32

4.3K 123 4
                                    


Di kamar yang besar nan mewah terlihat Kevin yang tengah mabuk dengan keadaan kamar berantakan. Semuanya tidak berada di tempat yang benar.

Dengan keadaan yang setengah sadar ia terus menggerutu pada dirinya sendiri yang belum juga menemukan Lily setelah kejadian itu. "Kenapa aku belum menemukanmu bey, aku sangat merindukanmu," isak Kevin sambil melihat ke arah gelas kecil yang berisi minuman.

Genggaman Kevin semakin kuat hingga gelas kaca yang ia bawa pecah di tangannya. Serpihan kaca menancap cukup banyak tapi Kevin seakan tidak merasakan apapun, ia merasa tidak becus menjaga kekasihnya itu bahkan Kevin selalu menyalahkan dirinya karna belum juga membawa Lily kembali ke rumahnya.

"Kau dimana sekarang, tolong kembalilah." Kevin benar-benar kehabisan tenaganya hingga tergeletak tak sadarkan diri dengan keadaan tangan yang terluka.

.
.
.

"Wah gilak, ini berkas udah kelewat numpuk." Felix benar-benar bingung dengan berkas yang tengah menjumpuk di ruangan Kevin dimana sebagian klien hannya menginginkan persetujuan Kevin dan tanda tangan pemilik perusahaan. "Apa datengin ke rumahnya aja kali ya," lanjut Felix.

Felixpun langsung bersiap untuk pergi ke rumah Kevin dengan membawa beberapa berkas penting yang memang sudah di minta oleh klien. "Nadi, tolong ambil beberapa berkas yang memang lagi kepepet tanda tangan Kevin. Kalau kebanyaan pakai tas besar aja," suruh Felix pada bawahannya untuk mengambil beberapa berkas.

Di perjalanan Felix terlihat tengah tertidur di dalam mobil yang sudah ia seting auto pilot untuk mebawanya ke rumah Kevin. Felix benar-benar sibuk hingga hampir tidak mendapatkan tidur setelah Kevin tidak pergi ke perusahaan selama satu minggu lebih, Bahkan banyak klien komplain tentang berkas persetujuan dan beberapa proyek yang dibatalkan akibat tidak adanya keterlibatan Kevin.

Felix benar-benar frustasi selama seminggu penuh karan tidak ada Kevin. Semua pekerjaan dilimpahkan padanya tanpa ada yang membantu dengan embel-embel tidak ada yang bisa di percaya untuk mengurus berkas penting.

Sesampainya di rumah Kevin, Felix sedikit kaget melihat rumah Kevin yang benar-benar sepi tanpa pengawal yang menjaga. "Kemana semua penjaga Kevin, biasanya banyak jaga di luar. Ada apa ini?"

Felix bergegas memasuki rumah kevin yang nampak sepi dari sebelumnya. Bahkan tidak ada pembantu disana. Semakin hawatir Felix berlari menuju kamar Kevin dan berharap sehabatnya itu baik-baik saja.

Felix langsung menggedor pintu kamar Kevin dengan harapan yang besar. "KEVIN... KAMU DI DALAM KAN!!?"

"KEVIN!"

Merasa kesal karna tidak ada jawaban, Felixpun memutuskan untuk membuka paksa pintu kamar Kevin yang terkunci. Betapa kagetnya Felix melihat keadaan di dalam kamar yang nampak berantakan dan dengan cermin besar yang pecah. "Kenapa ini?"

"Kevin!!" Teriak Felix melihat keadaan Kevin yang begitu memprihatinkan.

Felix masih berusaha untuk membangunkan Kevin yang terlihat sudah sangat pucat. "Masak iya gue sendiri yang gotong di anak, mana badannya lebih besar dari gue lagi."

Dengan cepat Felix mencari cara untuk mambangunkan Kevin saat ini. Felix berlari ke arah dapur untuk mencari air dingin yang bisa ia gunakan. Tak pakai lama ia langsung mencipratkan air dingin itu sedikit demi sedikit hingga Kevin terbangun.

Sudah tiga sampai empat kali cipratan Kevin belum juga sadarkan diri membuat Felix sedikit kesal. "Kenapa ni anak ga bangun-bangun, yaudah mau ga mau." Dengan terpaksa Felix langsung mengguyur Kevin dengan air yang tersisa.

Benar saja, Kevin langsung terbangun setelah Felix mengguyurnya dengan air dingin. "Kevin, duduk dulu. Kenapa kau bisa seperti ini?"

Perlahan Kevin mulai terisak mengingat ia belum bisa menemukan Lily. "Dimana aku harus mencarinya, aku belum bisa menemukannya sampai sekarang."

Felix yang mengetahui tentang hilangnya Lily juga bersedih karna dirinya dan Lily juga cukup dekat walaupun sebatas teman main game. Felix tidak menyangka efeknya akan seburuk ini pada Kevin.

"Tenanglah, kau harus tenang jika ingin menemukan Lily. Kau harus mencarinya dengan kepala dingin," ujar Felix memberi semangat dan solusi.

"Bagaimana bisa tenang jika aku saja belum menemukannya  selama seminggu lebih." Tegas Kevin yang sudah muak dengan keadaan yang tengah ia hadapi.

"TAPI LO GA BOLEH BEGINI VIN!  Badanmu kurus, wajah pucat, munum-minum sampai pingsan." Felix sedikit geram menghadapi orang keras kepala seperti Kevin. Selalu saja membantah. "Ga ada gunanya," lanjut Felix.

Kevin terdiam, otaknya mencerna apa yang di katakan Felix sangat benar, dia tidak boleh seperti ini harus mencari cara lain untuk menemukan Lily.

"Baiklah, makasi."

Akhirnya ucapan Felix di dengar oleh Kevin agar lebih tenang jika memikirkan sesuatu. Felix langsung menepuk pelan bahu Kevin yang sudah mulai tenang.

"Baiklah sekarang kau harus menanda tangani beberapa berkas. Karna beberapa klien hannya ingin tanda tanganmu," jelas Felix yang tujuannya ke rumah Kevin.

"Bawa aja ke ruang kerja."

.
.
.

"Ying... apa kau tahu sesuatu tentang Kevin?" Tanya Lily penasaran.

"Tidak, aku hannya pernah melihatnya," ujar Ying dengan santai tanpa keraguan.

"Dimana kau melihatnya?"

"Aku melihatnya di pasar lelang, tapi aku tidak yakin jika dia orangnya."

"Tunggu sejak kapan kau suka dengan barang yang di lelang?" Lily sedikit kebingungan karna selama dia kenal Ying. Ying tidak menyukai barang lelangan yang bahkan asal usul barang yang di lelang tidak jelas.

Ying baru ingat jika dia pernah mengataka  jika dirinya sama sekali tidak suka dengan pasar lelang pada Lily. Tapi entah kenapa Lily bisa ingat semua itu yang dimana sudah sangat lama saat dirinya mengatakan tentang hal itu.

(mampus kn lu Ying keceplosan 😭👍) - Mimin.

"Eeeh... bukan tapi aku hannya melihat beberapa barang dan disana lagi ada pasar lelang yaa karna itu aku seprti pernah melihatnya." Ying berusaha untuk mencari yang masuk akal agar Lily tidak merasa curiga dan itu sepertinya berhasil melihat ekspresi Lily yang hannya mengangguk paham.

"Udahh mending kamu istirahat gih beberapa hari lagi kan udah bisa keluar dari sini," lanju Ying mengalihkan pembicaraan.

"Kenapa ga sekarang aja? Bosen tau."

"Sabar sayang masa baru tiga hari abis oprasi udah mau pulang aja."

Lily mendengus pasrah mendengar ucapan Ying. "Iyaa iyaa."

.
.
.

"Halo, gimana? apa kau sudah memberikan perhiasannya pada Kevin?" Tanya Ying

"Ying, apa kau bisa berhenti mengangguku. Kerja sama kita sudah selesai. Tentang hal itu aku sudah memberikannya dan dia tahu siapa orangnya, aku harap itu kerja sama terakhir kita," ujar seseorang disana yang langsung memutuskan sambungannya secara sepihak, sepertinya ia sudah tidak ingin jika Ying menghubunginya lagi.











.
.
.

Tbc

Yolooo siapa tuhhh 🤣🤣

Tunggu kelanjutannya 😆

My Psikopath BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang