14

463 57 28
                                    

Re-publish: Senin, 15 Agustus 2022.

***

"Hobi banget deh keluar-masuk rumah sakit. Heran," gerutu Sherly yang tengah berjalan cepat di lorong rumah sakit.

Di sampingnya, Vino mengikuti sambil sesekali meringis canggung pada orang-orang yang mereka lewati, yang menoleh heran pada gerutuan Sherly sepanjang jalan.

Begitu tiba di depan kamar rawat bertulis 'R. Mawar 112' di pintu, Sherly mendorong kasar gagang pintu hingga terbuka, memasuki ruang rawat dengan langkah dihentak-hentak.

"Gimana, Sei? Beres sama si Audrey?" tanya Nenden begitu Sherly sudah berdiri berkacak pinggang di samping meja nakas.

"Lupain itu, udah beres. Sekarang gue tanya, siapa kali ini yang nyetir?" balas Sherly berdecak, mengibaskan tangan di udara.

"Nyetir apaan, kita naik motor," sahut Mina yang tiduran berselimut hingga ke dada.

"Pengen gue pites pala kalian ini satu satu, tapi takut sel-sel otak pada jatoh, hoby banget bikin orang olahraga jantung." Sherly mencak-mencak seperti ibu-ibu kos menagih uang bulanan, ada keluhan di setiap kata.

"Ini kita masih sakit loh, Sei, malah diomelin." Fia mencebik menatap sahabatnya itu yang mirip ibunya di rumah jika kesal.

Sherly menurunkan tangan dari pinggang, menghela napas panjang, lalu duduk di kursi samping ranjang Nenden. Siapapun memang tidak akan pernah bisa berhasil melawan tiga gadis itu dengan urat tegang.

"Terus sekarang gimana keadaan kalian? Udah baikan? Lukanya di mana aja?" tanya Sherly beruntun, melunturkan ekspresi jengkel di wajah berganti khawatir.

"Gak parah, gue luka robek di kepala, Mina robek di rahang, Fia keseleo lutut," terang Nenden enteng.

Sekali lagi helaan napas Sherly keluarkan, mengisyaratkan untuk Vino duduk, karena sejak tadi hanya berdiri menonton layaknya patung pancoran.

"Gak parah ndas lu! Robek kok dibilang gak parah, ngeluarin duit lagi loh buat nyembuhinnya," balas Sherly kembali jengkel, ingin menjitak kepala pirang Nenden, tapi kasihan.

"Terus yang bawa kalian ke sini siapa?" tanya Vino begitu duduk di kursi samping ranjang Fia yang bersebelahan dengan Nenden.

"Warga," jawab Nenden singkat.

"Kok bisa sih gini? Ngebut pasti," tanya Sherly diakhiri menuding tajam.

Anehnya kali ini tidak ada yang mau menjawab, tiga sahabat Sherly itu kompak membuang muka, enggan menanggapi, membuat Sherly dan Vino berkerut alis.

"Diki, Afka, sama Nero sekarang pada ke mana?" tanya Vino kemudian.

Saat datang tadi ruang rawat hanya ada ketiga pasien, tidak ada tanda-tanda orang lain.

"Barusan kita suruh pulang," jawab Fia setelah menghembuskan napas singkat.

Vino manggut-manggut, sudah menduga kalau tiga sahabatnya yang akan lebih dulu mendapat berita. Bahkan Vino tidak yakin apakah Nenden, Fia dan Mina sudah menghubungi orang tua masing-masing.

"Vin, bisa minta tolong gak?" tanya Mina memecah keheningan yang terjadi beberapa detik.

Vino mengangguk langsung. "Bisa. Tolongin apa?"

"Beliin makan dari resto depan, kan gue udah janji mau nraktir. Tapi karena harus rawat inap di sini dulu, jadi makanannya aja yang dibawa ke sini," pinta Mina dengan senyum manis, melirik tiga sahabatnya dengan mimik bersalah.

Villain Angels { Sudah Terbit }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang