22

6.1K 187 2
                                    

"Bey... apa sudah selesai?!" Panggil Kevin yang sudah siap di lantai bawah.

"Sebentar lagi!" Jawab Lily.

Beberapa saat kemudian Lily turun dari tangga dengan baju seadanya. Ia tidak tahu harus menggunakan baju apa karna rata-rata yang Kevin berikan sangat ketat di badannya, entah Kevin tidak tahu ukurannya atau memang sengaja membelikan baju seperti itu.

Kevin terkaget saat melihat Lily turun dengan baju kaosnya yang terlihat kebesaran. "Kenapa kau menggunakan bajuku? Aku sudah membelikannya untukmu," ucap Kevin.

"Semua bajunya terlalu sempit untukku, apa kau tidak tahu ukuranku atau sengaja?" Tanya Lily dengan tatapan tajamnya.

Kevin langsung salah tingkah saat Lily mengatakan itu dan mengalihkan topik pembicaraan. "Sudah lah, kita harus berangkat sekarang."

Lily tertawa kecil melihat tingkah laku pria di depannya itu, seperti bayi yang terciduk berbuat nakal.

.
.
.

Saat sudah di tempat tujuan Lily masih saja terlelap di alam mimpinya. "Bey, kita sudah sampai."

Lily mengeluh saat tidurnya di ganggu oleh seseorang. "beberapa menit lagi," ujar Lily yang belum ingin membuka matanya.

Kevin tidak tahu harus melakukan apa untuk membangunkan Lily, seketika ide licik melintas di pikirannya untuk membangunkan Lily.

Perlahan Kevin membuka sabuk pengaman yang di gunakan Lily. Tapi Lily merubah posisi tidurnya membuat sesuatu yang tidak seharusnya terlewat di pikiran Kevin. "Li... ku harap kau bangun sekarang, aku tidak bisa menahannya jika aku hilang kendali," harap Kevin dalam hati.

Perlahan manik mata Lily akhirnya terbuka, ia harus berkedip beberapa kali untuk menyesuaikan pencahayaan. Betapa kagetnya Lily saat ia melihat wajah Kevin yang sudah begitu dekat dengan wajahnya bahkan deruh nafas Kevin bisa ia dengar.

"Apa yang kau... mmpphh." Baru saja Lily ingin menjauhkan tubuh kevin dari dari wajahnya tapi Kevin dengan cepat menyambar bibirnya yang belum siap.

Entah kenapa kali ini Kevin benar-benar di dalam nafsunya. Lily benar-benar kehabisan nafasnya, tangan Lily berusaha untuk mendorong Kevin tapi apa daya dengan tenaga Lily yang tidak bisa menyamai tenaga Kevin yang lebih besar darinya.

"Ke--vin--tolong--hen--tikan," ucap Lily yang masih berusaha melepaskan tautan Kevin.

Kevin seperti tidak mendengar yang di ucapkan Lily dan tetap dengan pendiriannya. Karna Kevin sedikit menarik Lily kearahnya, Lily berfikir untuk menekan klakson mobil agar Kevin menghentikan kegiatannya.

Tinn......

Terdengar suara klakson mobil yang begitu keras. Itu bekerja, Kevin langsung menghentikan kegiatannya dan secara spontan melihat ke arah depan mobil.

Saat Kevin kembali melihat kearah Lily, Kevin benar-benar merasa bersalah melihat keadaan Lily yang sudah tak berdaya kehabisan oksigen.

"Tolong hentikan hikss...." lirih Lily sambil terisak yang masih kesulitan untuk bernapas.

"Bey... bey... maafkan aku, kau sampai tidak bisa bernapas karna diriku, bibirmu juga terluka karna ku. Kumohon maafkan aku." Kevin benar-benar merasa bersalah, nafsunya begitu besar hannya melihat Lily merubah pergerakan.

"Ku mohon maafkan aku," lirih Kevin sambil memeluk Lily dari samping. "Aku akan lebih mengendalikannya, kau bisa membunuhku jika aku kelewat batas bey," lanjut Kevin.

"Tolong jangan lakukan itu lagi," ucap Lily yang mulai tenang.

"Aku janji, aku minta maaf," jawab Kevin.

My Psikopath BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang