12

450 59 34
                                    

Re-publish: Rabu, 10 Agustus 2022.

***

"Kita makan-makannya nanti malem aja. Soalnya doi ada kelas sore," kata Mina bicara di telpon pada Sherly yang katanya sedang di perjalanan.

Setelah mendapat balasan 'oke' dari Sherly di seberang sana, telpon dimatikan dan handphone Mina masukkan ke dalam tas selempang lagi.

"Jadi ke tempat Kajul?" tanya Nenden menatap layar handphone.

Mendapat anggukan, ketiga gadis itu sekarang duduk anteng di teras rumah Mina sambil memakan es krim stik.

"Sekarang?" tanya Fia memastikan, membuang stik es krim yang sudah bersih dihabiskan.

Mina bangkit dari duduk di undakan tangga, menuju keran dekat tanaman hias halaman. "Iya sekarang," angguknya sambil merunduk mencuci tangan.

Nenden ikut bangkit berdiri menuju keran, disusul Fia, melakukan hal yang sama.

"Kajul lagi di kampus sekarang," kata Nenden sambil menciprat-cipratkan air dari tangan.

"Pas dong, kita samperin aja." Fia mengusulkan dengan alis naik turun menatap dua sahabatnya.

Ketiganya saling tatap sebentar, lalu mengangguk serempak dengan senyum lebar.

"Let's go!" seru Mina meninju udara semangat.

Ketiganya segera bergegas, Mina meletakkan tas ke dalam rumah sebelum mengunci pintu dari luar. Fia mengambil satu kantong plastik putih ukuran besar yang teronggok di teras dekat tiang pilar, sedangkan Nenden duduk di motor dan menghidupkan mesin.

Setelah mengaitkan kresek, Fia naik di boncengan, lalu diikuti Mina juga. Bonceng tiga, untungnya sudah sama-sama berganti pakaian mengenakan hotpans dan kaos longgar sederhana, serta sepatu converse seiras berbeda warna saja.

Motor langsung melaju meninggalkan pekarangan rumah Mina menuju jalanan komplek, ke arah jalan raya. Tanpa ada yang mengenakan helm, karena jarak dengan tempat yang dituju tidak terlalu jauh, dan tidak melewati kantor polisi.

Dua puluh menit kemudian, motor Nenden menepi di depan sebuah kampus elite bertingkat. Deretan mobil dan motor terparkir apik di parkiran depan membuat seakan masuk showroom bukan universitas tinggi.

Turun dari motor, ketiganya membenahi rambut yang mendadak kusut setelah beradu dengan kecepatan angin, menyisir menggunakan jari dan bercermin di kaca spion.

"Sip. Kita cari Kajul," kata Nenden begitu rambut pirang sudah lebih baik.

Dengan langkah ringan melenggang memasuki area kampus itu sambil celingukan, mencari sosok 'Kajul'. Sesekali menebar senyum sok akrab dengan mahasiswa yang dilewati, terkadang juga menyapa beberapa orang yang menurut mereka agak familiar di mata.

"Eh, boleh nanya?" tanya Nenden menyetop seorang mahasiswa.

Laki-laki berkacamata bingkai hitam dengan jaket jeans abu-abu itu menatap ketiga gadis asing di depan dengan kerjaban terpesona.

"Er ... iya boleh," jawabnya kikuk.

"Lo kenal cowok yang namanya Zulvy, gak? Kalo kenal, lo tau gak sekarang dia lagi di mana kira-kira?" tanya Nenden ramah.

Mina memperhatikan dengan senyum tidak kalah manis, laki-laki ini walaupun berkacamata, tapi tidak terlihat cupu, malah menambah kadar manis.

"Zulvy? Zulvy ... yang mana?" beo mahasiswa itu bingung.

Villain Angels { Sudah Terbit }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang