24

357 43 34
                                    

Re-publish: Jum'at, 28 April 2023.

***

Dua buah motor yang masing-masing membonceng berhenti di parkiran depan sebuah universitas tinggi. Pengendaranya empat orang gadis turun segera membenahi penampilan dengan bercermin di kaca spion.

"Sipp. Udah cakep gue," kata Mina percaya diri, setelah beberapa saat merapikan rambut hijau tosca yang sempat berantakan tertiup angin sepanjang jalan.

"Gue tiap saat juga cakep, gak perlu cermin-cerminan segala," kata Fia menyeletuk dari posisi yang bersandar di body sebuah mobil entah milik siapa.

"Udah, masuk, yuk," ajak Nenden setelah sempat memoles bibir dengan liptint merah muda.

"Yuk deh," sahut Sherly yang juga sudah selesai.

Keempatnya berjalan bersama memasuki daerah koridor luas kampus, Sherly membagikan permen karet pada tiga sahabatnya yang sudah menengadahkan tangan seperti pengemis.

Hari ini untuk pertama kalinya sejak seminggu ini diantar-jemput, akhirnya berangkat dengan motor sendiri, tentu saja tanpa sepengetahuan pacar mereka.

Harusnya hari ini jadwal kuliah dimulai sejak pukul sebelas siang, tapi mereka berangkat sengaja pukul sembilan pagi untuk menghindari dijemput. Mungkin nanti pukul sepuluh pars laki-laki itu sudah bertengger manis di pelataran rumah seperti supir panggilan.

Berjalan di koridor kampus, langkah empat gadis itu tidak memelan meski di depan sana terlihat Audrey, Zoya, dan Nila berjalan dengan dagu terangkat angkuh, bisa dilihat tingkat kepercayaan diri begitu tinggi.

Tunggu ...

Sepertinya mereka tidak bertiga lagi, tapi empat juga!

Oh, apa Zoya merekrut satu orang tambahan lagi untuk menyeimbangkan jumlah mereka?

Semakin dekat jarak, semakin terlihat wajah-wajah jengkel Audrey dan Zoya menatap empat mahasiswi itu. Hingga akhirnya di jarak satu meter mereka sama-sama berhenti, saling berhadapan dengan berbeda-beda ekspresi.

Sherly mengunyah permen karet dalam mulut dengan tenang, menatap Audrey yang menyorot penuh permusuhan.

Mina memiringkan kepala menatap Zoya yang juga menatap sengit.

Fia mengangkat alis membalas tatapan sinis Nila.

Nenden bersidekap berhadapan dengan si baru dalam geng Zoya.

"Now what? Kita dilabrak lagi? Or bullying?" tanya Nenden membuka suara setelah hanya diam menerima aura menyengat dari empat mahasiswi di depan.

"Gue denger kalian bikin ulah di kampus ini. Biar apa? Pansos?" tanya gadis dengan dress hitam putih korean style, menatap remeh empat gadis mahasiswa semester pertama itu.

Rini Wulandari, mahasiswi semester tiga yang dulu pernah menjadi salah satu panitia ospek angkatan Nenden dan kawan-kawan.

Nenden mengangkat alis, lalu saling lirik dengan tiga sahabatnya, tak lama kompak terkekeh kecil.

"Gak penting amat gue lakuin itu," kata Nenden mengibaskan tangan acuh.

Keempatnya memilih berlalu meninggalkan geng kurang kerjaan itu, tapi baru beberapa langkah berjalan pergi, perkataan Audrey membuat serentak berhenti.

"Berapa kali dalam seminggu kalian bisa dipake? Gak mungkin kalian pacaran tanpa iming-iming sama pentolan kampus."

Audrey mengatakan penghinaan dengan seringai merendahkan, berbalik tubuh menghadap punggung empat gadis yang hampir pergi, lengan bersedekap dengan tas jinjing berwarna krem di lengan kiri.

Villain Angels { Sudah Terbit }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang