38

267 47 44
                                    

Re-publish: Selasa, 9 Mei 2023.

***

Puluhan super car berhenti di satu area yang sama, tak jauh dari sebuah rumah kecil usang dan reyot. Suasana sekitar amat sunyi, tapi pemandangan sangat menakutkan dengan adanya bangkai mobil yang sepertinya baru selesai terbakar.

Melihat plat depan dan belakang membuat sebagian besar dari mereka refleks berlari mendekati mobil hangus itu. Mengecek dari luar kaca jendela, semuanya menjadi abu, tak tersisa selain onggokan barang yang sudah menghitam.

"Ini mobil mereka. Bener, ini mobil mereka," kata Afka yakin.

"Mereka gak mungkin ikut kebakar. Gak mungkin, kan?" tanya Vino panik.

Celingak-celinguk di tempat itu, tidak ada orang asing satu pun terlihat, selain jejak-jejak sisa perkelahian ekstrem, genangan darah yang menyatu dengan tanah, balok kayu dan batu berserakan di mana-mana.

"Sial, kenapa bisa separah ini," umpat Zaki entah ditunjukkan pada siapa.

"Zak-! Ada pistol nih, keisi satu peluru."

Seseorang dari DK berseru pada Zaki, menemukan sebuah pistol teronggok hampir hancur seperti bekas terinjak-injak.

Zaki menoleh, wajah seketika mengeras, jika senjata api ini yang digunakan bertarung, lalu di mana gadis-gadis itu sekarang. Alat pelacak menunjukkan titik ini sebagai lokasi terakhir, tapi tidak ada siapapun selain kekacauan.

"Gue juga nemu revolver, tapi pelurunya abis."

Anggota DK lain menemukan hal serupa, sayangnya revolver itu juga sudah hancur seperti sengaja dihancurkan.

"Zak, ini ada beberapa suntikan juga, kayaknya baru dipake, soalnya masih ada jarumnya, bersih," adu anggota DK yang lain menunjukkan dua batang jarum suntik.

"Kumpulin semua yang ditemuin, nanti kita selidiki!" perintah Zaki cukup keras, lalu beralih pada empat mantan teman-temannya yang masih mengitari onggokan mobil.

"Cek semua tempat, cari VA sampe ketemu!" perintah Zaki lagi sebelum ikut mengecek setiap sudut tempat.

Lama puluhan orang itu berpencar mencari hingga ke ujung-ujung jalan buntu, beberapa anggota DK memasuki rumah di ujung jalan, menggunakan senter handphone sebagai penerangan.

"Ki-! Zaki!"

Panggilan terdengar samar-samar, dahi Zaki berkerut kesal, kenapa selalu dipanggil padahal tinggal mengumpulkan benda-benda yang ditemuka sebagai bukti penyelidikan pencarian nanti.

"Apa!? Kalo nemu sesuatu ya tinggal simpen kan gua bilang!?" balas Zaki kesal, tangan baru ingin mengambil sebuah rantai gelang di tanah.

"Woi, konto*! Ini VA di sini, gue gak berani nyentuh-!! Mereka sekarat!"

Teriakan panik luar biasa setelah umpatan sepenuh hati membuat puluhan pasang mata di sana langsung menyorot seseorang di rumah kumuh.

Tidak perlu pemberitahuan dua kali, kaki Nero dan Diki langsung berlari ke rumah itu. Di belakang menyusul Afka dan Vino, lalu Zaki, anggota DK yang lain yang paling dekat dengan rumah juga ikut menghambur masuk.

Sampai di satu ruangan yang ada pencahayaan dari lampu orange redup, para laki-laki itu terhenyak dengan mata membola melihat sosok-sosok yang tergeletak di lantai.

Tanpa perlu memastikan pun bisa mengenali empat gadis itu dari rambut gulali yang sudah kusam, kusut, dan kotor, hanya sedikit memperlihatkan warna rambut asli.

Dengan kasar Vino dan Afka menyingkirkan kursi yang menghalangi jalan, disusul Diki dan Nero bersimpuh di dekat tubuh gadis masing-masing.

"Jangan becanda," gumam Vino pelan, gemetar melihat genangan darah hampir tercium Sherly di lantai.

Villain Angels { Sudah Terbit }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang