20

7.1K 222 6
                                    

"Meeting hari ini sampai disini, apa ada yang ditanyakan?" Tanya Kevin setelah presentasi selesai.

Semua kariawan yang mengikuti rapat disana menoleh satu sama lain untuk memastikan apakah ada yang di tanyakan atau tidak oleh rekannya. Karna Kevin merasa rapat sudah cukup dan tidak ada pertanyaan iapun menutup rapat itu.

"Baiklah jika tidak ada pertanyaan saya akhiri sampai disini. Nanti untuk proposalnya kirim ke email saja. Saya tunggu presentasi kalian dua minggu lagi." Kevin langsung bergegas ke ruangannya meninggalkan kariawan yang masih berberes di ruang rapat.

Baru saja Kevin ingin beristirahat sebentar diruangannya tiba-tiba saja Felix datang tanpa mengetuk pintu. "Kevin~~" seru Felix sambil membuat suara yang aneh.

Kevin yang sudah hafal dengan kelakuan Felix hannya bisa terdiam dan pasrah, berfikir ulang 'kenapa dia bisa mempekerjakan bocah seperti ini.'

"Ada apa kau kemari?" Tanya Kevin agar Felix tidak semakin bertingkah.

"Lu yakin ke pesta itu tanpa pengawal?" Tanya Felix memastikan.

"Iya, gue yakin disana pasti aman."

"Tapi gue saranin bawa deh lima sampai delapan orang lah."

"Kenapa?" Tanya Kevin.

"Gue ngerasa kalau di pesta itu akan terjadi sesuatu," ujar Felix serius.

Kevin yang merasa bingung dengan ucapan Felix langsung menepis tentang fikiran buruk itu. "Itu kan cuma fikiran lu doang bambang."

"Gue serius Vin, ada yang merencanakan sesuatu buat kalian berdua," jelas Kevin.

Kevin yang sudah membaca gerak-gerik Felix langsung membongkar apa yang diinginkan Felix. "Kau tidak akan ikut," ucap Kevin.

"Ayo lah... aku ingin pergi jugaaa... masak Rey diajak aku engga... ayo lah," rengek Felix di depan meja Kevin.

Kevin tetap tidak mengijinkan Felix datang ke pesta itu, apapun alasannya. "Urus saja berkas yang akan disetor nanti."

"Okey." Perlahan tapi pasti Felix mengeluarkan ponsel genggamnya untuk mengirim pesan ke seseorang.

Kevin yang bingung hannya bisa terdiam sambil melihat apa yang dilakukan Felix di depannya.

Tak lama Kevin mendapat telfon masuk dari seseorang. Setelah dilihat ternyata itu adalah Lily yang menelefonnya. Felix memberikan senyum kemenangan ke arah Kevin.

Dengan tatapan yang tajam mau tidak mau Kevin akhirnya mengajak Felix ke pesta itu. Felix sangat senang karna ia akan ikut pergi ke pesta.

Saat Felix akan pergi dari ruangan Kevin, Kevin menanyakan sesuatu yang mengganjal di otaknya. "Tunggu, bagaiman kau bisa mendapatkan nomer hp kekasihku," tanya Kevin.

"Eehh... hehe kita hannya bertukar kontak untuk bermain game. Hannya itu," jelas Felix

"Jangan macam-macam dengan Lily, atau...." perlahan Kevin menunjukkan pistol perak yang selalu ada di laci kerjanya.

"Tenang saja aku tidak akan menyentuhnya bahkan hannya setitik." Selangkah demi selangkah Felix berjalan mundur kearah pintu ruang Kevin. "Aku pergi," lanjut Felix.

.
.
.

Sekarang Lily tengah bosan yang hannya bisa menonton televisi dirinya tidak tahu harus melakukan apa saat ini. Terasa sepi dan membosankan.

"Apa aku coba masak sesuatu aja ya? Mumpung si pak tua tidak ada di sini." Sebenarnya Lily tidak diizinkan untuk memasak sesuatu di dapur karna mengetahui Lily memiliki penyakit langka yang dimana darahnya sulit membeku jika terluka sedikit saja.

My Psikopath BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang