33

4.3K 124 1
                                    

"Tidak, ini sudah kelewat batas Kevin harus tahu semua."

.
.
.

"Leo, apa kau menemukan sesuatu?" Tanya Kevin pada hacker pribadinya.

"Maaf tuan, saat ini saya belum menemukan apapun. Saya butuh waktu beberapa hari lagi untuk masuk ke akses tujuan," jelas Leo yang masih berusaha meretas akun yang ia curigai sebagai penculik Lily.

"Baiklah, lakukan dengan teliti."

Kevin memijat pelan kepalanya. Semuanya terasa sangat beban di kepala Kevin, pekerjaan yang menumpuk sampai pencarian Lily yang sampai sekarang belum ketemu. Ingin rasanya Kevin loncat dari ketinggian dan menghilang. Semuanya terasa hampa tanpa ada Lily di hidupnya.

Di Loby, terlihat Rey tengah terburu-buru menuju ruangan Kevin. Dengan wajah cemas dan tekat yang tinggi ia akan mengungkapkan sesuatu yang sudah lama ia pendam.

Tapi saat di lift, Felix muncul dengan wajah datar setelah melihat Rey ada di dalam perusahaan.

Saat mereka berpapasan, Felix masuk sedangan Rey keluar. Sebelum pintu lift tertutup Felix sempat mengatakan sesuatu yang membuat Rey diam terpaku. "Semuanya akan terungkap cepat atau lambat," ucap Felix yang akhirnya tertutup oleh pintu lift.

Rey masih terpaku dengan kata-kata Felix. Dirinya bingung maksud dari ucapan Felix padanya atau mungkin Felix mengetahui sesuatu tentang Rey.

Rey dan Felix memang sehabat dekat Kevin. Awalnya mereka berdua belum kenal satu sama lain, tapi setelah di kenalkan oleh Kevin mereka berdua menjadi cukup akrab. Hubungan mereka tidak cukup dekat membuat mereka berdua sering bersitegang satu sama lain.

Terkadang mereka harus berpura-pura akrab di depan Kevin agar tidak terjadi keributan di antara mereka bertiga. Disini Felix sudah sangat mengetahui sifat asli Rey seperti apa sedangkan Rey tidak mengenali Felix dengan baik.

Rey segera menyusul Felix yang telah turun ke lantai satu. Setelah sampai di lantai satu Rey sempat kehilangan jejak  dan bingung harus mencari kemana, karna tetap ingin mencari Felix ia berusaha mencari ke beberapa ruangan yang mungkin di masuki oleh Felix.

Beberapa menit kemudian akhirnya Rey menemukan Rey di ruang rapat sendirian seperti tengah menunggu dirinya. "Kau mencariku kan?" Tanya Felix santai sambil menata beberapa berkas.

"Apa maksudmu."

"Kau bisa menutup pintunya dulu agar orang lain tidak mendengarnya."

Rey mau tidak mau harus mengikuti perintah Felix jika tidak ingin percakapannya bocor ke orang lain. "Sekarang katakan, apa maksudmu tadi?"

"Rey, sesuatu yang tengah kamu lakukan ini akan mencelakaimu sendiri. Kau tahu kan Kevin tidak main-main dengan tangan kotor di belakang," sindir Felix yang sepertinya belum di pahami oleh Rey.

"Tunggu, aku masih belum mengerti apa maksudmu?"

"Tidak usah berpura-pura, kau terlalu ceroboh saat melakuakan semuanya."

Sebenarnya Rey tahu kemana arah pembicaraan ini tapi ia ingin jika Felix yang mengatakannya langsung.

"Aku tahu isi pikiranmu. Kau ingin jika aku yang mengatakan langsung kan walalupun kau tahu kemana arah pembicaraan kita." Felix sudah seperti peramal yang mengetahui isi pikiran Rey terhadapnya.

Rey sedikit kaget dengan ungkapan Felix yang bahkan ia belum mengatakan apapun. "Jika kau sudah tahu kenapa kau bertele-tele seperti ini."

"Aku tidak bertele-tele, aku hannya ingin pemperingatkanmu akan tindakan yang kau ambil."

"Sejak kapan kau tahu ini?"

Terdiam sejenak. "Sejak kau berbicara dengan lawan Kevin di telfon."

Saat itu, tepatnya lima tahun yang lalu dimana ia dan Ying membuat kesepakatan tentang beberapa informasi yang harus ia berikan. Sebenarnya Rey tidak ingin menghianati Kevin disaat kubunya terpojok oleh kubu Ying.

Dirinya melakukan itu karna terpaksa. Ying mengancamnya dengan menculik ibu Rey dan mengancam akan membunuh ibunya jika tidak menjalin kesepakatan. Bahkan dirinya juga sempat di culik dan berhadapan langsung dengan ibunya yang tengah di ikat.

Rey benar-benar tidak ingin kehilangan ibunya, orang satu-satunya di dunia ini yang ia punya. Entah bagaimana hidupnya jika Rey kehilangan sang ibu.

Rey mengalihkan pandangannya. "Apa saja yang kau dengar?" Tanya Rey.

"Tidak banyak hannya memohon dan selesai."

Rey sedikit tenang karna Felix tidak mendengar seluruh percakapannya dengan Ying.

"Baiklah." Rey segera beranjak dari ruangan itu untuk kembali menemui Kevin seperti pikirannya yang tadi.

Tapi Felix menghentikan langkah Rey. "Aku tahu jika kau membawa semua rahasia yang selama ini kau pendam. Bahkan tersusun rapi di kepalamu, berapa lama kau akan memendamnya?"

"CUKUP!! Aku tidak menyimpan apapun, jadi diam lah."

"Lalu kenapa saat itu kau tiba-tiba menghilang?" Lanjut Felix saat Rey telah di depan pintu dan akan keluar dari ruangan itu.

Rey mengurungkan niatnya utuk keluar. Matanya mulai berair dan sedikit demi sedikit mengeluarkan cairan bening dari matanya, tubuhnya mulai bergetar karna menangis.

Felix yang melihat itu langsung memberikan elusan lembut di punggung Rey. Ia tahu ini akan terjadi tapi hannya itu yang bisa ia lakukan agar Rey mau mengakui semuanya.

"Rey, katakan saja. Aku tidak akan memberitahu Kevin," ucap Felix menenangkan.

Sedikit demi sedikit Rey akhirnya mau mengungkapkan semua yang terjadi saat itu, semua yang ia alami sampai penculikan Lily setelah pesata makan malam.

"Baiklah aku mengerti sekarang. Kita hannya berperilaku seperti biasa, seperti tidak terjadi apapun. Aku akan mengatasi ini," ujar Felix.

"Apa yang akan kau lakukan?" Bingung Rey melihat Felix yang begitu santai setelah ia mengatakan yang sebenarnya.

"Aku hannya akan memperbaiki apa yang rusak."

Entah kenapa Rey masih tidak mengerti dengan kata-kata yang Felix ucapkan. Ia tahu jika Felix adalah mantan bawahan Kevin sebagai mafia dan di alihkan menjadi bawahan Kevin di perusahaan dengan sebuah alasan, sejak saat itu Felix fokus untuk mengurus perusahaan dan tidak mengurus urusan di markas lagi.

Rey tidak tahu seberapa telitinya Felix saat masih dalam kelompok Mafia, mungkin dia akan menjadi bawahan yang paling berpengaruh. Bahkan Felix bisa berubah dengan sifat yang berbeda di waktu yang tepat.

.
.
.

Felix datang ke ruangan Kevin dengan wajah datarnya sambil memberikan sebuah berkas.

Kevin yang menyadari itu langsung duduk di sofa panjang ruangannya sambil mengecek berkas yang di bawa Felix. Kevin yang tengah mengecek berkas mencoba untuk mengungkit agar Felix mau kembali ke dalam kelompok. "Kapan kau akan kembali kedalam kertas hitam?" Ketus Kevin.

"Vin aku sudah mengatakan untuk tidak membahas soal ini lagi," jawab Felix.

"Apa kau sebosan itu?"

"Ayo lah..."

"Ya... ya... terserahmu saja. Tapi aku akan menunggu sampai kau mau kembali ke kertas hitam lagi. Kau ahlinya Lix," bujuk Kevin yang berhasil membuat Felix sedikit galau dengan ucapannya.

'Aku harus menyambung kayu yang terpaksa akan aku patahkan terlebih dahulu Vin, baru setelahnya aku akan memikirkan kembali ke kertas hitam itu,' ucap Felix di dalam benaknya yang harus memperbaiki situasi hingga benar-benar terkendali seperti semula.



.
.
.

Tbc.

Jangan bosen" baca typo tulisan mimin 😅😅

My Psikopath BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang