kayak dibangunin marching band." Mina menghembuskan napas panjang dan berat penuh keluhan.

"Daripada alarm Nenden, kayak dibangunin ambulance kematian," balas Sherly tidak mau kalah.

Wajah mengantuk empat gadis itu tidak menghentikan aksi saling debat di pagi hari, bahkan beranjak turun dari kasur pun belum, tapi mulut sudah aktif membacot.

"Udah debatnya. Kita ada kelas pagi ini," kata Nenden melerai sambil merangkak turun dari ranjang besar Sherly.

Mereka memang menginap tadi malam, setelah mendapat telpon dari orang tidak dikenal itu, butuh cukup banyak waktu untuk meredakan emosi dengan cara makan banyak.

Melihat Nenden turun, Sherly menyusul, lalu Fia, meninggalkan Mina sendiri masih memeluk guling.

"Mandi, woi! Ngampus."

Sebuah bantal dilempar Fia telak mengenai wajah Mina yang akan tidur duduk.

"Anjing!" umpat Mina yang terjungkal jatuh dari ranjang, langsung ke lantai.

Dengan terpaksa Mina merangkak bangkit, mencari kamar mandi. Untungnya di rumah Sherly tidak hanya memiliki satu kamar mandi, jadi tidak perlu bergiliran saling tunggu.

Satu jam kemudian, mereka yang tadinya buluk, sudah glow up kembali. Dengan riasan natural dari alat make up bermerk mahal yang dibeli hasil memalak uang Zaki dan Zulvy setiap bulan, dan hasil berbagai taruhan balapan, sudah siap pergi ke kampus.

"Kita sarapan di kantin aja," kata Sherly, membuka pintu penghubung rumah ke garasi samping.

"Iya, lagian gue juga mana biasa sarapan sepagi ini," balas Fia yang mengikuti di belakang.

Pagi?

Padahal sudah hampir pukul sembilan, harusnya tidak terlalu pagi untuk sekedar sarapan.

Menyandang tas masing-masing, empat gadis itu memasuki mobil bugatti silver di garasi Sherly. Mesin mobil dihidupkan, beberapa menit hanya dipanaskan sebelum jalan ke luar garasi yang pintunya sudah dibuka.

Bermenit-menit di jalan, mobil yang dikemudi Sherly akhirnya tiba di parkiran kampus, keluar mobil hampir secara bersamaan.

Memasuki daerah kampus, pandangan para mahasiswa-mahasiswi terasa berbeda menyorot, tapi coba diacuhkan VA yang hampir sepanjang hidup sudah sering menerima berbagai tatapan menyudutkan.

"Apa ... ada yang aneh dari pakaian kita, ya?" tanya Nenden sambil menggaruk pipi sendiri heran.

Tatapan para mahasiswa dan mahasiswi hari ini sangat berbeda dari biasanya, kali ini jelas sekali terlihat seperti menghina, merendahkan, mengintimidasi dan sebagainya.

Villain Angels { Sudah Terbit }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang