8

12.1K 402 1
                                    

"Vin,, berkas kerjasama perusahaan" ujar Felix yang menaruh beberapa berkas di atas meja Kevin dan hannya di balas deheman olehnya.

Beberapa saat kemudian Felix baru menyadari jika tangan Kevin tengah di balut oleh perban yang membuat banyan pertanyaan di kapalanya, "Vin, tangan lo kenapa?" Tanya Felix bingung

"Bukan apa-apa" balas Kevin singkat

"Gak usah bohong, pasti lu abis di serang sama Lily" ujar Felix membuat Kevin langsung menghentikan pekerjaannya.

"Tau darimana?" Tanya Kevin sambil menatap Felix dengan tajam

"Ya,, sapa lagi kalo bukan tuh cewe" jawab Felix dengan percaya diri. "Mangkanya jangan terlalu kasar sama cewe" lanjut Felix sambil tertawa kecil

"FE..LIX...!" ujar Kevin penuh penekanan membuat pemlilik nama tersebut berlari kecil meninggalkan ruangannya.

* Ting...

Terdengar notif pesan masuk dari ponsel genggam Kevin, tetapi sang pemilik hannya mengabaikannya.

*Ting

Notif pesan terdengar ke dua kalianya membuat Kevin sedikit kesal karna pekerjaannya terganggu.

Sebelum Kevin akan mematikan ponselnya ia melihat orang yang mengirim pesan tersebut, "Leo?" Ucap Kevin

Karna penasaran Kevin langsung membuka pesan dari orang tersebut dimana isi pesan itu berisikan sebuah informasi tentang seseorang yang akan segera datang tanpa pemberitahuan, tak lupa Kevin juga membaca sebuah jadwal terencana yang dikirimkan atas nama Elsa Silincya.

Setelah melihat nama dari pemilik jadwal tersebut rahang Kevin langsung mengeras dan tangannya menggenggam erat, "ngapain dia kesini?" Gumam Kevin

OoO

S

ekitar dua jam lamanya Lily kembali mengelilingi isi mansion besar tersebut berharap mendapatkan sebuah celah untuk keluar. Tetapi selama itu Lily hannya mendapatkan ruang kosong di setiap pintunya tanpa ada seseutu yang ia temukan.

Sudah sangat banyak pintu yang ia buka dan hasilnya nihil ia tidak mendapatkan apapun, "Mungkin ini akan jadi pintu terakhir untuk hari ini dan akan aku lanjutkan besok" ujar Lily sambil membuka pintu di depannya

Setelah Lily membuka pintunya, ia cukup bingung karna ruangan itu berbeda dari ruangan-ruangan lainnya ia perikasa sebelumnya. Sangat pekat bahkan Lily tidak bisa melihat isi ruangan tersebut.

Karna penasaran Lily menggerakkan kakinya untuk masuk kedalam ruangan tersebut, sebelumnya Lily harus mencari saklar lampu di ruangan tersebut agar dapat melihat lebih jelas isi dari ruangan tersebut.

Sambil meraba-raba Lily mencari saklar di pinggir ruangan tersebut, tanpa sengaja tangan Lily tergores sesuatu yang tidak dapat ia lihat akibat ruangan yang gelap. Akibat goresan itu darah segar menetes dari tangan Lily, itu keluar sangat banyak dan terlihat tidak mengering.

Lily berusaha keras agar darahnya tidak keluar terlalu banyak karna itu akan sangat berbahaya untuknya. Tangannya bergegas untuk mencari sesuatu yang dapat menutup pendarahannya tetapi ia tidak mendapatkan apapun.

Lily berusaha menahan rasa sakitnya itu hannya untuk mengecek sebentar isi dari ruangan tersebut, tetapi tak sampai dua menit ia merasa pusing di kepalanya dan berusaha agar dirinya tidak jatuh pingsan. Terpaksa Lily harus keluar ruangan tersebut dan mencari bantuan di mansion tersebut.

Dengan sisa tenaga yang ia miliki Lily berusaha berjalan mencari bibi Mey untuk meminta tolong, "bibi... tolong" teriak Lily susah payah.

Bibi Mey yang sedang bersih-bersih ruang bawahpun mendengar jika Lily memanggil dirinya, bibi Mey langsung bergegas membantu Lily berjalan saat melihat Lily akan jatuh pingsan, "non...!! Apa yang terjadi kenapa banyak darah yang keluar non?" Tanya bibi Mey hawatir.

My Psikopath BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang