39

4.1K 110 0
                                    

Lily terlihat bingung mengamati sekelilingnya yang hannya berwarna putih sangat luas. Dirinya bingung harus kemana dan melakukan apa disana yang tak lama terlihat  sebuah pintu kayu berwarna biru di ujung sana.  Karena tak tahu haru pergi kemana lagi, akhirnya Lily pergi ke arah pintu itu. Sesaat sebelum Lily membuka, ia mendengar suara ibunya yang tak jauh dari sana. 

"Sayang," Panggil Eima, ibu Lily.

"Ma," lirih Lily.

Saat Lily berbalik ia melihat kedua orang tuangnya disana menggunakan pakaian yang serba putih. "Ma... Pa...Kalian..." Ucap Lily yang mulai menjatuhkan air matanya.

"Apa yang kau lakukan disini nak?" Tanya Drew, ayah Lily.

Lily tak menjawab pertanyaan ayahnya itu dan langsung berlari memeluk kedua orang tuanya. "Ma, pa, aku kangen kalian," ucapnya dengan suara bergetar. Perahan air matanya turun sebutir demi sebutir.

Eiam dan Drew juga langsung memeluk Lily melihat anaknya itu berlari sambil menangis ke arah mereka. "Kami juga merindukanmu sayang," ucap Eima dengan lembut.

"Kenapa kalian meninggalkanku sangat cepat bahkan aku belum sempat merayakan ulang tahunku saat itu," ucap Lily protes sambil menangis.

Drew yang gemas melihat anaknya itu kembali memeluk Lily untuk menenangkannya. "Tidak usah menangis, ini sudah takdir kita masing-masing. Takdir mama dan papa sudah sampai saat itu dan putriku yang cantik ini harus melanjutkan sisa takdirnya walaupun seorang diri. Maaf kami hannya bisa menemanimu sampai sini. Masih banyak orang diluar sana yang menungu kehadiranmu kembali nak."

"Tidak, aku akan tetap disini dengan kalian. Dunia terlalu kejam, mereka terlalu jahat disana."

"Sayang, ini bukan waktunya kamu disini bersama kami. Kamu harus menjalani hidupmu disana," Ucap Eima.

Lily menggelengkan kepalanya dengan cepat dan memegang erat tangan ibunya. "Aku baru saja bertemu kalian, aku tidak ingin pergi dari kalian biarkan aku disini saja."

Melihat anak kesayangannya itu menangis dengan keputusasaannya, Eima berusaha kembali membujuk Lily. "Sayang, takdirmu belum selesai jadi kau harus menyelesaikannya terlebih dahulu okey. Ingat disana masih ada orang yang sedang menunggumu. Kau tahu seberapa mereka sangat menyayangimu, aku tahu anakku yang cantik ini pasti bisa melewati semuanya."

Lily mulai berfikir jika yang ibunya itu katakan ada benarnya, ia tidak bisa meninggalkan Kevin dan Ying begitu saja. Masih banyak kebenaan yang ingin ia ketahui. 

"Tunggu apalagi, mereka sudah menunggu mu," seru Drew.

Perlahan Lily mengangguk ke arah Drew memberikan jawaban. Sebelum itu ia memeluk kedua orang tuanya dengan erat. "Aku menyayangi kalian." Kalimat itu adalah kali terakhir ia ucapkan untuk kedua orang tuanya sebelum Lily kembali tersadar ke dunia.

.

"Cepat hentikan pendarahannya," teriak dokter yang melihat betapa banyak gadis itu sudah kehilangan darahnya.

"Dok, robekannya terlalu besar jika kita terus menutupnya dengan jahitan darahnya akan terus keluar," sahut perawat disana.

"Gunakan Zipstitch untuk nutupi luka yang masih terbuka sementara, hentikan pendarahan dulu." Dokter melihat jika darah yang terbuang sudah sangat banyak sehingga ia meminta untuk mengambilkan beberapa kantong darah. "Cepat ambil beberapa kantong darah lagi."

"Baik dok."

"Dok, jantungnya melemah," seru perawar lainnya disana.

Sang dokter masih berusaha untuk tetap menjaga detak jantungnya agar tetap setabil dengan kejut jantung.

My Psikopath BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang