36

248 50 47
                                    

Re-publish: Minggu, 7 Mei 2023.

***

Nomor yang Anda tuju sedang berada di luar jangkauan, cobalah beberapa saat lagi.

"Anjing!" Diki memaki, melempar handphone di tangan saking emosi karena sejak satu jam lalu hanya suara operator yang menyambut setiap menelpon nomor Nenden.

Duduk di sofa di kamar, Diki mengusak rambut gusar, menyesal sudah bicara kejam siang tadi, terlebih setelah kepala dingin memikirkan alasan yang Nenden utarakan. Memang sangat menyakitkan saat melihat gadis itu menangis tadi siang, tapi rasa kecewa menutup simpati.

Sekarang baru menyadari kesalahan hingga tidak bisa tidur menunggu esok hari menemui Nenden. Bagaimanapun juga, Diki ingin memastikan keadaan gadis yang ditinggalkan dalam keadaan menangis tadi siang.

Bangkit dari sofa, Diki meraih jaket di gantungan dekat pintu, keluar dari kamar sambil mengenakan itu dan menuju rak sepatu.

Sudah pukul 01.15 malam, tapi Diki tidak akan mengurungkan niat untuk ke rumah Nenden, keputusan telah bulat ingin kembali mempertahankan hubungan.

Sampai di pintu depan, Diki mengernyit saat melihat mobil abu-abu seperti baru berhenti di pekarangan rumah. Turun perlahan, terlihat Afka keluar dari mobil dengan wajah tak kalah kusut dari Diki.

"Ki, lo bisa hubungin Nenden, gak? Atau yang lain? Gue dari tadi nelponin Fia gak nyambung, chat juga gak dibales," kata Afka tanpa perlu berbasa-basi.

"Gak bisa. Makanya ini gue mau ke rumah Nenden," balas Diki menggoyangkan kunci mobil di jari tengah.

"Pake mobil gue aja, gue anter. Siapa tau Fia juga di situ, soalnya gak pulang dari siang kata nyokapnya," usul Afka cepat.

Diki tanpa perlu pikir panjang mengangguk setuju, mengantongi kunci mobil dan masuk ke mobil Afka. Tak butuh waktu lama mobil hidup dan meninggalkan area rumah dengan cepat, menuju komplek perumahan tempat tinggal Nenden.

Di tengah perjalanan, telpon masuk ke handphone Afka yang diletakkan sembarangan di dashboard, nama Nero tertera di layar menunjukkan panggilan masuk.

"Halo, Ner?" sapa Afka setelah memasang earphone bluetooth ke telinga.

[ "Ka, coba lo telpon Fia, apa VA ngumpul. Soalnya Mina gak di rumah, gue telpon di luar jangkauan mulu." ]

Suara Nero langsung menyapa gendang telinga Afka berupa perintah.

"Gue bisa yakin mereka gak di rumah Fia. Soalnya nyokap Fia ngasih tau kalo Fia gak pulang dari siang, ditelpon juga gak bisa," balas Afka serius.

Telpon hening sebentar.

"Sekarang gue sama Diki mau ke rumah Nenden, coba lo ke rumah Sherly. Kalo gak ada juga, kita ke tempat biasa VA nongkrong," kata Afka lagi membuka suara karena tidak ada balasan dari Nero.

[ "Ini gue lagi sama Vino, dia barusan dari rumah Sherly ... dan kosong." ]

Kali ini berganti Afka yang diam berpikir, menebak-nebak ke mana VA pergi sampai tidak kembali ke rumah masing-masing. Biasanya, jika tidak tidur di salah satu rumah, mereka akan menghubungi anggota keluarga di rumah untuk mengatakan perizinan, tapi hari ini tidak ada kabar sama sekali sejak siang hingga malam dini hari.

"Kalo gitu gue sama Diki ke tempat Nenden, lo sama Vino ke tempat nongkrong VA biasanya deh," kata Afka kemudian membagi tugas.

Terdengar balasan setuju dari Nero sebelum panggilan ditutup, dan Afka kembali fokus menyetir.

Villain Angels { Sudah Terbit }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang